BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya, produk yang dianggap paling sukses adalah produk yang mengalami siklus kehidupan produk (product life cycle) lebih panjang dengan tahap-tahap tertentu. Gup dan Aggrawal (1996:41) menyatakan bahwa terdapat empat tahap siklus kehidupan yang umum terjadi. Tahap-tahap dimaksud adalah tahap perkenalan (pioneering), pertumbuhan/ekspansi (expansion), kedewasaan (maturity) dan kemunduran (declining). Pada tahap awal, kebijakan dan strategi yang ditempuh perusahaan adalah promosi. Dalam hal ini promosi yang dilakukan perusahaan ditujukan untuk memperkenalkan atau mendorong calon pembeli untuk mencoba produknya. Dengan meningkatnya penjualan selama tahap pertumbuhan, titik beratnya beralih kepada usaha untuk membuka saluran distribusi baru. Jika produk tersebut sudah mencapai tahap kedewasaan, persaingan menjadi semakin ketat dan manajer pemasaran lebih menekankan pada masalah harga, serta promosi khusus yang dapat menarik perhatian pembeli pada produk perusahaan tersebut. Produk-produk yang berada pada tahap kemunduran sering perlu didisain kembali sehingga tetap dapat memberikan kontribusi pada perusahaan. Jika produk-produk tersebut sudah tidak menguntungkan lagi, perusahaan harus memutuskan apakah akan terus mempertahankan produk meskipun rugi atau harus meninggalkan produk tersebut dan menggantikan dengan produk lain yang lebih menguntungkan.
Setiap produk akan melalui suatu siklus kehidupan yang didasarkan pada fakta yang dapat dilihat. Yaitu volume penjualan dan laba dari produk-produk tertentu. Tahapan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan tidak harus sama kapan akan dialami dan berapa lama masing-masing tahap tersebut akan dijalani. Misalnya untuk barang mode biasanya memiliki siklus yang lebih pendek daripada barang-barang lain seperti makanan olahan dan peralatan. Panjangnya waktu pada masing- masing tahap juga dapat berbeda-beda, tergantung pada faktor tingkat pengakuan/penerimaan pembeli dan jumlah pesaing baru.
Perilaku aliran kas pada masing-masing tahap siklus kehidupan produk cenderung tidak sama. Demikian juga halnya dengan resiko yang dihadapi. Walaupun demikian, khusus untuk perusahaan yang sudah tumbuh dan berkembang serta dewasa (mapan) pola aliran kas dan juga resiko relatif lebih mudah diprediksi. Aliran kas perusahaan dalam tahap atau siklus ini menjadi besar dibandingkan nilai perusahaan dan risiko yang dihadapi mendekati rata-rata risiko perusahaan-perusahaan lain. Baik dan tidaknya pola dan kestabilan aliran kas akan sangat menentukan dalam pemenuhan dana investasi atau proyek baru. Apakah kebutuhan dana tersebut dipenuhi dari dalam (internal) atau dari luar (external) akan sangat ditentukan oleh kemapanan aliran kas.
Seharusnya setiap perusahaan secara rutin melakukan analisis dengan membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan dari waktu ke waktu untuk meneliti arah pergerakannya. Dengan demikian, perusahaan akan dapat mengetahui perbedaan kinerja keuangan dari tahun ke tahun dengan tujuan agar perusahaan lebih mapan dalam melaksanakan kegiatan operasional baik dalam masalah pendanaan maupun dalam penetapan strategi terhadap jenis-jenis produk yang ada di pasar, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam melewati tahap-tahap dalam siklus kehidupan produknya baik tahap yang dijalani saat itu maupun yang masih akan dilalui.
. Menurut Helfert (1997:67) penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang salah satunya adalah dari sudut pandang pemilik perusahaan yaitu investor. Kinerja keuangan ini dapat diukur pada tingkat profitabilitas, market value, dividen payout ratio, price book value ratio, dan price earning ratio, karena daya tarik utama bagi pemilik perusahaan adalah profitabilitas yaitu hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan, selain itu pemilik juga tertarik dengan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen kepada mereka, dan pemilik juga berkepentingan dengan dampak hasil perusahaan terhadap nilai pasar investasi mereka, khususnya jika saham dijual kepada umum.
Menurut Damadoran (2001) dalam Tatang A.G. dan Novi P. (2005:46) pemahaman terhadap siklus kehidupan produk menjadi penting karena siklus hidup produk dapat dijadikan sebagai dasar dalam analisis kebutuhan pendanaan. Pendapat tentang manfaat pemahaman siklus hidup produk juga dinyatakan oleh Gup dan Agrrawal (1996:43) yang menyebutkan bahwa siklus hidup produk adalah sebuah alat teoritis yang dapat mengungkapkan perilaku keuangan perusahaan, termasuk pertumbuhan, risiko dan return. Lebih lanjut, Gup dan Agrrawal menemukan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan antar fase atau tahapan dalam siklus hidup produk perusahaan di Amerika.
Menindaklanjuti penelitian Gup dan Agrrawal maka Tatang A.G. dan Novi P. (2005) melakukan penelitian yang sama pada perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta tetapi tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan antar tahapan dalam siklus kehidupan produk perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidak seragaman perusahaan yang digunakan sebagai sampel oleh Tatang dan Novi. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan penelitian kembali pada perusahaan yang seragam yaitu perusahaan manufaktur yang sama-sama menghasilkan suatu produk dimana produk memiliki umur yang terbatas, melalui berbagai tahap siklus kehidupan produk dan memerlukan strategi yang berbeda pada setiap tahapnya, sehingga pada penelitian ini diambil judul "Analisis Hubungan dan Perbedaan Kinerja Keuangan Pada Tiap Tahap Siklus Kehidupan Produk Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2004"
2.1. Perumusan Masalah
Dengan menganalisis kinerja keuangan pada tiap tahap siklus kehidupan produk maka perusahaan dapat mengetahui perbedaan kinerja keuangannya dengan tujuan agar perusahaan dapat menetapkan strategi yang tepat sehingga tidak mengalami kerugian dalam melewati tiap tahap siklus kehidupan produk. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan permasalahan penilitian sebagai berikut:
- Apakah terdapat hubungan antar kinerja keuangan perusahaan pada masing- masing tahap siklus kehidupan produk pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2004?
- Apakah terdapat perbedaan ukuran kinerja keuangan antar tahap siklus kehidupan produk pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2004?
No comments:
Post a Comment