BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur yang diucapkannya, yang disebut grammar (Alwasilah 1993: 7). Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti untuk berkomunikasi yang akan benar-benar berfungsi apabila pikiran, gagasan, konsep yang diacu atau diungkapkan melalui persatuan dan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol itu dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap tutur. Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia. Bahasa juga dapat membangun cara berpikir dan menciptakan dirinya sendiri (Keraf 1984:16). Apa yang disebut bahasa itu bukan sekadar daftar kata- kata yang dipergunakan manusia. Semua bahasa memunyai aturan-aturan tertentu untuk membuat pernyataan mengingkari sesuatu, memakai ungkapan aktif dan pasif dan sebagainya.
Di dalam studi sosiolinguistik, bahasa tidak hanya dipahami sebagai sistem tanda saja, tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi dan sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, di dalam penelitian bahasa dengan ancangan sosiolinguistik senantiasa akan memperhitungkan bagaimana pemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi berbagai faktor sosial yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat.
Faktor sosial itu berdasarkan pada usia, tingkat pendidik, jenis kelamin, status sosial ekonomi, profesi, asal daerah dan sebagainya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alwi (1998: 3) yang menyatakan bahwa ragam bahasa yang ditinjau dari sudut pandang penutur dapat diperinci menurut patokan daerah, pendidikan dan sikap penutur. Oleh karena itu, selain bahasa sebagai alat komunikasi bahasa juga dapat mencirikan identias diri individu dan dapat membedakannya dari makhluk lain.
Berdasarkan faktor sosial situasi, muncullah beragam bahasa dari kelompok-kelompok sosial tertentu yang dalam penggunaannya tercipta dari berbagai macam sandi atau kode yang rahasia dengan rumus yang beraneka ragam. Adanya faktor sosial dan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa maka timbullah variasi-variasi bahasa atau wujud perbedaan atau perbedaan pelbagai manifestasi kebahasaan namun tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan (Ohoiwutun 1997: 46). Antara variasi bahasa yang satu dengan variasi bahasa yang lain dibedakan dengan ciri khusus variasi tersebut. Setiap variasi ditandai untuk pembentukan suatu konsep tertentu yang mencerminkan keadaan sosialnya.
Variasi atau ragam bahasa merupakan pokok studi sosiolinguistik, sehingga sosiolinguistik didefinisikan sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Terjadinya keragaman bahasa atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh penuturnya, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Variasi tersebut ada yang dimengerti kelompok lain ada juga yang tidak dimengerti oleh kelompok lain. Adapun bahasa atau istilah yang tidak dimengerti oleh kelompok lain sengaja diciptakan untuk lebih mengakrabkan komunikasi antar anggota kelompoknya.
Perbedaan pemakai bahasa di antara tiap-tiap lingkungan sosial biasanya ditandai dengan register. Register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian yang sama. Register juga merupakan variasi bahasa yang berbeda satu sama lainnya karena kekhasan penggunaannya. Misalnya register pada kelompok sosial perkumpulan Honda Tiger di Semarang atau Tiger Semarang Club (TSC).
TSC ini berdiri pada tanggal 16 Agustus 2001 yang dipelopori oleh beberapa anak muda yang suka kumpul dan kebetulan memiliki sepeda motor yang sama yaitu Honda Tiger. Anggota TSC sendiri berasal dari berbagai kalangan antara laim berasal dari anak sekolahan, mahasiswa, orang kantoran. Namun mayoritas anggota TSC adalah mahasiswa. TSC ini selalu berkumpul bersama setiap Jumat malam dan Minggu sore di jalan Pahlawan tepatnya di depan gedung Berlian.
Register anggota TSC merupakan salah satu jenis ragam bahasa yang dipakai dalam interaksi sosial untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Register pada anggota TSC tercantum identitas diri dari kelompoknya. Para anggota TSC ini lebih suka menggunakan register tersebut untuk menjelmakan rasa kekeluargaan dan keakraban di antara mereka terutama dalam komunikasi lisan dengan sesama anggota TSC dalam suasana informal.
Dipakainya istilah tersebut umumnya untuk menghindari kemungkinan pemakaian dari orang lain di luar kelompoknya walaupun tidak ada aturan atau kewajiban untuk menggunakan bahasa itu, secara sadar dan alamiah mereka dapat menguasai bahasa tersebut. Oleh karena seringnya menggunakan register, terkadang tanpa mereka sadari saat keluar dari lingkungan tetap digunakan register tersebut. Perkumpulan Honda Tiger di Semarang oleh penulis dimasukkan dalam sebuah register karena adanya kekhasan dan keunikan penggunaan bahasanya, yaitu bahasa Indonesia yang didalamnya disisipi juga bahasa daerah (bahasa Jawa) dan bahasa asing (bahasa Inggris). Ciri khas dari register perkumpulan Honda Tiger di Semarang ini dapat dilihat pada penggunaan bahasa asing, penggunaan bahasa kontemporer yang saat itu sedang marak dibicarakan, adanya istilah-istilah yang menunjukkan adanya singkatan dan akronim.
Peristiwa semacam ini menyebabkan lawan tutur merasa kebingungan dan penasaran. Untuk komunikasi, mereka kadang menggunakan bahasa asing (bahasa Inggris) namun mereka lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah (Jawa), sedangkan untuk suasana yang santai mereka menggunakan ragam bahasa khusus yaitu register.
Untuk memperjelas register di bawah ini diberikan beberapa contoh register yang terdapat dalam percakapan antar anggota TSC.
X: “Sesuk pas touring ning Bandung, Sapa sing gelem dadi sweeper?”.
‘Besuk waktu konvoi ke Bandung, Siapa yang mau ngatur laju kanan kiri?
Y: “Aku wae mas”.
‘Saya saja mas’.
X: “Wong loro, jo siji thok. Nek kowe piye Sa?”.
‘Dua orang, jangan satu saja. Kalau kamu bagaimana Sa?’ .
Y: “Yo, aku yo gelem. Soale aku rak nggowo boncengan”.
‘Ya, aku ya mau. Soalnya aku tidak bawa boncengan’.
Kata bercetak miring di atas yaitu touring mengandung makna ‘konvoi’ atau ‘melakukan perjalanan jauh secara berkelompok’. Adapun sweeper mengandung makna ‘orang yang mengatur laju kanan kiri saat melakukan melakukan perjalanan jauh secara berkelompok’. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
1.2 Identifikasi masalah
Variasi bahasa memunyai ciri pembeda, sehingga pemakaian variasi bahasa yang satu tidak dapat menggantikan variasi bahasa yang lain. Terjadinya variasi bahasa disebabkan oleh lingkungan yang berbeda. Halliday (dalam Kentjono 1982: 116-117) membedakan variasi bahasa menjadi dua, yaitu variasi bahasa menurut daerahnya yang disebut dialek dan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang disebut register.
Register merupakan konsep semantik, yang dapat didefinisikan sebagai susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat dan sarana (Halliday 1994:53). Register pada dasarnya merupakan variasi bahasa khusus yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu yang berhubungan dengan profesi atau keguruan.
Register pada anggota TSC ini dapat dikaji dari berbagai segi antara lain linguistik dan sosiolinguistik. Dari segi linguistik, register anggota TSC ini dapat dikaji dari segi bentuknya. Selanjutnya, dari segi sosiolinguistik, register anggota TSC ini dapat dikaitkan dengan gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Hal- hal yang berkenaan dengan faktor sosial di antaranya adalah fungsi sosial, pemakai dan pemakaiannya.
Dalam tuturan anggota TSC, mereka banyak menggunakan bahasa Jawa dan terkadang bahasa asing. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian mengenai register pada perkumpulan TSC ini dikaji dari segi linguistik dan sosiolinguistik. Dalam segi linguistik, peneliti akan mengkaji aspek bentuk register dan dari segi sosiolinguistik dikaji pemakaian register di dalam masyarakat dilihat dari fungsi sosial bahasanya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ini.
- Bagaimana bentuk register pada perkumpulan Honda Tiger di Semarang?
- Bagaimana fungsi sosial register pada perkumpulan Honda Tiger di Semarang?
No comments:
Post a Comment