BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini berpengaruh di segala bidang pendidikan terutama pada mata pelajaran Matematika khususnya lagi pada pengajaran berhitung/aritmatika. Aritmatika atau berhitung adalah bidang yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Mulyono, 2003:253).
Dalam dunia keilmuan, matematika berperan sebagai bahasa simbolis yang memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Kegunaan mata pelajaran Matematika bukan hanya memberi kemampuan dalam perhitungan- perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berfikir, terutama dalam hal pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah (Darhim, 1993:14).
Perkembangan pengajaran matematika di sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat berkaitan. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor siswa, guru dan materi pelajaran itu sendiri. Salah satu faktor yang cukup berperan adalah materi pelajaran, karena selain berkaitan dengan kesesuaian dan kesiapan siswa, materi pelajaran matematika juga harus memperhatikan materi-materi sebelumnya sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikdasmen (1992) dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) perihal Pelaksanaan Pengajaran Membaca, Menulis dan Berhitung di Sekolah Dasar disampaikan bahwa pengajaran tiga kemampuan dasar yaitu: membaca, menulis dan berhitung di Sekolah Dasar harus terus ditingkatkan dan materi pengajaran untuk tiga kemampuan dasar dimaksud terdapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika (berhitung).
Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika, sebab salah satu prasyarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena itu antara matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya dalam hal ini guru-guru banyak yang mengeluh karena siswanya lamban dan kurang terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah. Menurut pengamatan penulis sementara keterampilan berhitung bagi siswa akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian khusus baik di sekolah maupun di rumah. Beberapa penyebabnya adalah :
- Semakin banyaknya alat-alat hitung yang serba modern sehingga anak malas untuk berpikir sendiri dalam menyelesaikan suatu perhitungan.
- Ilmu berhitung tidak didapatkan secara khusus oleh anak dan hanya merupakan bagian-bagian yang masuk ke dalam matematika sebagai akibatnya berhitung kurang digemari.
Secara umum pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang menarik bagi siswa bahkan siswa berasumsi bahwa pelajaran Matematika itu sulit sehingga menjadi momok bagi sebagian siswa yang akhirnya berpengaruh pada interaksi proses belajar-mengajar. Seperti kita ketahui juga bahwa mempelajari matematika tidak boleh terpenggal-penggal karena matematika itu akan berhubungan dengan setiap bagiannya. Pelajaran Matematika juga tidak terlepas dari berhitung sehingga jika anak kurang menguasai kemampuan berhitung secara baik akan memperoleh hasil yang kurang baik pula. Keterampilan berhitung di Sekolah Dasar merupakan kemampuan dasar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lebih lanjut, maka sangatlah tepat jika mendapat perhatian sejak awal.
Dalam kontek yang aplikatif, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan antara guru dan siswa memegang peranan penting. Suryosubroto (1997: 19), menyatakan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Hal senada diungkapkan Sukewi (1994:3), bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang saling terkait, yang meliputi tujuan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran, metode/ strategi belajar mengajar, alat/media, sumber pelajaran, dan evaluasi.
Mengacu pada pendapat tersebut di atas, maka proses belajar mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif baik fisik, mental dan emosionalnya. Salah satu diantaranya dapat dilakukan guru dengan memanfaatkan media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/pesan pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar siswanya. Oleh karena itu, guru seyogyanya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan pendapat Hamalik (1994:12), yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Pada umumnya ketika guru membelajarkan siswa di kelasnya, masih banyak dijumpai penerapan strategi mengajar yang tidak serasi, yaitu tidak diberdaya gunakan alat serta sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang demikian sudah barang tentu kurang menarik bagi siswa karena hanya menempatkannya sebagai objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses belajar mengajar.
Adanya kecenderungan proses pembelajaran Matematika yang terpusat pada guru juga dialami di SD Negeri Pringtulis 02 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara, yang berdampak pada penurunan hasil belajar siswa. Sedikitnya sumber belajar dan terbatasnya media atau alat peraga merupakan salah satu penyebab. Sehingga pembelajaran lebih bersifat searah dan membosankan. Oleh karenanya, tidak mengherankan apabila rata-rata pelajaran berhitung pada siswa kelas I Tahun Ajaran 2003/2004 menduduki tempat ke enam dari beberapa bidang yang diajarkan. Adapun data rata-rata nilai mata pelajarannya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Taraf Serap dan Pencapaian Target Kurikulum SD
No | Mata Pelajaran | Nilai Rata-Rata |
1. | PPKn | 7,7 |
2. | Pendidikan Agama | 6,0 |
3. | Bahasa Indonesia | 7,7 |
4. | Matematika | 6,7 |
5. | Kertangkes | 7,0 |
6. | Penjaskes | 7,0 |
7. | Muatan Lokal | 7,5 |
Sumber : Pencapaian Target Kurikulum SD Tahun Ajaran 2003/2004.
Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan rendahnya hasil belajar berhitung bertalian erat dengan subtansi materi berhitung yang cenderung hafalan. Terkait dengan itu diperlukan peran media pembelajaran untuk menjembatani kesenjangan pemahaman materi berhitung dengan fenomena dilapangan, sehingga siswa mampu mempelajari materi berhitung tanpa ada perasaan takut dan tertekan. Salah satu diantaranya dapat memanfaatkan media gambar sebagai alat bantu untuk memperjelas bahan ajar yang disajikan dalam pembelajaran Matematika khususnya berhitung.
Sadiman (1996:30), menyatakan bahwa kelebihan media pembelajaran adalah sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan, memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah/membetulkan kesalahpahaman. Mengacu pada kelebihan media gambar maka dapat dimungkinkan pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran Matematika akan meningkatkan pemahaman berhitung siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti memandang perlu untuk menerapkan pemanfaatan media atau alat peraga di SD Negeri Pringtulis 02 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana keefektifan media gambar dalam meningkatkan pemahaman berhitung siswa kelas I di SD Negeri Pringtulis 02 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara ?”
No comments:
Post a Comment