BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk memasuki lapangan kerja dan untuk mengembangkan profesionalisme. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Tegal merupakan salah satu sekolah kejuruan yang memiliki empat jurusan, antara lain: jurusan tata busana, restoran, tata kecantikan dan akomodasi perhotelan. Penelitian ini hanya mengambil pada jurusan tata busana, karena berbusana merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap orang, hal tersebut yang melatarbelakangi perlu adanya pemikiran untuk menciptakan karya-karya baru yang erat kaitannya dengan busana.
Menurut kurikulum (2004:6), Tujuan dari program keahlian tata busana adalah (1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, (2) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan ketrampilan dalam program keahlian tata busana, sehingga dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, (3) Mendidik peserta didik agar mampu memilih karier, berkompetensi dan mengembangkan sikap profesionalisme dalam program keahlian tata busana dan membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah kurikulum keahlian tata busana tahun
2004. Isi kurikulum tersebut meliputi program normatif, adaptif dan produktif. Dari ketiga program isi kurikulum tersebut, program produktif salah satu variabel yang diambil sebagai bahasan. Adapun program produktif meliputi: (1) Memberikan pelayanan prima, (2) Melakukan pekerjaan dalam lingkungan sosial, (3) Mengikuti prosedur K3, (4) Mengambar busana, (5) Melakukan pengepasan, (6) Menjahit dengan mesin, (7) Menyelesaikan busana dengan jahitan tangan, (8) Membuat hiasan busana, (9) Melakukan penyempurnaan busana, (10) Memelihara alat jahit, (11) Memilih/membeli bahan busana, (12) Memotong bahan, (13) Mengukur tubuh, (14) Membuat pola busana teknik konstruksi. Kaitannya dengan penelitian ini maka menjahit dengan mesin (no 6) yang akan dikaji.
Proses belajar menjahit blus di SMK Negeri I Tegal menerapkan sistem pengajaran antara teori dan praktek. Proses belajar menjahit blus supaya dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan fasilitas belajar yang memadai dari sekolah. Menurut Radias Saleh (1991:21) fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar agar pencapaian tujuan belajar lancar, efektif dan efisien, artinya fasilitas belajar yang diperlukan dalam proses belajar menjahit blus, meliputi penyediaan ruang praktek, perlengkapan menjahit, alat bantu menjahit, penataan peralatan dan perlengkapan menjahit dan buku-buku penunjang praktek. Perlengkapan menjahit berupa macam-macam mesin yaitu mesin jahit biasa, mesin serbaguna, mesin pembuat lubang kancing, mesin penyelesaian, sedangkan alat bantu menjahit dapat berupa: pita ukur, mistar, macam-macam gunting, pendedel, pemotong benang, meja potong, rader, karbon jahit, kapur jahit, jarum pentul, jarum jahit, jarum tangan, tempat menyemat jarum, cermin, boneka jahit, pengukur panjang rok, setrika listrik, papan setrika dan alat untuk memampat. Diharapkan dengan kondisi ruang dan peralatan yang baik diharapkan siswa dapat belajar efektif, artinya belajar dapat berlangsung dengan waktu yang cepat, tetapi mendapatkan hasil belajar yangmaksimal sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam tujuan belajar sebelumnya.
Menurut Nana Sujana (2001:55) Hasil adalah usaha yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dijabarkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan sungguh-sungguh dengan sistematik, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental serta panca indera, otak dan anggota tubuh yang lain. Jadi hasil belajar adalah pencapaian usaha secara sungguh-sungguh melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dijabarkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka oleh guru. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kompetensi menjahit dengan mesin.
Menjahit blus adalah salah satu kompetensi dari program produktif yang didalamnya mempelajari tentang cara menjahit blus dengan teknik yang baik dan benar mulai dari persiapan, proses, dan hasil. Kegiatan belajar menjahit blus apabila didukung fasilitas belajar menjahit yang baik dan lengkap dari sekolah berupa ruang praktek dengan fasilitas perlengkapan dan peralatan menjahit yang baik dan lengkap ditambah buku-buku penunjang praktek busana, maka perolehan hasil belajar cenderung lebih baik, tetapi apabila tidak didukung fasilitas belajar yang baik dan lengkap, maka perolehan hasil belajar kurang baik.
Berdasarkan praktek pengalaman lapangan fasilitas yang ada di SMK Negeri I Tegal sudah baik tetapi setelah dilakukan studi awal untuk penelitian fasilitas belajar yang ada mengalami peningkatan baik dari segi jenis maupun jumlah.begitu juga hasil belajar menjahit. Landasan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Menjahit Blus Siswa Kelas I Jurusan Tata Busana Di SMK Negeri I Tegal Tahun Ajaran 2005-2006”.
B. Permasalahan
- Adakah hubungan fasilitas belajar dengan hasil belajar menjahit blus siswa kelas I jurusan tata busana di SMK Negeri I Tegal tahun ajaran 2005-2006?
- Seberapa besar hubungan fasilitas belajar dengan hasil belajar menjahit blus siswa kelas I jurusan tata busana di SMK Negeri I Tegal tahun ajaran 2005-2006?
No comments:
Post a Comment