PAWANG DALAM FENOMENA TRANS PADA KESENIAN BARONGAN DI DESA BERBAK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

 On 29 June 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah


Kesenian   barongan   merupakan   salah   satu   kesenian   tradisional   yang diwariskan  secara  turun  temurun.  Kesenian  barongan  juga telah  menyebar  di berbagai daerah di Jawa Tengah seperti Blora, Pati dan Demak. Barongan  yang hidup di daerah lain masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat pendukungnya.  Hal ini menjelaskan bahwa kehidupan seni tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat lingkungan pendukungnya. Demikian halnya seni barongan di Kabupaten  Blora  yang  juga  diwarnai  oleh  corak  kebudayaan  masyarakat  pemiliknya, yang memiliki ciri khas tersendiri.


Kasenian Barongan pada umumnya sudah melekat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat,  hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan  upacara-upacara   adat  dan  acara  hajatan  atau  hari-hari  besar  nasional.  Pada upacara  adat  atau  sedekah  bumi  masyarakat  sering  menggunakan  kesenian  Barongan sebagai media untuk mengungkapkan  rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah  menganugrahi  kesejahteraan  dan kemakmuran  pada masyarakat  desa. Pada acara hajatan seperti upacara perkawinan dan khitanan biasanya masyarakat juga menggunakan kesenian Barongan sebagai pemenuhan kebutuhan hiburan, bahkan juga pada peringatan hari-hari besar nasional masyarakat memeriahkannya  dengan kesenian Barongan. Hal ini menandakan   bahwa   kesenian   Barongan   digemari   masyarakat,   terutama   masyarakat pedesaan, mulai anak–anak, remaja sampai orang tuapun ikut menyaksikan pertunjukan tersebut.  Warga  masyarakat  juga berantusias  mengikuti  acara  itu berjalan  mengelilingi desa  atau  mengerumuni   Barongan  itu  ketika  ada  acara  peringatan  hari  besar  yang dipusatkan   di  lapangan   atau  alun  –  alun.  Jadi  dapat  disimpulkan   bahwa  kesenian Barongan merupakan kebanggaan masyarakat pendukungnya tidak terkecuali masyarakat Kabupaten Blora sebagai seni pertunjukan yang murah meriah.


Kesenian Barongan adalah suatu bentuk tari rakyat yang sangat terkenal di daerah  Jawa  Tengah,  dan biasa  disajikan  dalam  bentuk  drama  tari atau fragmen  yang ceritanya mengambil  dari cerita Panji atau Menak, Barongan diwujudkan  dalam bentuk harimau, singa atau raksasa. Pada umumnya tokoh Barongan merupakan tokoh yang berkarakter  baik, dan bertindak  melawan  unsur  kejahatan.  Bentuk  kesenian  tradisional Barongan adalah gaya tari kelompok menirukan keperkasaan gerak seekor singa raksasa ( singa barong ) ( Intan, 2004: 2 ).


Kesenian Barongan merupakan bentuk tarian yang menggunakan  topeng besar yang berbentuk  kepala harimau  raksasa yang biasa disebut dengan nama singa barong. Barongan  biasanya  dimainkan  oleh  2  (  dua  )  orang  penari,  yang  masing  –  masing bertugas  di bagian  depan  sebagai  kepala  dan di bagian  belakang  sebagai  ekornya,bisa juga dimainkan satu orang penari. Barongan ditampilkan dalam bentuk arak – arakan atau pawai. Juga dapat ditampilkan dalam bentuk drama Barongan yang sering disebut dengan Reog  Barongan.  Kesenian  Barongan  telah  mengakar  di  masyarakat  Kabupaten  Blora. Hampir setiap kelurahan  kesenian  itu ada. Bahkan anak – anak di daerah Blora banyak bermain   dengan   menggunakan   Barongan   kecil   sebagai   alat  permainannya,   sambil menirukan gerak – gerak Barongan yang dilihatnya dalam upacara ritual maupun dalam bentuk tontonan. Kesenian Barongan diiringi oleh gamelan atau karawitaan yang berlaras slendro. Kesenian barongan  memiliki  urutan – urutan penyajian  sebagai berikut : ritual sesaji,  adegan  sembahan,  adegan penthulan,  adegan  reogan,  adegan barongan,  adegan lawakan,  adegan  jaranan dan  adegan  trans (Warsono,  2002:35  –  50).  Pertunjukan kesenian barongan pada mulanya sering dilakukan oleh para seniman yang sudah lanjut usia  atau  memiliki  pengalaman  sebagai  pembarong  dalam  waktu  yang  cukup  lama. Dalam penyajian  kesenian Barongan terdapat sebuah fenomena “ Ndadi “ dalam istilah populernya sering disebut dengan adegan trans.


Trans atau ndadi adalah kemasukan  setan atau roh, orang yang kemasukan roh maka manusia tidak sadar lagi. Hal ini mengalami keadaan di luar kesadaran manusia kemudian  tidak  ingat  apa-apa,  seperti  halnya  penari  barongan  khususnya  pada  penari jaran dor yang mengalami kesurupan atau ndadi akan melakukan gerakan di luar kesadarannya,  karena  ia berada  di alam  lain  dan  penari  telah  dikuasai  oleh  roh  yang masuk  ke dalam  tubuh  penari  melalui  pawang.  Dalam  kepercayaan  masyarakat  jawa, kesurupan merupakan sesuatu yang di landasi adanya masuknya roh dalam diri seseorang di  samping  itu  diperlukannya  sesaji  yang  merupakan  suatu  cara  untuk  memuja  roh melalui  suatu  barang  atau  benda.  Hal  ini mengingat  kesenian  barongan  banyak  sekali menggunakan  gerakan atraktif atau akrobatik  yang dianggap penuh dengan magic serta sulit diterima akal sehat. Salah satu contoh pemain barongan yang sudah kemasukan (kesurupan)  disuruh memecah  kelapa dengan menggunakan  kepala, memakan  kaca dan mematikan  api dengan mulut dan lain sebagainya. Maka dari itu dalam setiap penyajian diperlukan  seorang  “pawang”  atau tua – tua. Dalam hal ini pawang berfungsi  sebagai penyembuh atau mengembalikan  kesadaran seorang pemain jika terjadi trans (kehilangan kesadarannya). Untuk menjadi pawang yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam membacakan doa – doa atau mantra – mantra, diperlukan berbagai persyaratan dan kemampuan  kekuatan  batin  yang didasari  suatu  ilmu  kejawen  yang tidak  mudah  cara memperolehnya.  Apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki,  misalnya ‘trans’ maka akan  mudah  cara  mengobatinya  dan  tidak  banyak  mengalami  hambatan.  Kemampuan seorang pawang diperoleh dengan proses pewarisan atau proses transmisi dari nenek moyangnya dan itu sudah merupakan ciri khas dari sosok seorang pawang.


Mengenai persyaratan – persyaratan  yang biasanya dilakukan oleh generasi terdahulu seperti puasa (nglakoni) agar penari barongan khususnya pembarong memiliki kekuatan batin, tetap diterapkan atau harus dilakukan oleh penari barongan meskipun pembarong tersebut masih berusia muda. Sehingga penari tidak mudah dikendalikan oleh kekuatan jahat yang sewaktu-waktu  mempengaruhinya.  Kadar atau ukuran dari kekuatan batin  yang  dimiliki  oleh  pembarong-pembarong  muda  atas  bimbingan  `pawang`  lebih rendah   dibandingkan   dengan   yang  dimiliki   oleh  generasi-generasi   yang  terdahulu. Contohnya    kekuatan   batin   yang   dimiliki   oleh   pawang   dapat   digunakan   untuk menyembuhkan  penari-penari  yang kesurupan,  sedangkan  kekuatan  batin yang dimiliki oleh pembarong  hanya digunakan  untuk  melindungi  diri sendiri.  Namun  demikian  hal tersebut sudah dianggap memenuhi syarat untuk memainkan barongan, disamping adanya ketrampilan   dan   ketangkasan   dalam   memperoleh   gerak   yang   harus   dimiliki   oleh pembarong.  Salah  satu daya tarik  pertunjukan  Barongan  terletak  pada bagian  ‘ trans’, apabila  pertunjukan  Barongan  tidak  disertai  trans (ndadi)  barangkali  kurang  mendapat perhatian dari masyarakat. Kenyataanya memang para penonton menanti-nanti  saat trans tersebut terjadi.


Apabila  dicermati,  fenomena  trans  pada  pertunjukan  Barongan  dilakukan dua pihak yaitu pawang  dan para peraga.  Kehadiran  pawang dalam setiap pertunjukan mutlak di pentaskan, mengingat proses terjadinya trans tergantung dari pawang. Untuk itu dapat disimpulkan  bahwa pawang di dalam pertunjukan  Barongan  memiliki  kedudukan yang  sangat  sentral,  karena  tanpa  kehadiran  pawang  maka  daya  tarik  pertunjukan Barongan trans (ndadi) tidak dapat terlaksana. Setiap kali ada pertunjukan kesenian Barongan senantiasa muncul bentuk atraksi trans pada  sebagian  penarinya  dan di pastikan  pula banyak  masyarakat yang    menikmati    sajian     kesenian    Barongan    tersebut,    dan    terlihat    pula perkembangan  kesenian  Barongan  yang  masih  mempertahankan  eksistensinya. Hal  ini  sangat  menarik  dan  mendorong  peneliti  ingin  lebih  lanjut  mengkaji Pawang dalam Fenomena Trans pada Kesenian Barongan tersebut. Sehingga pengetahuan dan wawasan terhadap kesenian tradisional bertambah baik.


B.  Permasalahan


Berdasarkan   uraian  latar  belakang  di  atas,  permasalahan   yang  akan dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimanakah proses menjadi seorang pawang dan perannya dalam pertunjukan  barongan di Desa Berbak Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

PAWANG DALAM FENOMENA TRANS PADA KESENIAN BARONGAN DI DESA BERBAK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA 4.5 5 Win Solution 29 June 2009 B AB I P E N DAHULUAN A.  Latar Belakang Masalah Kesenian   barongan   merupakan   salah   satu   kesenian   tradisional   yang diwariskan  ...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive