PELAKSANAAN PEMBELAJARAN VOKAL DENGAN METODE SOLFEGIO DI KELAS IV UNGGULAN SEKOLAH DASAR NEGERI UNGARAN 01-03-06 KABUPATEN SEMARANG

 On 30 June 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah


Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk tingkah laku individu dalam usahanya memenuhi kebutuhan, sehingga masalah belajar merupakan suatu hal yang dihadapi oleh setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena belajar.


Kegiatan belajar bisa dilakukan di segala tempat, tetapi khusus pada lembaga  pendidikan formal, kegiatan  belajar  diupayakan  sebaik-baiknya karena pendidikan itu sendiri sebenarnya suatu proses sehingga tidak dapat berdiri sendiri dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung .


Kegiatan belajar yang terjadi di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar itu sendiri terintegrasi komponen-komponen pengajaran. Setiap proses belajar mengajar bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Keadaan ini akan tercapai  apabila  siswa  terlibat  secara  aktif  baik  fisik,  mental  maupun emosional dalam proses belajar mengajar.


Pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertangkes) diberikan untuk menumbuhkan kepekaan rasa keindahan (estetis) dan artistik sehingga membentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis, untuk mewujudkan pengalaman berkreasi  dan  berapresiasi,  sesuai  dengan  Kurikulum  2004  yang  berbasis Kompetensi.   Dengan   demikian    kompetensi    siswalah   yang    diutamakan sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas dan potensi dirinya. Apalagi materi Kertangkes terbagi dalam lima cabang seni, yaitu Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Kerajinan dan Teknologi.


Seni musik yang menjadi bagian dari materi pelajaran Kertangkes merupakan materi yang sebenarnya sangat disukai siswa SDN Ungaran 03, karena selain ada praktek musik, juga ada praktek menyanyi. Tetapi materi ini sering menjadi berat dan tidak menyenangkan saat siswa di berikan lagu baru dengan pengenalan notasi lebih dulu,itu sebabnya dibutuhkan tehnik yang menarik agar siswa tertarik untuk menguasai notasi juga.


Pada dasarnya secara alami anak menyukai suara musik, baik dari alat audio, visual, maupun yang dibunyikan sendiri. Demikian juga dalam menyanyi,  maka  tidak  heran  kalau  perkembangan  kreativitas  musik  anak muda yang begitu pesat sering mempengaruhi anak-anak usia sekolah, karena siswa belum mempunyai filter yang baik dalam menyerap lagu yang sesuai dengan perkembangan jiwa siswa. Sangat penting bagi sekolah untuk bisa menyalurkan bakat-bakat siswa pada materi yang sesuai.


SDN Ungaran 01-03-06 merupakan tiga SD yang ada dalam satu kampus. Sejak 31 Mei 1997 SDN Ungaran 03 memperoleh kepercayaan untuk membuka Kelas Unggulan, yang siswanya diambil dari seleksi ketiga sekolah yaitu, SDN Ungaran 01, SDN Ungaran 03 dan SDN Ungaran 06. Seleksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: bagi siswa yang sejak kelas I sampai dengan kelas III mempunyai prestasi 15 besar dikelasnya, sesudah kenaikan kelas IV berhak mengikuti seleksi siswa Unggulan. Dari seleksi ini akan diambil 30 siswa. Kelas Unggulan inilah yang hampir semua mata pelajaran dipegang oleh guru bidang studi, sedangkan pada kelas reguler hampir semua mata pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali Olah Raga, Agama dan Bahasa Inggris.


Pemilihan kelas  IV Unggulan menjadi proyek penelitian dilatarbelakangi bahwa kelas Unggulan dimulai dari kelas IV, sedangkan guru bidang studi Kertangkes hanya ada di kelas Unggulan Kemudian berdasarkan pengamatan pada saat siswa mengikuti Upacara Bendera hari Senin, hampir 70% siswa pada waktu menyanyi lagu Mars Perpustakaan, ketika sampai pada syair “tua dan muda” cenderung dinyanyikan dengan nada yang lebih rendah dari nada sebenarnya yang mestinya notasinya berbunyi 4    .    3    2   1    2 menjadi  3  .  2  1   7   1.


Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa, lagu Mars Perpustakaan dikenalkan pada siswa saat masih kelas satu bukan dari notasinya melainkan dengan cara menirukan guru yang menyanyikan syairnya, kenyataan ini diakui juga oleh guru kelas I saat diwawancara, dengan alasan karena siswa masih terlalu kecil untuk dikenalkan dengan notasi yang rumit. Saat wawancara dilanjutkan pada guru kelas II dan III, jawabannya lebih bervariasi, ada guru yang mengatakan tidak menguasai notasinya , ada juga yang mengatakan tidak mengajarkan lagi lagu tersebut. Satu hal yang perlu diketahui bahwa lagu Mars Perpustakaan merupakan lagu yang wajib dinyanyikan setiap upacara bendera pada hari Senin di SDN Ungaran 03 yang wajib diikuti oleh siswa kelas III sampai kelas VI.


Winkel dalam Sumaryanto (2005:39) dikatakan, belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap yang diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk tingkah laku individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Ada satu ciri yang dapat dilihat dari proses belajar, yaitu adanya suatu perubahan, sekalipun tidak semua perubahan merupakan proses belajar, karena ada perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan.


Terdapat dua persoalan pokok dalam belajar, yaitu: (1) Persoalan mengenai  masukan,  yaitu  bagaimana  proses  belajar  itu  berlangsung  dan prinsip-prinsip   apa   yang   mempengaruhi   proses   belajar.  (2)   Persoalan mengenai keluaran, yaitu mengenai hasil belajar. Persoalan ini berkaitan dengan  tujuan   pendidikan   yang  selanjutnya dijabarkan   dalam  tujuan pengajaran.


Dengan demikian dapat disimpulkan prestasi belajar vokal adalah hasil usaha belajar yang berujud pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dicapai dari usahanya belajar vokal selama waktu tertentu.


Dalam suatu proses pembelajaran dibutuhkan suatu pendekatan tertentu agar dapat memperoleh hasil yang di harapkan. Pendekatan itu biasanya berupa metode yang dipilih dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan materi.


Menurut Sumaryanto,musik terdiri dari musik vokal dan instrumental atau gabungan dari keduanya. Dalam membentuk potensi di atas menjadi kemampuan membaca, mendengar, dan menyanyikan not/nada, untuk mengembangkan kemampuan tersebut dibutuhkan latihan yang dalam istilah musik disebut Solfegio.


Solfegio adalah istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval dan latihan-latihan melodi  dengan sillaby  zolmization, yaitu menyanyikan nada musik dengan menggunakan suku kata, Stanly dalam Sumaryanto (2005:40).  Solfegio tidak hanya menyanyi tetapi juga mendengar dan membaca nada. Istilah latihan menyanyi disebut Sight Singing, kemampuan mendengar   nada/not   disebut   dengan  Ear   Training,   sedangkan   membaca nada/not disebut Sight Reading. Metode Solfegio dipakai sebagai cara pendekatan dalam pembelajaran vokal dikelas IV Unggulan. Kemampuan mendengar, membaca dan menyanyi menjadi modal yang penting bagi siswa untuk menguasai not/nada.


Musik adalah bahasa emosi yang bersifat universal. Melalui pendengaran, musik dapat dimengerti dan dirasakan makna dan kesan yang terkandung  didalamnya  (Sumaryanto,2001:36).  Dalam  belajar  musik,  baik vokal maupun instumental, siswa akan melalui beberapa proses kegiatan, (1) melihat  kode  atau  notasi  musik,  (2)  membayangkan  dengan  kemampuan mengingat jika not tersebut dibunyikan, (3) memainkan/menyanyikan not tersebut menjadi sajian musik, dan (4) memeriksa dan mengontrol nada yang dihasilkan (Sumaryanto,2001:39). Proses mempelajari sebuah lagu untuk dapat dinyanyikan dengan benar perlu ditanamkan dengan mempelajari notasinya. Itu sebabnya guru harus memiliki kemampuan untuk membuat siswa tertarik mempelajari lagu bukan sekedar syairnya tapi juga mempelajari notasinya. Metode yang tepat akan membuat siswa menyukai setiap lagu baru sekalipun harus mempelajari notasinya.


Siswa merupakan obyek didik yang membutuhkan perhatian untuk dapat mengembangkan potensi dirinya. Arahan yang tepat pada siswa akan membuat siswa lebih percaya diri dalam mengembangkan potensi untuk meningkatkan kreativitasnya secara maksimal. Kesalahan dalam memberi arahan akan menyesatkan    siswa    seumur    hidup   apabila    tidak    ada   kesadaran   untuk memperbaiki.


Proses kegiatan pembelajaran yang berbasis kompetensi memang memberi  kesempatan pada  siswa  untuk  lebih  banyak  mengembangkan kemampuan diri, namun demikian tetap diperlukan aturan yang jelas yang semuanya ada dalam silabus, agar proses belajar mengajar tetap memiliki pedoman.


Silabus sendiri sangat membantu dalam pengaturan waktu untuk tiap semesternya, sehingga guru dapat mengatur kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan pengembangannya.


Penggunaan pendekatan sistem dan proses  pembelajaran  telah mendorong digunakannya media pembelajaran sebagai pendukung suksesnya metode yang diterapkan, seperti yang dikemukakan oleh Dientje Borman Rumampuk, bahwa media pengajaran mempunyai nilai praktis sebagai berikut:




  1. Media pendidikan dapat membangkitkan motivasi belajar.

  2. Media dapat membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit.

  3. Media   dapat   mengatasi   batas-batas   ruang   kelas,   misalnya   dalam menampilkan obyek yang terlalu besar.

  4. Media dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.

  5. Media dapat menyajikan informasi belajar secara konsisten.

  6. Media  memberi  kesan  perhatian  individual  untuk  seluruh  anggota kelompok belajar.

  7. Media dapat mengatasi penampilan obyek yang terlalu cepat dan terlalu halus untuk didengar.


Sebenarnya ada 13 (tiga belas) fungsi media yang ada, namun penulis hanya mengambil 7 (tujuh) fungsi yang sesuai dengan kebutuhan dari isi tulisan ini. SDN Ungaran 01-03-06 merupakan SD negeri yang berada di tengah kota Ungaran, Kabupaten Semarang. Memiliki sarana prasarana yang tergolong lebih lengkap dibanding SD Negeri lain yang ada di sekitar kota Ungaran. Sarana prasarana ini dapat membantu meningkatkan pembelajaran siswa . Mata pelajaran Kertangkes di SD merupakan mata pelajaran yang tidak di Ebtanas-kan, bahkan dalam tes semesterpun tidak ada tes teorinya, tetapi hanya ada tes praktek. Dalam jadwalpun mata pelajaran Kertangkes sering dipandang sebelah mata. Guru kelas sering memakai jam pelajaran Kertangkes untuk mengejar materi pelajaran yang lain. Alasan yang muncul dari hasil wawancara,  yaitu   adanya cara pandang yang mengesampingkan atau menganggap  tidak  penting pada pelajaran Kertangkes karena tidak mempengaruhi prestasi akademik dalam kenaikan kelas, sehingga sering disampaikan dengan kesan asal-asalan atau semampu guru kelasnya.


Cara pandang guru yang berakibat pada cara memperlakukan mata pelajaran   Kertangkes  berpengaruh  pada  cara  siswa menerima  dan memperlakukan pelajaran Kertangkes. Tidak heran jika siswapun sering mengikuti mata pelajaran Kertangkes dengan setengah hati, bahkan kadang dianggap pelajaran yang bebas tanpa aturan, sehingga saat mengerjakan tugas hanya ada beberapa anak yang mengerjakan dengan serius.


Adanya guru bidang studi Kertangkes  sebenarnya mulai memacu guru kelas untuk ikut kreatif dalam mengajarkan mata pelajaran Kertangkes, namun kompetensi guru yang tidak sesuai dengan bidangnya sering menghambat dan akhirnya materi yang dikuasai maksimal oleh guru kelas sajalah yang diberikan.


Sekolah mengadakan pentas seni setahun dua kali, yaitu saat perayaan hari Kartini dan Wasana Warsa (perpisahan ) kelas VI, juga dalam satu tahun ada dua sampai tiga kali lomba yang berhubungan dengan seni yang diadakan lembaga lain tetapi diikuti oleh wakil siswa SDN Ungaran 03. Kegiatan ini ikut memberi  pemacu  untuk  dapat  menjadi  yang  terbaik.  Namun  yang  terjadi biasanya adalah peserta diambilkan dari siswa yang memang sudah punya bakat bawaan dari TK atau bakat alami didikan orang tua, bukan hasil didikan guru kelas. Tingginya minat siswa terhadap pelajaran Kertangkes sering tidak terimbangi dengan kemampuan guru kelasnya.


Bakat menyanyi siswa perlu diasah dengan baik, terlebih dalam rangka meningkatkan  semangat  kebangsaan  dan cinta  tanah  air,  guru  dalam mengajarkan lagu-lagu wajib harus mengajarkan notasinya terlebih dahulu agar lagu bisa dinyanyikan dengan baik dan benar,


Penggunaan metode Solfegio dipakai sebagai alternatif    bentuk pembelajaran ternyata banyak mempengaruhi keberhasilan prestasi belajar vokal siswa,  sehingga  dapat  melakukan  improvement (perbaikan  yang  mengarah kepada hasil lebih baik). Latihan vokal dengan metode Solfegio biasanya dilakukan secara bervariasi mulai dari mendengar selanjutnya membaca dan diakhiri dengan menyanyi dengan alat bantu piano/keyboard/pianika.


Dalam perkembangannya solfegio bukan hanya menyanyi saja tetapi juga mendengar dan membaca nada. Kemampuan menyanyi disebut dengan Sight Singing, kemampuan mendengar nada disebut dengan Ear Training, sedangkan kemampuan membaca nada disebut dengan Sight Reading.  Sight Singing adalah latihan menyanyikan nada sesuai dengan melodi. (Sumaryanto, 2001: 40).


Menurut Latifah    Kodiyat(1983:68)  Ear Training adalah    latihan sistematis, latihan vokal tanpa perkataan dan hanya menggunakan suku kata terbuka. Pendengaran tersebut dapat dilatih dengan cara menyelaraskan dengan not-not yang dibaca. Semakin banyak siswa berlatih akan semakin tinggi kemampuan siswa dalam membayangkan nada, tepat atau tidaknya lompatan nada dan interval. Dengan demikian siswa akan lebih tekun dalam mempelajari lagu mulai dari menguasai notasinya lalu menerapkan ke syairnya.


Menurut Stanley seperti yang dikutip Sumaryanto(2001:31-33) Sight reading adalah membaca not tanpa persiapan atau kesanggupan sekaligus untuk membaca dan memainkan notasi musik yang belum pernah dikenal sebelumnya Berpijak pada peningkatan belajar vokal siswa, maka perlu diadakan penelitian  lebih  lanjut  tentang  “Pelaksanaan  Pembelajaran  Vokal  Dengan Metode Solfegio di Kelas IV Unggulan SD Negeri Ungaran 01-03-06 Kabupaten Semarang”.


B.  Rumusan Masalah




  1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran vokal dengan metode Solfegio di kelas IV Unggulan SD Negeri Ungaran 01-03-06 Kabupaten Semarang?

  2. Faktor  apa  saja  yang  mempengaruhi  pelaksanaan  pembelajaran  vokal dengan metode solfegio di kelas IV Unggulan SD Negeri Ungaran 01-03-06 Kabupaten Semarang?

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN VOKAL DENGAN METODE SOLFEGIO DI KELAS IV UNGGULAN SEKOLAH DASAR NEGERI UNGARAN 01-03-06 KABUPATEN SEMARANG 4.5 5 Win Solution 30 June 2009 BAB I PENDAHULUAN A .  Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk tingkah laku individu dalam usahanya memen...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive