BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pembelajaran pada suatu sekolah dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil pembelajaran pada sekolah tersebut (Mulyasa, 2004). Apabila proses dan produknya baik, maka dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran juga baik. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Jika pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada siswa (student-centered learning) maka motivasi dan perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi peningkatan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pengetahuan Alam-Biologi SMPN 37 Semarang kelas VII D diperoleh keterangan bahwa kelas VII D mempunyai aktivitas pembelajaran yang rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kurangnya frekuensi tanya jawab, kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran, kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, dan siswa pasif. Selain itu juga teramatinya minat yang kurang pada siswa saat mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa yang rendah sehingga siswa hanya belajar jika ada tugas atau hendak ulangan, kegiatan kelompok yang tidak berjalan, dan belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut berakibat terhadap hasil belajar siswa yang masih kurang dan belum sesuai dengan potensinya yaitu ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata ulangan harian materi Saling Ketergantungan tahun 2004/2005 sebesar 64,6 dan nilai rata-rata kinerja ilmiah sebesar 67,22 dengan ketuntasan belajar klasikal 66,67% dari jumlah siswa 45 terdiri dari 21 putra dan 24 putri.
Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur terhadap siswa, mereka mengatakan bahwa selama ini metode yang lebih sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah sedangkan siswa lebih banyak berperan sebagai pendengar dan pencatat. Siswa juga mengharapkan suasana kelas yang mendukung proses pembelajaran yaitu tercipta suasana yang tidak membosankan, rileks, serta siswa dapat berperan aktif. Penggunaan metode pembelajaran seharusnya bervariasi agar siswa tidak merasa jenuh.
Materi Pengelolaan Lingkungan untuk kelas VII semester genap erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar siswa. Dalam Kurikulum 2004 SMP, kompetensi dasar yang hendak dicapai pada materi Pengelolaan Lingkungan yaitu siswa mampu mendeskripsikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dan melaporkan dalam bentuk karya tulis, laporan pengamatan atau percobaan. Pada materi Pengelolaan Lingkungan terdapat beberapa submateri yang menekankan perlunya dilakukan pengamatan atau eksplorasi lingkungan alam sekitar. Maka dari itu perlu diterapkan pendekatan pembelajaran yang dapat mengeksplorasi lingkungan alam sekitar siswa. Menurut Ridlo (2005), pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber atau bahan pembelajaran adalah suatu cara menyampaikan konsep-konsep biologi agar lebih bermakna, dengan menggunakan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang cocok untuk implementasi JAS adalah pembelajaran kooperatif (Anggraito dkk, 2005). Langkah ketiga dalam pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif berdasarkan latar belakang kemampuan (tingkat) yang berbeda dengan jumlah anggota kelompok maksimal lima. Sedangkan pembentukan kelompok yang sudah dilakukan guru di kelas VII D SMPN 37
Semarang berdasarkan pemilihan anggota oleh guru secara acak tanpa mempertimbangkan kemampuan akademis. Jumlah kelompok sebanyak 8 dengan masing-masing anggota sebanyak 7 siswa. Dalam pembelajaran kelompok tersebut pada umumnya didominasi oleh mereka yang mempunyai kemampuan akademik yang tinggi sehingga siswa berkemampuan akademik rendah beranggapan bahwa pembentukan kelompok dalam kegiatan kerja ilmiah kurang memberikan nilai lebih bagi mereka. Siswa yang berkemampuan akademik rendah cenderung menarik diri dalam pembelajaran. Akibatnya terjadi kurangnya kerjasama antar anggota kelompok sehingga pembentukan kelompok menjadi tidak bermakna.
Ada berbagai model pembelajaran kooperatif, misalnya adalah STAD, Jigsaw, TGT, dan Think-Pair-Share. Strategi pembelajaran Think-Pair-Share membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri empat siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain, mengoptimalisasikan partisipasi siswa, dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004). Siswa dapat lebih berperan aktif dalam kelompok dengan jumlah anggota yang sedikit karena interaksi dalam kelompok dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Salah satu ciri utama Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar pada Kurikulum 2004 menggunakan pendekatan Penilaian Berbasis Kelas yang biasa disebut penilaian autentik (authentic assessment). Penilaian autentik sendiri sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil proses pembelajaran melalui sistem penilaian. Dengan penilaian autentik diharapkan siswa tidak hanya memahami materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran tetapi melakukan tindakan dan menghasilkan suatu produk sebagai wujud dari pemahamannya akan materi yang dipelajari (Suhardi dkk, 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dan penilaian autentik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VII D SMP Negeri 37 Semarang pada materi Pengelolaan Lingkungan?
No comments:
Post a Comment