MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN JAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE DAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMPN 37 SEMARANG

 On 29 June 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang


Kualitas  pembelajaran  pada suatu sekolah  dapat dilihat  dari segi proses dan  segi  hasil  pembelajaran  pada  sekolah  tersebut  (Mulyasa,  2004).  Apabila proses dan produknya baik, maka dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran juga baik. Keberhasilan  suatu pembelajaran  dapat dipengaruhi  oleh pendekatan pembelajaran  yang  digunakan  guru.  Jika  pendekatan  pembelajarannya  menarik dan terpusat pada siswa (student-centered learning) maka motivasi dan perhatian siswa  akan  terbangkitkan  sehingga  akan  terjadi  peningkatan  interaksi  siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pengetahuan Alam-Biologi SMPN 37 Semarang kelas VII D diperoleh keterangan bahwa kelas VII D mempunyai aktivitas pembelajaran yang rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kurangnya frekuensi tanya jawab,  kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran,  kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan  pendapat, dan siswa  pasif.  Selain  itu  juga  teramatinya  minat  yang  kurang  pada  siswa  saat mengikuti  proses  pembelajaran,  motivasi  belajar  siswa  yang  rendah  sehingga siswa hanya belajar jika ada tugas atau hendak ulangan, kegiatan kelompok yang tidak berjalan, dan belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok.


Kurangnya   aktivitas   siswa   dalam   pembelajaran   tersebut   berakibat terhadap  hasil  belajar  siswa  yang  masih  kurang  dan  belum  sesuai  dengan potensinya yaitu ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata ulangan harian materi Saling Ketergantungan  tahun 2004/2005 sebesar 64,6 dan nilai rata-rata kinerja ilmiah sebesar 67,22   dengan ketuntasan belajar klasikal 66,67% dari jumlah siswa 45 terdiri dari 21 putra dan 24 putri.


Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur terhadap siswa, mereka mengatakan bahwa selama ini metode yang lebih sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah sedangkan siswa lebih banyak berperan sebagai pendengar  dan pencatat.  Siswa juga mengharapkan  suasana kelas yang mendukung proses pembelajaran yaitu tercipta suasana yang tidak membosankan, rileks,   serta  siswa   dapat   berperan   aktif.   Penggunaan   metode   pembelajaran seharusnya bervariasi agar siswa tidak merasa jenuh.


Materi Pengelolaan Lingkungan untuk kelas VII semester genap erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar siswa. Dalam Kurikulum 2004 SMP, kompetensi dasar yang hendak dicapai pada materi Pengelolaan  Lingkungan  yaitu  siswa  mampu  mendeskripsikan  peran  manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dan melaporkan dalam bentuk karya tulis, laporan pengamatan  atau percobaan.  Pada  materi  Pengelolaan  Lingkungan  terdapat  beberapa  submateri yang  menekankan  perlunya  dilakukan  pengamatan  atau  eksplorasi  lingkungan alam sekitar. Maka dari itu perlu diterapkan pendekatan pembelajaran yang dapat mengeksplorasi lingkungan alam sekitar siswa. Menurut Ridlo (2005), pendekatan Jelajah Alam  Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, maupun  budaya  sebagai  obyek  belajar  biologi  yang  fenomenanya  dipelajari melalui  kerja ilmiah.  Pembelajaran  yang dilakukan  dengan  cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber atau bahan pembelajaran adalah suatu cara menyampaikan konsep-konsep biologi agar lebih bermakna,  dengan menggunakan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.


Salah  satu  strategi  pembelajaran  yang  cocok  untuk  implementasi  JAS adalah pembelajaran kooperatif (Anggraito dkk, 2005). Langkah ketiga dalam pembelajaran kooperatif adalah pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif berdasarkan latar belakang kemampuan (tingkat) yang berbeda dengan jumlah anggota kelompok maksimal lima. Sedangkan pembentukan  kelompok  yang  sudah  dilakukan  guru  di kelas  VII D SMPN  37


Semarang   berdasarkan pemilihan   anggota   oleh   guru   secara acak tanpa mempertimbangkan kemampuan akademis. Jumlah kelompok sebanyak 8 dengan masing-masing anggota sebanyak   7  siswa.   Dalam   pembelajaran   kelompok tersebut pada umumnya  didominasi  oleh mereka yang mempunyai  kemampuan akademik yang  tinggi sehingga  siswa  berkemampuan akademik rendah beranggapan bahwa pembentukan kelompok dalam kegiatan kerja ilmiah kurang memberikan nilai lebih bagi mereka. Siswa yang berkemampuan akademik rendah cenderung   menarik  diri  dalam  pembelajaran.   Akibatnya    terjadi  kurangnya kerjasama  antar  anggota  kelompok  sehingga  pembentukan  kelompok  menjadi tidak bermakna.


Ada berbagai model pembelajaran kooperatif, misalnya adalah STAD, Jigsaw, TGT, dan Think-Pair-Share. Strategi pembelajaran Think-Pair-Share membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok  kecil terdiri empat siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja   sendiri   serta   bekerjasama   dengan   orang   lain,   mengoptimalisasikan partisipasi siswa, dan memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie,  2004). Siswa dapat lebih berperan aktif dalam kelompok dengan jumlah anggota yang sedikit karena interaksi dalam kelompok dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.


Salah  satu  ciri  utama  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi  yaitu  penilaian yang menekankan  pada proses  dan hasil belajar  dalam upaya  penguasaan  atau pencapaian suatu kompetensi. Untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar pada Kurikulum 2004 menggunakan  pendekatan Penilaian Berbasis Kelas yang biasa disebut penilaian autentik  (authentic  assessment).  Penilaian  autentik  sendiri sebenarnya  bertujuan  untuk  meningkatkan  kualitas  hasil  proses  pembelajaran melalui sistem penilaian. Dengan penilaian autentik diharapkan siswa tidak hanya memahami  materi yang dipelajari  dalam proses pembelajaran  tetapi melakukan tindakan dan menghasilkan suatu produk sebagai wujud dari pemahamannya akan materi yang dipelajari (Suhardi dkk, 2003).


B.  Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar dengan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dan penilaian autentik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VII D SMP Negeri 37 Semarang pada materi Pengelolaan Lingkungan?

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN JAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE DAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMPN 37 SEMARANG 4.5 5 Win Solution 29 June 2009 BA B I P E NDAHULUAN A .  Latar Belakang Kualitas  pembelajaran  pada suatu sekolah  dapat dilihat  dari segi proses dan  segi  hasil  pembe...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive