INTERPRETASI CITRA SATELIT SPOT 5 UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG

 On 27 June 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang


Perkembangan teknologi bidang informatika yang sangat cepat membuat beberapa negara-negara maju pada umumnya menjadikan hal ini sebagai pendorong kemajuan teknologi. Bidang komputasi yang merupakan salah satu komponen bidang informatika adalah salah satu contoh konkritnya. Negara-negara maju terus mengembangkan teknologi komputasi meliputi kapasitas memori yang semakin besar, proses data yang semakin cepat dan fungsi  yang  sangat  majemuk  (multi  fungsi)  serta  semakin  mudahnya komputer  dioperasikan  melalui  beberapa  paket  program,  berdampak  pula pada proses pembuatan  peta.  Pembuatan peta  secara  konvensional secara terestris dapat dipermudah dengan bantuan komputer mulai dari pembacaan data di lapangan yang dapat langsung didownload ke komputer untuk pelaksanaan perhitungan poligon, perataan penghitungan (koreksi) dan lain- lain, bahkan sampai pada proses pembuatan pemisahan warna secara digital sebagai bagian dari proses pencetakan peta (Hadjarati Dedet, 2006).


Teknik penginderaan jauh berkembang sebegitu pesat dimulai sejak diluncurkan satelit ERTS (Earth Resources Techmologi Satelit) pada tahun 1972 (Purwadhi F. Sri H., 2001 : 1). Hal ini memungkinkan pengumpulan data  di  permukaan  bumi  secara  besar-besaran  pula,  mengambil  gambar seluruh permukaan bumi tanpa harus melalui izin kenegaraan terlebih dahulu.


Analisis menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara,  karena  citra  satelit  memiliki  beberapa nilai  lebih seperti  :  a) Mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisis dalam  skala  regional,  yang seringkali menguntungkan untuk  memperoleh gambaran geologis area tersebut, b) Pengambilan data dapat dilakukan sewaktu-waktu (multi temporal) karena orbit satelit yang mengitari bumi, dan c)  Memiliki  kemungkinan penerapan sensor  pendeteksi multispektral dan hiperspektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau digital number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati.


Jika ditinjau dari hal di atas citra satelit memiliki banyak kelebihan tetapi pemanfaatan citra satelit masih belum mampu diefektifkan oleh masyarakat di Indonesia. Ditinjau dari segi efisiensi pembuatannya ada kecenderungan semakin banyak pihak yang berkecimpung dalam pembuatan peta digital, karena prosesnya akan lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan peta secara konvensional yaitu dengan metode interpretasi foto udara maupun interpretasi Peta Rupa Bumi buatan Bakosurtanal.


Bayangkan saja  kegiatan  fotografik lewat  foto  udara  yang dahulu dipergunakan untuk proses pemetaan harus melalui birokrasi yang berbelit- belit sebelum bisa melakukan kegiatan foto udara. Selain itu bagi pelaku pembuat foto udara harus mengeluarkan biaya yang sangat besar namun hasil yang didapat tidak sepadan dengan biayanya.


Berdasarkan hal di atas maka pembuatan peta yang lebih mudah dikembangkan melalui pemanfaatan citra satelit. Hal ini disebabkan karena dengan orbit satelit yang setiap saat mengitari bumi termasuk wilayah Indonesia, satelit bisa sewaktu-waktu mengambil gambar muka bumi Indonesia dan membuat cakupan rekaman data tentang kenampakan permukaan bumi wilayah Indonesia dapat direkam semuanya dan dapat dipetakan sesuai periode waktu yang ditetapkan. Salah satu kesulitan dalam proses pemetaan dengan citra satelit adalah masih diperlukan proses interpretasi data obyek yang ada pada citra satelit, sehingga diperlukan pengecekan lapangan (field checking) dan data/peta lain untuk ketepatan informasi tentang data yang dipetakan. Namun kesulitan ini dapat diatasi sendiri oleh pihak pengguna dengan jalan melaksanakan kegiatan pengecekan lapangan sendiri sesuai kebutuhan.


Lahan perkotaan yang bersifat dinamis dinilai perlu dipantau secara berkala. Khususnya daerah Semarang Barat yang merupakan daerah dataran rendah   yang   berbatasan   langsung   dengan   pantai.   Sebagai   salah   satu contohnya, perluasan areal pantai atau biasa dikenal dengan reklamasi pantai di sebelah utara sangat perlu untuk ditinjau dari waktu kewaktu mulai dari seberapa luas  perluasannya dan   bagaimana dampaknya pada daerah sekitarnya. Untuk itu interpretasi citra mengenai penutup/penggunaan lahan tentunya mampu memberikan informasi primer sebelum diadakannya survei lapangan dan pembaharuan data pendukung lainnya.


Citra  SPOT 5 memiliki beberapa kelebihan dalam  analisis spasial secara detail karena resolusi spasialnya yang tergolong tinggi yaitu sebesar 2,5  meter,  sehingga  mampu  menampilkan  tampilan  penutup  lahan  yang sangat baik dan detail meskipun masih kalah dengan citra satelit lainnya seperti Quickbird dan Ikonos yang masing-masing memiliki resolusi spasial 0.6 meter dan 1 meter.


Disamping itu satelit SPOT 5 memberikan keseimbangan yang ideal antara resolusi tinggi dan luas area cakupan. Daerah cakupan tersebut merupakan   asset   kunci   untuk   aplikasi   seperti   dalam   pemetaan   skala menengah (pada 1 : 25.000 dan 1 : 10.000), perencanaan wilayah kota dan pedesaan, eksplorasi minyak dan gas serta manajemen atau mitigasi bencana. Fitur kunci dari satelit SPOT 5 lainnya adalah tidak ditetapkannya acuan kemampuan akuisisi dari instrument HRS (High Resolution Stereo), yang mana  mampu  mengcover area  yang luas  dalam  sekali  orbit. Penggunaan sensor stereo adalah vital untuk permodelan tiga dimensi suatu daerah dan lingkungan komputerisasi sekitarnya,   contohnya basis  data simulasi penerbangan, koridor jalur pipa dan perencanaan jaringan telepon genggam (http//www.satimagery.com).


Namun sampai saat ini yang dapat mengoptimalkan pemetaan menggunakan citra satelit dan pemanfaatannya adalah pihak atau lembaga- lembaga di luar negeri. Di Indonesia sendiri baru akan dilaksanakan dan telah dilaksanakan  persiapan-persiapan  ke  arah  pemetaan  digital.  Dengan dikembangkannya pemetaan digital oleh pihak-pihak asing, tidak menutup kemungkinan data mengenai wilayah Indonesia justru lebih dikuasai oleh pihak luar, sehingga pihak kita justru harus membeli untuk dapat memiliki dan memanfaatkannya.


Dari  latar  belakang diatas  maka  peneliti  tertarik untuk melakukan penelitian  dengan  judul “INTERPRETASI  CITRA  SATELIT  SPOT  5 UNTUK   PEMETAAN  PENGGUNAAN   LAHAN   KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG”


B.  Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dirumuskan permasalahan bagaimanakah pola keruangan penggunaan  lahan yang  didapat  dari interpretasi citra satelit SPOT 5 ?

INTERPRETASI CITRA SATELIT SPOT 5 UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG 4.5 5 Win Solution 27 June 2009 B AB I P E NDA H U L U AN A.  Latar Belakang Perkembangan teknologi bidang informatika yang sangat cepat membuat beberapa negara-negara maju...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive