BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi bidang informatika yang sangat cepat membuat beberapa negara-negara maju pada umumnya menjadikan hal ini sebagai pendorong kemajuan teknologi. Bidang komputasi yang merupakan salah satu komponen bidang informatika adalah salah satu contoh konkritnya. Negara-negara maju terus mengembangkan teknologi komputasi meliputi kapasitas memori yang semakin besar, proses data yang semakin cepat dan fungsi yang sangat majemuk (multi fungsi) serta semakin mudahnya komputer dioperasikan melalui beberapa paket program, berdampak pula pada proses pembuatan peta. Pembuatan peta secara konvensional secara terestris dapat dipermudah dengan bantuan komputer mulai dari pembacaan data di lapangan yang dapat langsung didownload ke komputer untuk pelaksanaan perhitungan poligon, perataan penghitungan (koreksi) dan lain- lain, bahkan sampai pada proses pembuatan pemisahan warna secara digital sebagai bagian dari proses pencetakan peta (Hadjarati Dedet, 2006).
Teknik penginderaan jauh berkembang sebegitu pesat dimulai sejak diluncurkan satelit ERTS (Earth Resources Techmologi Satelit) pada tahun 1972 (Purwadhi F. Sri H., 2001 : 1). Hal ini memungkinkan pengumpulan data di permukaan bumi secara besar-besaran pula, mengambil gambar seluruh permukaan bumi tanpa harus melalui izin kenegaraan terlebih dahulu.
Analisis menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih seperti : a) Mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisis dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut, b) Pengambilan data dapat dilakukan sewaktu-waktu (multi temporal) karena orbit satelit yang mengitari bumi, dan c) Memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multispektral dan hiperspektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau digital number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati.
Jika ditinjau dari hal di atas citra satelit memiliki banyak kelebihan tetapi pemanfaatan citra satelit masih belum mampu diefektifkan oleh masyarakat di Indonesia. Ditinjau dari segi efisiensi pembuatannya ada kecenderungan semakin banyak pihak yang berkecimpung dalam pembuatan peta digital, karena prosesnya akan lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan peta secara konvensional yaitu dengan metode interpretasi foto udara maupun interpretasi Peta Rupa Bumi buatan Bakosurtanal.
Bayangkan saja kegiatan fotografik lewat foto udara yang dahulu dipergunakan untuk proses pemetaan harus melalui birokrasi yang berbelit- belit sebelum bisa melakukan kegiatan foto udara. Selain itu bagi pelaku pembuat foto udara harus mengeluarkan biaya yang sangat besar namun hasil yang didapat tidak sepadan dengan biayanya.
Berdasarkan hal di atas maka pembuatan peta yang lebih mudah dikembangkan melalui pemanfaatan citra satelit. Hal ini disebabkan karena dengan orbit satelit yang setiap saat mengitari bumi termasuk wilayah Indonesia, satelit bisa sewaktu-waktu mengambil gambar muka bumi Indonesia dan membuat cakupan rekaman data tentang kenampakan permukaan bumi wilayah Indonesia dapat direkam semuanya dan dapat dipetakan sesuai periode waktu yang ditetapkan. Salah satu kesulitan dalam proses pemetaan dengan citra satelit adalah masih diperlukan proses interpretasi data obyek yang ada pada citra satelit, sehingga diperlukan pengecekan lapangan (field checking) dan data/peta lain untuk ketepatan informasi tentang data yang dipetakan. Namun kesulitan ini dapat diatasi sendiri oleh pihak pengguna dengan jalan melaksanakan kegiatan pengecekan lapangan sendiri sesuai kebutuhan.
Lahan perkotaan yang bersifat dinamis dinilai perlu dipantau secara berkala. Khususnya daerah Semarang Barat yang merupakan daerah dataran rendah yang berbatasan langsung dengan pantai. Sebagai salah satu contohnya, perluasan areal pantai atau biasa dikenal dengan reklamasi pantai di sebelah utara sangat perlu untuk ditinjau dari waktu kewaktu mulai dari seberapa luas perluasannya dan bagaimana dampaknya pada daerah sekitarnya. Untuk itu interpretasi citra mengenai penutup/penggunaan lahan tentunya mampu memberikan informasi primer sebelum diadakannya survei lapangan dan pembaharuan data pendukung lainnya.
Citra SPOT 5 memiliki beberapa kelebihan dalam analisis spasial secara detail karena resolusi spasialnya yang tergolong tinggi yaitu sebesar 2,5 meter, sehingga mampu menampilkan tampilan penutup lahan yang sangat baik dan detail meskipun masih kalah dengan citra satelit lainnya seperti Quickbird dan Ikonos yang masing-masing memiliki resolusi spasial 0.6 meter dan 1 meter.
Disamping itu satelit SPOT 5 memberikan keseimbangan yang ideal antara resolusi tinggi dan luas area cakupan. Daerah cakupan tersebut merupakan asset kunci untuk aplikasi seperti dalam pemetaan skala menengah (pada 1 : 25.000 dan 1 : 10.000), perencanaan wilayah kota dan pedesaan, eksplorasi minyak dan gas serta manajemen atau mitigasi bencana. Fitur kunci dari satelit SPOT 5 lainnya adalah tidak ditetapkannya acuan kemampuan akuisisi dari instrument HRS (High Resolution Stereo), yang mana mampu mengcover area yang luas dalam sekali orbit. Penggunaan sensor stereo adalah vital untuk permodelan tiga dimensi suatu daerah dan lingkungan komputerisasi sekitarnya, contohnya basis data simulasi penerbangan, koridor jalur pipa dan perencanaan jaringan telepon genggam (http//www.satimagery.com).
Namun sampai saat ini yang dapat mengoptimalkan pemetaan menggunakan citra satelit dan pemanfaatannya adalah pihak atau lembaga- lembaga di luar negeri. Di Indonesia sendiri baru akan dilaksanakan dan telah dilaksanakan persiapan-persiapan ke arah pemetaan digital. Dengan dikembangkannya pemetaan digital oleh pihak-pihak asing, tidak menutup kemungkinan data mengenai wilayah Indonesia justru lebih dikuasai oleh pihak luar, sehingga pihak kita justru harus membeli untuk dapat memiliki dan memanfaatkannya.
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “INTERPRETASI CITRA SATELIT SPOT 5 UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dirumuskan permasalahan bagaimanakah pola keruangan penggunaan lahan yang didapat dari interpretasi citra satelit SPOT 5 ?
No comments:
Post a Comment