BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan antar dunia usaha semakin ketat dan menipisnya batas antar negara membawa pengaruh yang besar terhadap perusahaan suatu negara untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan baik yang ada di dalam negeri sendiri maupun yang ada di luar negeri. Persaingan antar perusahaan maupun antar negara tersebut berlangsung secara bebas dan ketat karena banyak bermunculan perusahaan-perusahaan asing di dalam negeri yang disebabkan oleh semakin tipisnya batas antar negara tadi. Persaingan yang ada tersebut dapat diatasi salah satunya dengan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dimata para publik pada umumnya dan para investor pada khususnya.
Di Indonesia, Industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam dunia bisnis. Jarak membuat mereka tidak bisa bertatap muka serta didukung dengan letak Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, sehingga membutuhkan sarana yang dapat menghubungkan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Indonesia memiliki banyak sekali perusahaan telekomunikasi, mereka bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik dan diminati oleh masyarakat. Beberapa waktu yang lalu, PT. Telkom, Tbk merupakan perusahaan monopoli di bidang komunikasi di Indonesia, namun sekarang banyak bermunculan perusahaan-perusahaan telekomunikasi antara lain Indosat, Telkom, Excelcomindo, Bakrie Telekomunikasi, Natrindo dan Mobile 8. Salah satu pesaing terbesar PT. Telkom, Tbk adalah PT. Indosat, Tbk. Kedua perusahaan tersebut saling bersaing untuk mendapatkan peringkat yang terbaik dengan cara menunjukkan kinerja yang baik dihadapan publik. Hal tersebut bisa tercapai apabila perusahaan dapat memberikan prestasi terbaiknya dengan memberikan return dan deviden saham tepat pada waktunya dan bernilai lebih.
Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Dengan mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan, dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan strategis perusahaan sehingga dapat sukses dalam persaingan di dalam maupun di luar negeri.
Adanya kinerja keuangan yang baik, akan mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Maka, setiap pihak terutama pihak eksternal memerlukan informasi atas laporan keuangan perusahaan. Analisis atas laporan keuangan sangat penting, karena dengan mengetahui laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Munawir, 2002:1).
Penilaian terhadap prestasi dan kinerja perusahaan tersebut pada umumnya dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan salah satu teknik atau metode dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan yang membandingkan antara nilai suatu rekening tertentu dengan nilai rekening yang lainnya dalam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini memiliki keterbatasan (Warsono, 2003:25). Penilaian dengan menggunakan rasio keuangan tidak memperhitungkan adanya biaya modal (Cost of Capital) yang dapat mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal (Utama & Afriani, 2005)
Pada tahun 1980-an, Stern Stewart dan Co, terutama Joel M Stewart memperkenalkan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja keuangan yaitu dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA). EVA berangkat dari konsep biaya modal (Cost of Capital), yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya (Poeradisastra, 2002:20). Stewart (2005:50) mengatakan bahwa riset terhadap EVA menunjukkan adanya korelasi paling kuat terhadap penciptaan nilai bagi pemegang saham, yaitu dua kali imbal hasil (return) atas saham biasa (return on ordinary equity) ataupun imbal hasil atas aktiva bersih (return on net assets).
Economic Value Added (EVA) merupakan selisih antara Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan Capital Charge (biaya modal). Selain EVA, ada pendekatan yang lain yang digunakan juga untuk mengukur kinerja perusahaan yang didasarkan pada nilai pasar. Perhitungan dengan berdasarkan nilai pasar tersebut dikenal dengan istilah Market Value Added (MVA). Market Value Added (MVA) merupakan selisih nilai pasar perusahaan dengan modal yang diinvestasikan. Kedua pendekatan penilaian kinerja keuangan perusahaan di atas, yaitu EVA dan MVA tergolong masih baru jika dibandingkan dengan rasio keuangan. EVA Sekarang ini, EVA dan MVA mulai digunakan untuk mengukur kinerja keuangan oleh berbagai perusahaan sebagai salah satu upaya untuk dapat menghubungkan antara kepentingan manajemen perusahaan dengan investor (dalam hal ini para pemegang saham perusahaan). Di satu sisi, pihak manajemen perusahaan menginginkan penghargaan (reward) yang tinggi dalam menjalankan perusahaan, tetapi di sisi lain, pihak penyandang dana yaitu pemegang saham dan para kreditur menginginkan peningkatan kesejahteraan dan pengembalian yang tinggi atas investasi yang dilakukannya. Agency conflict seperti ini dapat diminimalisir dengan penerapan management by open book (manajemen yang menitikberatkan pada keterbukaan) yang digunakan sebagai salah satu syarat pelaksanaan Good Corporate Governance. EVA dan MVA merupakan salah satu cara yang tepat untuk dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan para penyandang dana (dalam hal ini para pemegang saham). Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini berjudul "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2000-2004".
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka masalah yang ingin diangkat adalah :
- Bagaimana menilai kinerja keuangan Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan pendekatan EVA dan MVA ?
- Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan di antara Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan pendekatan EVA dan MVA ?
No comments:
Post a Comment