BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan yang terjadi dalam era pembangunan dewasa ini menghendaki agar seluruh potensi nasional dapat dihimpun menjadi suatu kekuatan besar yang akan berhasil menggerakkan kekuatan yang lebih besar untuk mendorong bangsa dan masyarakat Indonesia mencapai cita-citanya, berkembang dan maju. Artinya bahwa pembangunan menuntut peran serta seluruh masyarakat secara aktif untuk berkembang dan maju, tanpa pengecualian antara pria dan wanita. Potensi kaum wanita sebagai salah satu unsur dalam menunjang pembangunan tidak dapat diasingkan lagi, baik perannya secara langsung maupun tidak langsung. Pada penelitian di sejumlah kawasan seperti yang dilaporkan Bank Dunia wanita mempunyai kontrol yang lebih besar pula terhadap penggunaan dana.
Masalah ketenagakerjaan erat kaitannya dengan masalah pembangunan kependudukan yang berhubungan dengan usaha fisik dan mental dari penduduk untuk mendapatkan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini pembangunan kependudukan khususnya bidang ketenagakerjaan merupakan upaya yang sifatnya menyeluruh di semua sektor dan daerah serta ditujukan pada perluasan lapangan pekerjaan, pemerataan kesempatan kerja, peningkatan mutu dan kemampuan sumber daya manusia serta perlindungan kerja. Sebagai bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia, hal ini diarahkan untuk meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, maka jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja meningkat juga. Upaya untuk melibatkan wanita dalam pembangunan mutlak di perlukan karena wanita merupakan sebagian besar sumber daya manusia yang tersedia sebagai modal dasar pembangunan. Partisipasinya sebagai angkatan kerja dalam mencurahkan waktunya untuk bekerja berkaitan dengan perannya dalam pembangunan ekonomi yang diyakini cukup bermanfaat, antara lain:
- Mengurangi tingkat pengangguran.
- Meningkatkan produktivitas kerja wanita.
- Meningkatkan pendapatan.
- Meningkatkan peran fungsi sosialnya.
Di Indonesia jumlah angkatan kerja wanita menunjukkan kecenderungan meningkat, dengan pertambahan yang lebih cepat daripada angkatan kerja laki-laki. Hal ini selain disebabkan untuk peningkatan yang cukup tinggi dari jumlah penduduk wanita juga semakin luasnya lapangan pekerjaan dan semakin tinggi tingkat pendidikan mereka sehingga saat ini wanita lebih banyak mempunyai pilihan dalam aktivitas kehidupan ekonominya dibandingkan dengan masa lalu.
Masalah kependudukan erat kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan, sebab jumlah komposisi, distribusi dan kualitas penduduk menentukan jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja. Data sensus penduduk tahun 2004 menunjukkan korelasi positif antara laju pertumbuhan penduduk dengan laju pertambahan angkatan kerja, yaitu laju pertumbuhan penduduk pada dekade 1990-2000 sebesar 1,49% per tahun dan laju pertumbuhan angkatan kerja sebesar 1,03% per tahun.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2004, jumlah angkatan kerja pria sebesar 58.779.772 jiwa dan angkatan kerja wanita sebanyak 36.871.239 jiwa. Jika melihat fakta yang ada, tingkat partisipasi kerja wanita dalam mencurahkan waktunya untuk bekerja lebih kecil yaitu sebesar 51,69% sedangkan pria 84,17%. Hal ini dikarenakan pekerjaan rumah tangga yang dilakukan wanita tidak dihitung sebagai kerja sebab tidak menghasilkan uang. Dalam pembangunan, wanita punya tanggung jawab yang sama dengan pria terutama peranannya dalam pembangunan.
Bahwa khusus propinsi Jawa Timur terdapat sekitar 12.945 jumlah penduduk wanita. Hal ini berarti peran serta wanita di Jawa Timur khususnya disamping sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pencari nafkah sebesar 18,4% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari data diatas terlihat bahwa jumlah wanita dari kuantitasnya merupakan potensi yang wajib diperhitungkan karena melibatkan wanita dapat mempercepat proses pembangunan bangsa. Pendapat hampir sama juga diungkapkan oleh Sajogya (1993), bahwa mengikutsertakan wanita dalam proses pembangunan merupakan tindakan peri kemanusiaan, tetapi juga merupakan tindakan efisiensi, karena tanpa mengikutsertakan wanita dalam pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Sejak terbukanya kesempatan kerja bagi wanita diluar peran rumah tangga, wanita mulai melaksanakan perannya sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah. Untuk itu wanita mengatur pekerjaannya dengan mengurangi waktu untuk pekerjaan rumah tangga. Partisipasi kerja wanita tidak saja menyebabkan penambahan penghasilan rumah tangga namun juga meningkatkan peran wanita dalam mengambil keputusan. Dengan demikian wanita seperti halnya dengan pria menjadi sumber daya manusia bersama-sama sumber daya fisik lainnya menjadi penentu tercapainya pembangunan nasional yaitu masyarakat adil makmur.
Meningkatnya keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi ditandai oleh dua proses. Pertama, peningkatan dalam "jumlah wanita" yang terlibat dalam pekerjaan diluar rumah tangga (Out door activity). Hal ini antara lain dapat dilihat dari kenaikan tingkat partisipasi wanita dari waktu ke waktu. Kedua, peningkatan dalam jumlah bidang "pekerjaan" yang dapat dimasuki oleh wanita. Bidang-bidang yang sebelumnya masih di dominasi oleh laki-laki berangsur-angsur atau bahkan di dominasi oleh wanita.
Wanita selain bertanggung jawab dengan pekerjaan rumah tangga, maka ikut pula menanggung beban untuk mencari nafkah menutupi kekurangan yang sudah terbatas, demi memenuhi kelangsungan hidup keluarganya. Maka wanita bisa ikut serta memenuhi kebutuhan dengan bekerja untuk membantu meringankan beban keluarga. Selain itu, untuk menambah pendapatan dalam keluarga.
Kebanyakan wanita bekerja pada industri kecil, ini dikarenakan waktu yang tersedia tidak terlalu menyita dalam mengurusi rumah tangga. Selain itu lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat bekerja, sehingga mereka merasa tidak merasa terbebani dengan pekerjaan yang ada maka sebaliknya mereka merasa menikmati pekerjaan tersebut.
Menurut E.R dan Mustaniroh (2005) mengatakan bahwa wanita bekerja dalam mencurahkan waktunya untuk bekerja dipengaruhi oleh pendapatan dalam keluarga. Ini disebabkan bila pendapatan keluarga dalam hal ini suami kurang memenuhi kebutuhan dalam kelaurga maka wanita sebagai isteri dapat membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara bekerja. Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja wanita, Ini dikarenakan semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan dalam keluarga akan melibatkan wanita sebagai isteri untuk membantu pendapatan suami yang pendapatannya kurang. Sedangkan untuk faktor pendidikan dan umur tidak terlalu berpengaruh secara signifikan sebab dalam bekerja terutama dalam industri kecil tidak memerlukan pendidikan yang tinggi akan tetapi mempunyai
keterampilan dan keahlian yang dia miliki. Dan umur juga tidak terlalu berpengaruh secara signifikan karena dalam bekerja untuk membantu suami tanpa memperdulikan umur karena bekerja untuk kepuasan sendiri dengan upah yang dia terima. Partisipasi aktif pria dan wanita dalam proses pembangunan akan mempercepat tercapainya pembangunan, karena berperannya salah satu pihak, pria atau wanita akan memperlambat proses pembangunan itu sendiri.
Industri kecil dan industri rumah tangga menawarkan kesempatan kerja terutama bagi wanita karena pada umumnya teknologi yang digunakan pada kedua industri tersebut masih sederhana dan padat karya. Hal ini terbukti dari kemampuan industri kecil yang menyerap banyak tenaga kerja dari keseluruhan tenaga kerja disektor industri. Dengan kata lain, industri kecil dan industri rumah tangga bermanfaat bagi alternatif penampungan tambahan angkatan kerja.
Dengan turunnya wanita di pasar kerja maka pola peranan yang terjadi tidak lagi hanya disektor domestik saja tetapi juga mulai meluas di sektor publik. Dalam hal ini dengan bekerjanya wanita maka dominasi kaum laki-laki dalam keluarga mulai terimbangi oleh kekuatan ekonomi kaum wanita. Dan kekuatan ekonomi kaum wanita ini sedikit banyak akan mempengaruhi posisinya dalam keluarga.
Karena itu fenomena semakin meningkatnya partisipasi tenaga kerja wanita dalam mencurahkan waktunya untuk bekerja, yang cukup penting pengaruhnya terhadap dinamika pasar kerja wanita. Hal inilah yang mendorong penulis untuk memilih skripsi dengan judul :
"ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN WAKTU KERJA WANITA (studi kasus pada Desa Sukodono Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik) ".
1.2 Perumusan masalah
Karena beberapa faktor berpengaruh pada peluang kerja bagi wanita yang berperan ganda dan cenderung ke sektor sekunder dan memilih industri kecil sebagai wahana mencari nafkah, dari latar belakang di atas maka permasalahan yang timbul adalah :
- Apakah ada pengaruh antara partisipasi tenaga kerja wanita dalam mencurahkan waktu pada kegiatan industri kecil dengan tingkat pendidikan, umur, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendapatan keluarga pada desa Sukodono, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.
No comments:
Post a Comment