BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Industri tekstil dalam kancah dunia bukanlah merupakan sosok yang baru lagi melainkan wajah lama. Istilah tekstil yang biasa kita dengar berasal dari kata dalam bahasa latin "texere" yang berarti menenun. Tekstil merupakan komoditi yang mempunyai kegunaan luas. Sebagian besar output dari industri tekstil oleh masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang. Akan tetapi selain untuk sandang tekstil juga dapat digunakan untuk hal-hal yang lain semisal: dunia kedokteran, industri mobil. Industri mobil menggunakan produk tekstil dalam bentuk kain pembungkus jok. Produk tekstil yang digunakan dalam dunia kedokteran antara lain: benang operasi, perban.
Tabel-tabel di bawah ini memberi informasi kepada kita tentang peranan industri tekstil dalam perekonomian dunia. Peranan industri tekstil bagi perekonomian dunia dapat diamati dari beberapa sudut pandang, salah satunya ialah dari sisi perdagangan internasional. Dari data yang disajikan oleh Tabel 1.1 tampak bahwa selama kurun waktu lima tahun (tahun 2000- tahun 2004) peranan tekstil baik dalam perdagangan komoditi dunia maupun ekspor manufaktur menunjukkan kecenderungan menurun. Jika pada tahun 2000 peranan tekstil dalam perdagangan komoditi dunia bisa mencapai angka 2,5%, di tahun 2004 menurun menjadi 2,2%.
sedangkan untuk tahun 2000 kontribusi tekstil dalam ekspor manufaktur dunia sebesar 3.5%, pada tahun 2004 tinggal 3%.
Tabel 1.1
Peranan Komoditi Tekstil Dalam Perdagangan Dunia
2000-2004 (%)
Tahun | Share terhadap perdagangan komoditi dunia | Share terhadap ekspor manufaktur dunia |
2000 | 2.5% | 3.4% |
2001 | 2.5% | 3.3% |
2002 | 2.4% | 3.2% |
2003 | 2.3% | 3.1% |
2004 | 2.2% | 3% |
Sumber: WTO(2002,2005)
Pertumbuhan ekspor tekstil dunia di masa lalu dapat dibagi menjadi beberapa periode. Dalam kurun waktu 1980-1985 dan 1995-2000, ekspor tekstil dunia mengalami stagnasi. Ekspor tekstil dunia mengalami pertumbuhan yang pesat pada periode 1985-1990. Selama periode tersebut, secara rata-rata setiap tahunnya nilai ekspor tekstil dunia meningkat 15%. Untuk kurun waktu 2000-2004 ekspor tekstil dunia juga mengalami pertumbuhan, namun tidak sepesat periode-periode sebelumnya. Ekspor tekstil dunia saat itu secara rata-rata per tahunnya hanya tumbuh sebesar 6%. Dibandingkan dengan tahun 2003 ekspor tekstil dunia pada tahun 2004 tumbuh sebesar 13%. Data tentang pertumbuhan ekspor tekstil dunia dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekspor Tekstil Dunia
1980-2004 (%)
1980-1985 | 1985-1990 | 1990-1995 | 1995-2000 | 2000-2004 | 2002 | 2003 | 2004 |
-1% | 15% | 8% | 0% | 6% | 5% | 12% | 13% |
Sumber: WTO(2005)
Tabel 1.3
Eksportir Tekstil Terbesar Dunia
2004
Negara | Nilai ekspor (milliar USD) | Share (%) |
Uni Eropa | 71.29 | 36.6 |
Tiongkok | 33.43 | 17.2 |
Amerika | 11.89 | 6.2 |
Korea,rep | 10.84 | 5.6 |
Taiwan | 10.04 | 5.2 |
Jepang | 7.14 | 3.7 |
India | 6.85 | 3.5 |
Turki | 6.43 | 3.3 |
Pakistan | 6.12 | 3.1 |
Indonesia | 3.15 | 1.6 |
Thailand | 2.63 | 1.3 |
Kanada | 2.43 | 1.2 |
Meksiko | 2.24 | 1.1 |
Repubilk Crezh | 1.6 | 0.8 |
Sumber: WTO(2005)
Dewasa ini negara mana saja yang mendominasi perdagangan (ekspor) tekstil dunia? WTO mencatat 13 negara dan 1 uni ekonomi sebagai eksportir tekstil terbesar dunia untuk tahun 2004. lebih dari setengah ekspor tekstil dunia pada tahun itu berasal dari negara -negara tersebut. Berdasarkan data yang di terbitkan oleh WTO tahun 2000, diantara 25 negara anggota Uni Eropa sebenarnya hanya terdapat lima negara saja yang berpotensi menguasai pasar tekstil dunia yaitu: Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Inggris. Tiongkok secara individual pada tahun 2004 menguasai 17,2% dari keseluruhan ekspor tekstil dunia. Negara lain walaupun dikategorikan sebagai eksportir tekstil terbesar dunia tidak dapat mengalahkan pangsa pasar Tiongkok. Negara kita Indonesia pada tahun tersebut hanya mampu menguasai 1,6% dari nilai ekspor tekstil dunia. Dengan demikian tidak berlebihan bila mengatakan bahwa Tiongkok secara individual sebagai the real leading exporter of textile.
Sumber: WTO(2005)
Grafik 1.1 memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai arti penting komoditi tekstil bagi suatu perekonomian. Walaupun suatu negara dikategorikan seabagai eksportir tekstil terbesar dunia belum tentu komoditi tersebut memiliki arti penting terhadap perekonomian domestiknya. Dari beberapa negara yang dikategorikan sebagai eksportir tekstil terbesar dunia, hanya terdapat tiga negara yang ekspor manufakturnya sangat tergantung pada komoditi tersebut. Lebih dari setengah ekspor manufaktur Pakistan pada tahun 2004 berupa komoditi tekstil. Di tahun yang sama 13,37% ekspor Turki berupa komoditi tekstil. 11,91% ekspor manufaktur India pada tahun yang sama berupa komoditi tekstil. Meskipun 17,2% ekspor tekstil dunia pada tahun 2004 dikuasai oleh Tiongkok, akan tetapi peranan komoditi tersebut dalam perekonomian mereka relatif kecil. Pada tahun 2004 sebesar 6.16% ekspor manufaktur Tiongkok berupa komoditi tekstil.
Seberapa besar peranan Indonesia dalam perdagangan tekstil dunia? Kedudukan Indonesia pada kancah perdagangan tekstil dunia dapat diamati dari dua hal. Pertama, share ekspor tekstil Indonesia terhadap ekspor tekstil dunia. Kedua, peringkat daya saing tekstil Indonesia. Ternyata walaupun Indonesia dikategorikan sebagai negara eksportir tekstil terbesar dunia, akan tetapi kemampuan kita untuk mencukupi kebutuhan dunia sangatlah kecil. Selama periode tahun 2000 - tahun 2004 terdapat kecenderungan peranan Indonesia dalam ekspor tekstil dunia yang menurun. Pada tahun 2000 Indonesia hanya mampu menghasilkan 2,2% dari nilai ekspor tekstil dunia, sedangkan pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 1,6%.
Peranan Indonesia terhadap ekspor tekstil dunia memang kecil, namun bukan berarti bahwa negara tersebut tidak memiliki dayasaing. Berdasarkan perhitungan indeks RCA untuk komoditi tekstil yang dilakukan penulis, ditemukan beberapa hal. Pertama, dari 42 negara yang dilibatkan, hanya 20 negara yang memiliki keunggulan komparatif. Beberapa negara yang termasuk sebagai eksportir tekstil terbesar dunia ternyata tidak memiliki keunggulan komparatif atas komoditi tersebut, semisal: Amerika Serikat, Jepang. Kedua dari ke-20 negara tersebut Indonesia menduduki peringkat ke-9.
Peranan komoditi tekstil terhadap ekspor Indonesia dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: peranannya terhadap ekspor manufaktur dan kemampuannya dalam menghasilkan cadangan devisa. Kemampuan komoditi tekstil Indonesia dalam menghasilkan cadangan devisa pernah mengalami penurunan, akan tetapi segera pulih kembali. Penurunan kemampuan menghasilkan cadangan devisa yang terjadi saat itu disebabkan karena nilai ekspor menurun lebih besar daripada pengurangan nilai impor. Untuk tahun 2004 komoditi tekstil mampu menghasilkan cadangan devisa sebesar 2,413 milliar USD. Selama kurun waktu lima tahun (2000-2004) peranan tekstil terhadap ekspor manufaktur menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2000 sebesar 9,95% ekspor manufaktur Indonesia berupa komoditi tekstil, di tahun 2004 share tersebut menurun menjadi 8,8%.
Tabel 1.4
Peranan Indonesia Dalam Perdagangan Tekstil Dunia
2000-2004 (%)
Tahun | Ekspor dunia (Milliar USD) | Ekspor Indonesia | ||||
Nilai (Milliar USD) | Share (%) | |||||
2000 | 157 | 3.51 | 2.2 | |||
2001 | 147 | 3.2 | 2.2 | |||
2002 | 152 | 2.9 | 1.9 | |||
2003 | 169 | 2.92 | 1.7 | |||
2004 | 195 | 3.15 | 1.6 | |||
Sumber: WTO(2001,2002,2003,2004,2005)
Tabel 1.5
Peringkat Dayasaing Komoditi Tekstil Dunia 2004
No | Negara | Indeks RCA | No | Negara | Indeks RCA |
1 | Pakistan | 21.52 | 11 | Mauritius | 1.95 |
2 | Belarus | 6.68 | 12 | Egypt | 1.82 |
3 | Macao | 5.23 | 13 | Tunisia | 1.57 |
4 | Turki | 4.79 | 14 | FYR Makedonia | 1.5 |
5 | Tiongkok | 2.65 | 15 | Bulgaria | 1.47 |
6 | Taiwan | 2.59 | 16 | Tanzania | 1.33 |
7 | Hongkong | 2.53 | 17 | Sri langka | 1.28 |
8 | Bangladesh | 2.24 | 18 | Thailand | 1.27 |
9 | Indonesia | 2.05 | 19 | Romania | 1.12 |
10 | Korea | 2.01 | 20 | El salvador | 1.1 |
Sumber: WTO(2005)
Tabel 1.6
Perkembangan Ekspor - Impor Tekstil Indonesia
2000-2004 (juta USD)
Tahun | Ekspor | Impor | Selisih |
2000 | 3505 | 1251 | 2254 |
2001 | 3202 | 1088 | 2114 |
2002 | 2890 | 878 | 2018 |
2003 | 2923 | 663 | 2260 |
2004 | 3152 | 739 | 2413 |
Sumber: WTO(2001,2002,2003,2004,2005)
Perkembangan ekspor suatu negara sangat dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan yang dianut oleh mitra dagangnya. Bentuk umum dari hambatan perdagangan internasional ada dua macam yaitu: tariff dan non tariff. Secara umum perdagangan komoditi tekstil dunia dipengaruhi oleh keberadaan MFA (Multi Fibre Agreement). Tabel 1.7 di muka berisi informasi ,menganai hambatan-hambatan yang pernah diberlakukan oleh beberapa negara mitra dagang Indonesia di masa lalu terhadap komoditi tekstil.
Tabel 1.7
Hambatan - Hambatan Perdagangan Internasional
Yang Diberlakukan Terhadap Ekspor Tekstil Indonesia
Oleh Beberapa Negara Mitra Dagang
Mitra dagang | Tariff | Non Tariff |
Amerika | Kuota, keterangan negara asal barang, persyaratan labelling, standard bahan yang tidak mudah terbakar | |
Meksiko | 10%-15% | Norma Oficial Mexicano |
India | Dasar=30% Tambahan=20% Total=58.3% | Beberapa komoditi harus menggunakan lisensi impor |
Uni Eropa | 85% dari tariff normal | Ecolabelling dan social clause |
Australia | 25% | Adanya perjanjian internasional yang membebaskan bea masuk seperti ANZCERTA, Australia dan New Zealand Sparteca dengan South Pasific Pactia, dengan Papua Guinea |
Thailand | Tariff umum 10% Tariff CEPT 5% |
Sumber: Departeman Perdagangan dan Perindustrian (2004)
1.2 Rumusan masalah
Dimasa lalu telah muncul suatu perjanjian internasional yang mengatur masalah perdagangan tekstil dunia yaitu: Multi Fibre Agreement. Sejak tahun 1995 perjanjian tersebut digantikan oleh Agreement on Textiles dan Clothing. Perjanjian yang baru menyatakan bahwa mulai 1 Januari 2005 tekstil menjadi komoditi yang bebas dari kuota. Berakhirnya kuota tekstil memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Strategi apa saja yang dapat ditempuh Indonesia agar dapat memanfaatkan peluang tersebut? Apa saja tantangan yang akan dihadapi Indonesia pasca penghapusan kuota?
No comments:
Post a Comment