PENGELOLAAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT “XY” LAWANG

 On 26 April 2009  



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang


Pengelolaan piutang/kredit bagi sebuah perusahaan adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan agar piutang/kreditnya berjalan dengan baik dan meminimalkan hal-hal yang mungkin terjadi diluar perhitungan. Melakukan pengelolaan kredit berarti melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dimana dalam mengelola atau mengatur piutang/kreditnya perlu dilakukan perencanaan yang matang. Kemudian setelah direncanakan maka diorganisasikan, agar perencanaan tersebut lebih terarah. Organisasi sangat penting karena merupakan tempat bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya, sedangkan manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir perlu dikendalikan dan dilakukan pengawasan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pengelolaan kredit/piutang dapat meningkatkan profit/keuntungan bagi sebuah perusahaan. Memperoleh keuntungan/profit merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT), yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha yang lainnya. Tingkat likuiditas dan profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Profit/keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, akan tetapi juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan datang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu badan usaha terus-menerus memperoleh keuntungan maka ini berarti kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan terjamin. Sebagai suatu sistem yang berorientasi pada profitabilitas, hal ini menjadi faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan revenue yang diperoleh dari selisih antara harga pokok produksi dengan nilai jual produk/jasanya. Revenue yang diperoleh atas penjualan dapat berupa kas dan piutang, dimana kas terjadi karena produknya dijual secara tunai, sedangkan piutang terjadi karena penjualan dilakukan secara kredit.


Setiap perusahaan memiliki ciri dan karakteristik tersendiri sehingga dalam pengelolaannya pun harus disesuaikan dengan ciri dan karakteristik perusahaan tersebut. Salah satu ciri/karakteristik yang sangat berbeda adalah antara perusahaan yang menjual produk yang berbentuk barang dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Salah satu perusahaan yang menjual jasa adalah perusahan yang bergerak dalam bidang perbankan. Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.


Masalah pokok yang paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja. Di sini bank sebagai lembaga keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Jadi fungsi utama bank merupakan perantara diantara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana.


Oleh karena fungsi utama bank sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan, atau penyaluran dana. Sehingga secara otomatis pendapatan bank yang terbesar diperoleh dari sektor perkreditannya. Semakin tinggi volume perkreditannya, maka semakin besar pula kemungkinan suatu bank untuk memperoleh laba/profit. Oleh karena tujuan utama didirikannya suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu dilakukan pengelolaan perbankan secara profesional terutama dalam sektor perkreditannya. Dengan dilakukannya pengelolaan kredit secara profesional diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan profitabilitas bank, karena tingkat likuiditas dan profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja perbankan yang tinggi pula.


Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet (Kasmir, 2002:71-72 ). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah manajemen piutang pada perusahaan umum. Perbankan merupakan sebuah perusahaan yang mengkonsentrasikan pada pengoptimalan manajemen utang dan manajemen piutang sehingga memiliki revenue dan profitnya didapat dari selisih pendapatan atas piutang ditambah bunga dengan kewajiban ditambah bunga, sehingga merupakan suatu ketetapan bahwa bunga atas piutang selalu lebih tinggi dari bunga atas utang.


Selain merupakan usaha pokok bank sebagai perantara antara surplus


spending unit dengan defisit spending unit, menurut Kasmir (1998:79-80),


penyaluran kredit mempunyai tujuan yaitu:




  1. Mencari keuntungan/profit

  2. Membantu usaha nasabah

  3. Membantu pemerintah Disamping tujuan tersebut, kredit perbankan mempunyai fungsi dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan


(Simorangkir, 2000:102-103), antara lain:

  1. Meningkatkan daya guna uang

  2. Meningkatkan peredaran lalu lintas uang

  3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang

  4. Merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi

  5. Meningkatkan kegairahan berusaha

  6. Meningkatkan pemerataan pendapatan

  7. Merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional



Agar kredit yang diberikan oleh bank dapat mencapai hasil dan sasaran yang diinginkan, perlu diadakan pengelolaan yang baik terhadap piutang atau kreditnya. Dari semua fungsi manajemen dalam perbankan, fungsi yang dilakukan sepenuhnya adalah pengendalian (pengawasan). Alasannya adalah peranan yang dijalankan oleh bank umum dalam masyarakat kita. Bank lebih dari industri lain, sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat luas. Bank menyimpan uang yang banyak dan diatur dengan cermat oleh instansi pengawasan bank yang memiliki berbagai peraturan dan ketentuan. Standar dan ketetapan yang tinggi diharapkan dari bank umum.


Menurut Gil, Edward.W. Reed, (1995:71), pengawasan adalah pengukuran unjuk kerja bawahan untuk memastikan apakah mereka dapat memenuhi tujuan perusahaan atau tidak dan mematuhi kebijaksanaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Proses pengawasan menyangkut penetapan standar, mengukur unjuk kerja dengan standar ini, dan memperbaiki penyimpangan dari rencana dan program yang telah ditetapkan. Sedangkan pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara (Harold Koontz, dalam Hasibuan, 2001:105). Pengendalian kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet (Hasibuan, 2001:105). Lancar dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak. Hal ini penting karena jika kredit macet berarti kerugian bagi bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan dengan sistem pengendalian yang benar. Banyak bank mempergunakan teknik untuk melakukan pengendalian (pengawasan).


Untuk mempermudah pengendalian terhadap kreditnya, pada umumnya bank menuangkan suatu besaran atau nilai yang menjadi standar dalam operasionalnya.


Menurut Hasibuan, (2001:105) tujuan pengendalian kredit, antara lain adalah untuk:




  1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman.

  2. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak.

  3. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit macet atau kredit bermasalah.

  4. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah baik atau masih perlu disempurnakan.

  5. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali.

  6. Mengetahui posisi persentase collectability credit yang disalurkan bank.

  7. Meningkatkan moral dan tanggung jawab analisis kredit bank.


Menurut Hasibuan, (2001:105) ada beberapa sistem dalam melaksanakan pengendalian kredit, antara lain adalah:




  1. Internal Control of Credit

  2. Audit Control of Credit

  3. External Control of Credit



Sedangkan jenis-jenis pengendalian kredit terdiri dari:




  1. Preventive Control of Credit, adalah pengendalian kredit yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum kredit tersebut macet.

  2. Repressive Control of Credit, adalah pengendalian kredit yang dilakukan melalui tindakan penagihan/penyelesaian setelah kredit tersebut macet.



Untuk mengetahui kondisi manajemen perkreditannya, suatu bank pada umumnya memiliki internal policy yang memuat klasifikasi-klasifikasi mengenai keadaan kredit yang telah disalurkan. Untuk mempermudah pengendalian (pengawasan) terhadap kreditnya, pada umumnya bank menuangkan suatu besaran atau nilai yang menjadi standar dalam operasionalnya.


Dari penelitian pendahuluan dan pengamatan pada PT. BPR "XY" Lawang didapatkan suatu fenomena yang berkaitan dengan perkreditan bank. Adapun komposisi kredit PT. BPR "XY" Lawang adalah sesuai pada Tabel 1.1 pada halaman berikutnya.


Selain komposisi kredit, disajikan pula  internal policy yang digunakan oleh PT. BPR "XY" Lawang untuk standar tingkat kesehatan kreditnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 pada halaman berikutnya.


(dalam ribuan Rupiah)


Tabel 1.1 PT. BPR "XY" LAWANG  Kolektabilitas kredit Tahun 2002-2004


Sumber: PT. BPR "XY" Lawang, 2002-2004



Tabel 1.2
PT. BPR "XY" LAWANG
Rasio Standar Tingkat Kesehatan Kredit

Sumber: PT. BPR "XY" Lawang


Secara kumulatif penyaluran kredit PT. BPR "XY" Lawang pada periode semester I bulan Juni 2002 hingga akhir semester II bulan Desember 2004, belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, hal ini terlihat dari adanya penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan PT. BPR "XY" Lawang, yaitu:



Tabel 1.3
PT. BPR "XY" Lawang
Keadaan Kredit yang Disalurkan

Sumber: Laporan Keuangan PT. BPR "XY" Lawang 2002-2004 (Data Diolah)


Dari Tabel 1.3 tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk kategori Kredit Lancar, terjadi penyimpangan sebesar 3,86 % pada semester II bulan Desember 2002 dan 0,25 % pada semester I bulan Juni 2003 dari standar yang telah ditetapkan oleh PT. BPR "XY" Lawang. Untuk Kategori Kredit Kurang Lancar, pada periode semester I bulan Juni 2002 sampai semester II bulan Desember 2004 tidak terjadi penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan oleh PT. BPR "XY" Lawang. Sedangkan untuk Kategori Kredit Diragukan, penyimpangan terjadi pada periode semester I bulan Juni 2002, 2003, dan 2004 serta semester II bulan Desember 2002 dan 2003, dengan penyimpangan untuk semester I bulan Juni masing-masing 4,5%, 3,48% dan 0,4% sedangkan untuk semester II bulan Desember, penyimpangan masing-masing sebesar 7,22 % dan 1,67 %. Untuk Kategori Kredit Macet, besarnya kredit yang disalurkan masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, hal ini dapat dilihat dengan terjadinya penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan. Pada periode semester I bulan Juni 2002 terjadi penyimpangan sebesar 0,93 % dari standar yang telah ditetapkan, semester II bulan Desember 2002 penyimpangan yang terjadi sebesar 0,95 % dari standar yang telah ditetapkan, juga pada semester I bulan Juni 2003 terjadi penyimpangan sebesar 1,53 % dan semester II bulan Desember 2003 penyimpangan yang terjadi sebesar 1,04 % dari standar yang telah ditetapkan. Demikian juga untuk semester I bulan Juni 2004, terjadi penyimpangan sebesar 1,75 % dan semester II bulan Desember 2004, terjadi penyimpangan sebesar 1,54 % dari standar yang telah ditetapkan.


Jika dilihat dari realisasi perkreditan seperti pada Tabel 1.3, maka dapat dikatakan bahwa kondisi perkreditan pada PT. BPR "XY" Lawang mengalami penyimpangan-penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan, sehingga menyebabkan kredit tersebut tidak sehat, yang pada akhirnya menyebabkan kredit bermasalah.


Jika ditinjau dari sisi eksternal, nasabah PT. BPR "XY" Lawang sebagian besar terdiri dari sektor-sektor perekonomian seperti pertanian, perdagangan, jasa-jasa dan sektor-sektor lainnya. Dalam hal sektor pertanian, meliputi masyarakat yang bekerja pada bidang-bidang yang berhubungan dengan produk-produk alam. Biasanya untuk sektor pertanian ini, fasilitas kredit yang di pilih adalah kredit dengan sistem berjangka atau musiman. Sedangkan dari sisi internal, yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengelolaan pemberian kredit yang efektif yang ditetapkan dan digunakan pada PT. BPR "XY" Lawang.


Uraian diatas menunjukkan bahwa perkreditan pada PT. BPR "XY" Lawang belum dikelola secara baik, sehingga hal ini dapat mengkibatkan timbulnya kredit bermasalah dan berakibat negatif terhadap kinerjanya. Hal ini penting, karena jika kredit yang diberikan macet merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan.


Pengelolaan bank profesional melalui peningkatan kualitas pengelolaan kredit sudah menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini terkait dengan efektifitas kinerja suatu bank, karena dengan semakin efektif suatu operasi bank, maka akan semakin tinggi pula profitabilitasnya.


Berdasarkan pada fenomena tersebut, maka diperlukan suatu kajian yang mendalam untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya masalah serta untuk mengetahui langkah-langkah pemecahan masalah melalui suatu kegiatan penelitian dengan mengambil judul PENGELOLAAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. BPR "XY" LAWANG. Penelitian ini dilakukan agar pengelolaan kredit bank dapat dilakukan sebaik mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas kreditnya. Ini sangat penting karena kinerja bank yang bagus akan memelihara dan membangun kepercayaan dan loyalitas yang besar dari para nasabah. Selain itu juga, adanya pengelolaan kredit yang efektif diharapkan menghindari terjadinya kredit bermasalah yang bisa menjadi faktor penghambat bagi bank untuk memperoleh laba yang maksimal.


Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana mengelola kredit yang efektif pada PT. BPR "XY" Lawang untuk meningkatkan likuiditas dan profitabilitas bank.


1.2. Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:


Bagaimanakah kondisi kredit yang disalurkan kepada nasabah untuk meningkatkan likuiditas dan profitabilitas bank?


PENGELOLAAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT “XY” LAWANG 4.5 5 Win Solution 26 April 2009 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan piutang/kredit bagi sebuah perusahaan adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan agar piutan...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive