PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)

 On 25 April 2009  


BAB I


PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang


Dalam menghadapi era persaingan bebas saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya dalam menjalankan proses produksi. Hal ini mutlak diperlukan jika perusahaan ingin tetap bertahan di dalam persaingan yang semakin ketat dewasa ini. Perusahaan-perusahaan yang bersaing ketat seperti Federal Express, Southwest Airlines, Dell Computer, Shell Oil dan Toyota harus dapat menyediakan barang dan jasa yang berkualitas tinggi pada harga yang rendah. Jika mereka tidak melakukan hal itu, perusahaan-perusahaan tersebut akan bangkrut.


Berdasarkan kenyataan, manajer harus memperoleh input seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, serta overhead pada harga yang serendah mungkin dan harus menggunakan seefektif mungkin. Jika input dibeli pada harga yang terlalu tinggi atau menggunakan input yang lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan, maka akan terjadi biaya yang lebih tinggi (Garrison dan Noreen, 2000: 469).


Bagaimana manajer mengendalikan harga-harga yang mereka bayarkan untuk mendapatkan input dan kuantitas yang digunakan?. Mereka dapat menguji setiap transaksi secara detail, tetapi akan menjadi tidak efisien. Bagi beberapa perusahaan, jawaban atas masalah tersebut terletak dalam biaya standar.


Standar adalah suatu benchmark atau "norma" untuk pengukuran kinerja. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pertimbangkan apa yang akan terjadi ketika seorang pengemudi duduk di kursi pengemudi mobil. Pengemudi itu memasukkan kunci di kontaknya, memutar kunci dan mesin mobil akan hidup. Harapan pengemudi (standar) bahwa mesin mobil akan hidup, sehingga pengemudi tidak perlu membuka kap mobil dan mengecek aki, kabel-kabel yang berhubungan, selang bensin dan lain-lain. Jika pengemudi memutar kunci dan mesin mobil tidak mau hidup, maka yang terjadi adalah ketidakcocokan (selisih). Selanjutnya pengemudi harus menyelidiki mengapa mesin mobil tidak mau hidup. Akan lebih bijaksana jika pengemudi menyelidiki penyebabnya jika sudah menghidupkan mobil dua kali. Jika penyebabnya tidak ditemukan dan diperbaiki, masalah yang lebih buruk akan muncul kembali.


Di dalam suatu perusahaan kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, sehingga memerlukan perencanaan dan pengendalian biaya produksi. Biaya produksi itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya produksi di atas nantinya akan membentuk harga pokok produksi.


Dalam pembebanan harga pokok kepada produk dapat digunakan sistem harga pokok sesungguhnya, yaitu harga pokok produk yang sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, ditinjau dari tujuan pokok akuntansi biaya, sistem harga pokok sesungguhnya mengandung kelemahan karena harga pokok produk baru bisa diketahui pada akhir periode sehingga sistem ini tidak dapat digunakan untuk tujuan pengendalian serta pengambilan keputusan. Untuk mengatasi keterbatasan sistem harga pokok yang sesungguhnya, pihak manajemen memerlukan suatu metode yang tepat untuk mengukur dan mengendalikan biaya melaui penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka.


Melalui penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka, pihak manajemen perusahaan bisa memperoleh informasi yang tepat waktu dan akurat dari biaya produksi yang sesungguhnya. Selain itu, penentuan harga pokok produksi yang ditentukan di muka juga dapat membantu mengendalikan biaya serta memaksimalkan laba yang diperoleh. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biya, biasanya manajemen menggunakan prosedur pengendalian melalui anggaran. Namun, untuk memudahkan dalam mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi maka sistem anggaran diperluas ke proyeksi biaya per unit barang yang diproduksi. Sistem biaya yang menggunakan estimasi terperinci dari unsur biaya produksi yang masuk ke dalam barang jadi disebut sistem biaya standar.


Penetapan biaya standar yang didasarkan atas koreksi data dari fakta-fakta, penelitian serta analisa yang cermat dapat diandalkan sebagai sarana untuk merencanakan dan mengendalikan biaya produksi yang terjadi. Penetapan biaya standar bahan baku, biaya standar tenaga kerja langsung, dan biaya standar overhead pabrik sebagai alat perencanaan dapat digunakan untuk mengetahui berapa biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk suatu proses produksi (standar), serta biaya sesungguhnya (aktual). Selain itu, biaya standar juga berfungsi sebagai alat pengendalian, yaitu dengan membandingkan biaya yang distandarkan dengan biaya aktual untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi. Setelah penyimpangan diketahui, tahap selanjutnya adalah mengevaluasi penyebab terjadinya penyimpangan serta pihak yang harus bertanggungjawab atas terjadinya penyimpangan tersebut.


Survei pada perusahaan manufaktur dengan penjualan per tahun melebihi $ 500 juta ditemukan bahwa 87% nya menggunakan standard costing. Survei ini juga menemukan bahwa terjadi kenaikan dalam penggunaan sistem biaya standar dan bahwa standar tersebut telah diterapkan dalam unit-unit yang lebih kecil dalam suatu perusahaan (Gaumnitz dan Kollaritsch, 1991).


Studi lainnya yang melibatkan 224 perusahaan manufaktur tradisional, operasi teknologi tinggi dan aktivitas jasa telah ditemukan bahwa 67% dari perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan sistem biaya standar. Tidak ada pembedaan signifikan secara statistik dalam penggunaan biaya standar berdasarkan tipe operasi atau ukuran perusahaan (Cohen dan Paquette, 1991).


Biaya standar juga digunakan oleh perusahaan besar di dunia. Studi komparatif terhadap praktek akuntansi biaya menunjukkan bahwa perusahaan yang disurvei di Negara Inggris, 2/3 perusahaan yang disurvei di Canada dan 40% perusahaan yang disurvei di Jepang menggunakan sistem biaya standar (Inoue, 1988: 17).


Meskipun demikian, peranan biaya standar untuk perencanaan dan pengendalian biaya sangat berkaitan dengan kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian yang selalu berubah, mengharuskan pihak manajemen untuk mengevaluasi sistem biaya standar yang diterapkan dalam perusahaan itu sendiri.


Dengan titik tolak dari uraian tersebut, maka penulisan skripsi ini diberi judul: PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung)



1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:




  1. Bagaimana penerapan biaya standar sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi?

  2. Bagaimana penerapan analisis biaya standar dengan menggunakan metode analisis varians dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi?

  3. Apakah setiap varians perlu diselidiki? Bagaimana menentukan varians-varians yang selanjutnya memerlukan perhatian manajemen lebih lanjut?


PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus Pada Pabrik Rokok Dua Dewi Tulungagung) 4.5 5 Win Solution 25 April 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi era persaingan bebas saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan efekti...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

1 comment:

  1. terima kasih. materi yang ringan dan mudah dipahami. sangat membantu tugas-tugas saya. salam sukses.

    ReplyDelete

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive