BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningkatnya perkoperasian di Indonesia selain karena adanya partisipasi aktif pemerintah, juga didorong oleh kesadaran dari masyarakat melalui keikutsertaannya dalam keanggotaan koperasi yang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan perekonomian. Terlebih lagi dengan ditunjang makin tingginya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat.
Tujuan koperasi untuk mensejahterakan anggotanya menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk turut berperan serta dalam perkoperasian di Indonesia. Sebagai salah satu lembaga keuangan non-bank, koperasi mempunyai peranan yang jelas dalam pembangunan nasional dengan membantu masyarakat melalui kemudahan-kemudahan yang tidak ditawarkan oleh lembaga keuangan lain. Koperasi tidak membatasi mengenai keanggotaan, sehingga seluruh elemen masyarakat dapat menjadi anggota koperasi di Indonesia, mulai dari penduduk desa yang memiliki Koperasi Unit Desa (KUD), pelajar dengan Koperasi Siswa (KOPSIS), hingga pegawai negeri dengan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI). Selain itu koperasi juga bergerak dibidang serba usaha yang meliputi usaha perdagangan baik tunai maupun kredit, simpan pinjam dan aneka usaha yang lainnya.
Bagi koperasi yang bergerak dibidang perdagangan, persediaan merupakan unsur yang penting sehingga diperlukan perhatian yang lebih terhadap keberadaan persediaan tersebut. Perdagangan meliputi transaksi pembelian dan penjualan yang memuat elemen persediaan barang dagangan didalamnya. Selisih antara penjualan barang dagangan yang lebih tinggi daripada harga pokoknya menjadi sumber pendapatan bagi koperasi yang bergerak dibidang perdagangan.
Secara umum istilah persediaan barang dagangan digunakan untuk menunjukkan barang dagangan yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali secara langsung dalam kegiatan normal. Persediaan barang dagangan harus sesuai dengan gaya, mutu, dan jumlah yang diinginkan oleh konsumen. koperasi akan mengalami kerugian jika tidak memperhitungkan tingkat persediaan yang dimiliki. Jika persediaan terlalu tinggi maka dapat menghambat perputaran dana dan kegiatan usaha koperasi yang lain, karena hampir keseluruhan dana dari koperasi tersebut telah ditanamkan dalam persediaan. Jumlah persediaan harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan agar dapat memenuhi permintaan konsumen namun tetap memperhatikan kegiatan usaha yang lain.
Penjualan barang dagangan dalam satu periode akuntansi sering tidak sama dengan pembelian pada periode tersebut. Nilai harga pokok penjualan dan persediaan akhir akan berpengaruh pada laporan keuangan terutama neraca dan laporan laba rugi. Pencatatan di koperasi harus dapat memisahkan persediaan, antara jumlah yang dapat dibebankan sebagai harga pokok penjualan yang kemudian dilaporkan dalam laporan laba rugi dan jumlah yang belum terjual yang termasuk dalam akun persediaan di neraca.
Dalam penilaian persediaan diperlukan proses penentuan atas barang-barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan, harga pokok yang harus dimasukkan dalam persediaan, dan asumsi harga pokok yang digunakan. Hal-hal tersebut digunakan untuk menentukan nilai persediaan akhir pada satu periode akuntansi. Pencatatan dan penilaian persediaan dibutuhkan suatu ketelitian, mengingat persediaan merupakan komponen aktiva yang paling aktif dan sering terjadi kesalahan didalamnya, terutama dalam penentuan persediaan. Kesalahan penentuan persediaan salah satunya terjadi pada perhitungan fisik persediaan atau penentuan harga perolehan.
Kesalahan penetapan penilaian persediaan pada akhir periode akuntansi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama neraca dan laporan laba rugi baik periode sekarang maupun periode berikutnya. Penilaian persediaan akhir yang terlalu rendah atau tinggi akan menyebabkan nilai yang tercantum pada neraca dan laporan laba rugi terlalu tinggi atau rendah, sehingga mengakibatkan kurang tepatnya laporan keuangan yang disajikan. Berdasarkan pertimbangan diatas penulis ingin mengetahui apakah metode pencatatan dan penilaian persediaan barang dagangan yang diterapkan oleh koperasi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, maka penulis mengambil judul: EVALUASI TERHADAP KEPEMILIKAN SERTA PENERAPAN METODE PENCATATAN DAN PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA KOPERASI WANITA SERBA USAHA "SETIA BUDI WANITA" MALANG.
1.2. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini, penulis akan membahas mengenai persediaan barang dagang yang tersedia pada Koperasi Wanita Serba Usaha "Setia Budi Wanita" Malang. Permasalahan yang diambil meliputi:
- Bagaimana status kepemilikan persediaan pada Koperasi Wanita Serba Usaha "Setia Budi Wanita" Malang?
- Bagaimana metode pencatatan dan penilaian persediaan pada Koperasi Wanita Serba Usaha "Setia Budi Wanita" Malang?
- Apakah metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh Koperasi Wanita Serba Usaha "Setia Budi Wanita" Malang telah sesuai dengan teori akuntansi persediaan menurut PSAK No.14?
No comments:
Post a Comment