Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Tebu Organik dan Anorganik (Studi kasus DI Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo)

 On 24 April 2009  


BAB I


PENDAHULUAN


2.1 Latar Belakang


Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap penting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya yang meningkat yaitu sekitar 0,26%. Dilihat dari potensi sumberdaya yang besar dan beragam, pertanian akan memiliki prospek yang cerah bila terus dikembangkan, apalagi sumbangan sektor pertanian untuk pendapatan nasional yang cukup besar, ditambah lagi dengan mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian disektor pertanian sehingga hal ini dapat menjadi basis pertumbuhan didaerah pedesaan (Nuhfil, 2003:52).


Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan akan pangan khususnya gula terus mengalami peningkatan permintaan. Pemaksaan terhadap pemenuhan akan kebutuhan gula memberikan kontribusi yang besar akan rentannya ketahanan pangan. Pendekatan sentralistis dilakukan oleh pemerintahan dengan tanpa mempertimbangkan kepentingan wilayah menyebabkan ketergantungan yang besar bagi daerah untuk mengembangkan kebijakan pembangunan pertaniannya. Pemaksaan terhadap komoditas budidaya serta pemaksaan paket teknologi yang diterapkan menyebabkan semakin hilangnya kearifan lokal dan punahnya keanekaragaman tanaman yang sebelumnya ada. Hal ini sudah barang tentu diikuti oleh menurunnya kualitas tanah, hancurnya teknologi lokal serta ketergantungan yang besar terhadap produk luar yang dintrodusir tersebut (Supriadi, 1992:19).


Revolusi Hijau yang dicanangkan pada tahun 1970-an mempengaruhi kebijakan pertanian di Indonesia dan menyebabkan ketergantungan petani pada penggunaan pupuk kimia. Penerapan sistem ini memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara pada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.


Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 1996 saja luas lahan kritis di Indonesia sudah mencapai 12,5 juta hektar, dengan perincian 8 juta berasal dari lahan pertanian dan sisanya 4,5 juta hektar berasal dari kawasan hutan. Kondisi ini diperparah lagi karena diperkirakan setiap tahun lahan kritis bertambah 300.000 hingga 500.000 hektar jika penggunaan pupuk dan pestisida kimia tidak dikurangi. Selama 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan kebutuhan pupuk kimia hingga 50% sementara itu produksi gula hanya meningkat 50% (Supriadi, 1992:27).


Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan menyebabkan penurunan kualitas tanah sehingga hasil produksi menurun, padahal biaya produksi yang dikeluarkan petani terus bertambah tiap tahunnya. Penurunan hasil produksi dengan peningkatan biaya produksi berarti penurunan pendapatan bagi petani.


Melihat perkembangan itu perlu dicari sebuah solusi alternatif berupa terobosan teknologi pertanian yang mampu menjawab dan memberikan solusi permasalahan disektor pertanian dan implikasinya. Pertanian organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna mengatasi maraknya intervensi barang-barang kimia buatan yang semakin menekan petani dan lingkungan. Diakui sepenuhnya bahwa teori Malthus tentang kelaparan mampu dipotong sementara oleh revolusi hijau kala itu, namun efek yang ditimbulkan seperti penurunan kesuburan tanah dan resistensi hama terhadap pestisida menimbulkan masalah baru lagi yang lebih besar.


Tebu merupakan salah satu komoditi pertanian yang mempunyai peranan penting dalam industri gula nasional karena tebu adalah bahan utama gula. Aplikasi sistem pertanian organik pada komoditas tebu menghasilkan output berupa tebu organik. Tebu ini memang belum banyak beredar dimasyarakat karena proses pengelolaan memerlukan waktu untuk menyesuaikan dengan keadaan tanah serta penurunan hasil prokdusi pada awal panen.


Hal ini akan menimbulkan masalah baru terutama yang kaitannya dengan pendapatan usahatani tebu. Penggunaan pupuk organik dalam aplikasi pertanian organik seperti pupuk kandang dan blotong makan waktu dan tenaga kerja, yang erat kaitannya dengan perhitungan ekonomis mengenai tingkat biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh petani tebu.


Data yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo merupakan penghasil tebu terbesar di Jawa Timur karena ada 6 pabrik gula yang cukup besar sebagai penghasil gula. Sedangkan pabrik gula yang kapasitas penghasil gula terbesar di Situbondo adalah pabrik gula Asembagus. Maka dari itu lokasi penelitian ini di fokuskan pada lokasi yang menghasilkan gula terbesar.


Dengan dikembangkannya solusi teknologi usahatani tebu organik untuk mengatasi penurunan hasil produksi tebu maka sebagian kecil petani tebu di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo menggunakan tehnologi pertanian organik dengan pupuk utama yang terbuat dari Blotong dan kotoran hewan untuk menekan biaya  produksi usahatani tebu. Terdapat sebagian kecil petani tebu di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo yang beralih menggunakan pupuk  organik, dan oleh karena itu  penelitian ini ingin mengetahui adakah perbedaan  pendapatan antara usahatani tebu Anorganik dan Organik.


Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil judul skripsi ini: ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI ORGANIK DAN ANORGANIK (Studi Kasus di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo).




1.2 Rumusan Masalah


Pendapatan merupakan hal terpenting dalam usahatani, khususnya usahatani tebu. Namun akhir-akhir ini petani merasa kesulitan mendapatkan pupuk kimia sehingga menyebabkan peningkatan harga pupuk dan menambah biaya produksi. Inilah yang menyebabkan sebagian petani tebu di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo beralih pada usahatani tebu organik untuk menekan biaya produksi. Melalui penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada di lokasi:




  1. Bagaimana gambaran yang melatarbelakangi petani yang melakukan usahatani tebu anorganik berpindah ke usahatani tebu organik?

  2. Apakah terdapat perbedaan secara nyata antara pendapatan usahatani tebu anorganik dan organik?


Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Tebu Organik dan Anorganik (Studi kasus DI Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo) 4.5 5 Win Solution 24 April 2009 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap penting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalag...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive