PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PETUNJUK MELALUI THE REAL THINGS MEDIA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VIII-E SMP 1 KERSANA KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2006/2007

 On 13 September 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan berbahasa karena di dalam berkomunikasi digunakan bahasa sebagai media utamanya.     Oleh karena itu,  menurut  Darmadi  (1996:1) kemampuan berkomunikasi   dapat   dijabarkan   sesuai   dengan   tingkat-tingkat   kemampuan bahasa, yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2) kemampuan berbicara (speaking competence);     (3)     kemampuan     membaca     (reading competence); dan (4) kemampuan menulis (writing competence). Walaupun posisi kemampuan menulis selalu terakhir, tidak berarti menulis tidak penting, berarti, dan berperan seperti dalam pepatah dalam bahasa Inggris “ the last but not the least”.


Urutan proses kronologis seperti itu sekaligus menggambarkan tingkat kesukaran dari setiap kemampuan. Dengan kata lain, kemampuan menyimak adalah kemampuan bahasa yang relatif paling mudah dan disusul dengan kemampuan yang agak sukar, yaitu kemampuan berbicara. Setingkat lebih sukar lagi yaitu kemampuan membaca dan yang paling sukar adalah kemampuan menulis.


Keberadaan komunikasi tulis sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam berbahasa sangatlah dibutuhkan bagi setiap orang, terutama bagi kaum pelajar. Kegiatan  ini  tidak  hanya  diperlukan  pada  saat mengenyam pendidikan  saja melainkan lebih dari itu bahwa menulis sangat penting untuk kehidupan sesudahnya, yakni kehidupan di masyarakat. Dengan demikian, perlu kiranya penanaman pembelajaran di sekolah mempertimbangkan aspek perkembangan potensi dan kreativitas siswa dalam menulis.


Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, maka tidak heran jika menulis  merupakan  salah  satu  keterampilan  yang  harus  dipelajari  siswa  dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis.


Menulis  memerlukan  sejumlah potensi  pendukung yang untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, dan belajar serta berlatih dengan terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Dengan demikian, wajar jika dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya tulis akan mendorong seseorang menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini dapat terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai, mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti memilih kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang agak rumit, yaitu merakit paragraf (Wiyanto 2004:7).


Manusia dalam melakukan aktivitasnya memerlukan implementasi dari kemampuan menulis. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, sering mengerjakan dan melaksanakan sesuatu dipandu oleh petunjuk tertulis agar aktivitas tersebut berjalan dengan baik. Ketentuan-ketentuan yang patut dituruti   dalam membuat, menggunakan, dan melakukan sesuatu disebut dengan petunjuk. Menurut Tarigan (2003:2.42), petunjuk berarti ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan. Petunjuk dibagi atas petunjuk lisan dan petunjuk tertulis.


Penulisan petunjuk yang baik akan memudahkan manusia atau pembaca dalam melakukan apa yang dicantumkan di dalamnya. Untuk itu dikemukakan dalam Depdiknas (2004:40-41) syarat pembuatan petunjuk yang baik antara lain sebagai berikut: (1) jelas, artinya tidak membingungkan dan mudah diikuti; (2) logis, artinya antara urutan yang satu dan berikutnya haruslah berhubungan secara praktis  dan  logis,  dalam  arti  tidak  menimbulkan  kesalahan  langkah;  dan  (3) singkat, artinya hanya mencantumkan hal-hal yang penting saja. Dengan dipenuhinya ketiga syarat tersebut suatu petunjuk yang ditulis akan komunikatif dan mudah diikuti.


Pengintegrasian kompetensi menulis petunjuk untuk kelas VIII dalam kurikulum 2004 merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya penguasaan siswa terhadap kemampuan menulis petunjuk. Dalam standar kompetensi terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa yaitu mampu menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu/penjelasan tentang cara membuat sesuatu. Indikator dan meteri pokok tersebut dapat dikembangkan oleh guru untuk lebih meningkatkan kemampuan menulis petunjuk siswa.


Berdasarkan  fakta  yang  ada  di  lapangan  masih  ada  beberapa  sekolah (berdasarkan hasil observasi berkaitan dengan mata kuliah Metodologi Penelitian Bahasa   Indonesia)   yang   mengalami masalah   dalam   pembelajaran   menulis petunjuk, salah satunya di SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes. Berdasarkan observasi, masih ada sebagian besar siswa kelas VIII SMP 1 Kersana bermasalah dalam bidang  tulis-menulis.  Masalah  tersebut  berasal  dari  faktor  guru,  siswa, kurikulum, sarana-prasarana sekolah, dan faktor lingkungan.


Adapun latar belakang secara umum diadakan penelitian ini, yaitu: (1) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disebabkan oleh kurang merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran guru di dalam kelas, sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya; (2) dalam pelajaran menulis petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan stimulus   yang   merangsang   daya   pikir   siswa   (dalam   hal   ini   guru   tidak menggunakan media pembelajaran); (3) guru masih menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan; (4) guru cenderung mangabaikan aspek afektif dan aspek psikomotor; dan (5) hasil tulisan siswa kurang variatif dan maksimal    karena  siswa   membuat petunjuk berdasarkan  hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di kelas.


Faktor  guru,  misalnya:  (1)    guru    menganggap    bahwa    pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggara bukan untuk kepentingan peserta didik; (2) pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan isi (content transmission); (3) aspek afektif cenderung terabaikan; dan (4) guru mengalami  kesulitan  dalam  mengajar  sehingga  masih  banyak  mereduksi  teks (buku acuan) yang ada agar tidak salah langkah.


Faktor  siswa,  yaitu:  (1)  siswa  mengalami  kesulitan  dalam  menulis petunjuk, baik dalam pemakaian bahasa maupun pengaplikasian dalam bentuk tulisan;  (2)  siswa  kurang  memiliki  minat  dalam  pelajaran  menulis;  (3)  siswa sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis petunjuk; dan (4) siswa menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia.


Faktor kurikulum, yaitu: (1) dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) siswa mengeluh karena mengalami kesulitan karena dipaksa menjadi siswa yang mandiri; (2) sekolah masih dalam tahap belajar, penyesuaian, dan pengonsepan kurikulum 2004.


Faktor sarana-prasarana di sekolah, yaitu: (1) belum ada latihan-latihan untuk mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran untuk kompetensi dasar menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis, khususnya menulis petunjuk di perpustakaan SMP N 1 Kersana Kabupaten Brebes, dan lain-lain.


Menurut Widyamarta dan Sudiati (2004:ix), Indonesia tidak hanya sedang mengalami   krisis   dalam   bidang   ekonomi   saja,   tetapi   juga   dalam   bidang pendidikan yaitu writing crisis.  Hal ini sejalan dengan pendapat Djago Tarigan dan H.G. Tarigan (1986:186), pengajaran mengarang (tulis-menulis) belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar. Pada umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang, dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa dilaksanakan oleh guru. Murid sendiri menganggap mengarang tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi kelanjutan studi mereka. Hal itu sejajar dengan pandangan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Pada umumnya, siswa terlalu menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Angka enam pasti didapat. Bagaimana tidak, karena guru sering dipojokkan untuk mengkatrol angka-angka bahasa Indonesia.


Berdasarkan  observasi  terhadap  kelas  IX  SMP  1  Kersana  Kabupaten Brebes dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu menulis petunjuk dengan baik. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IX yang pernah mendapat pelajaran menulis petunjuk, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika pelajaran  sampai  pada  pokok  bahasan  pembelajaran  menulis.  Mereka  merasa belum mampu menyusun dan membuat tulisan (khususnya menulis petunjuk) dengan struktur yang baik dan benar , sistematika penulisan sering terbalik dan kurang logis, bahasanya belum efektif, kejelasan petunjuk masih kurang, serta ketidakefektifan kalimat, ketidaktepatan penggunaan tanda baca dan ejaan masih rawan. Hal ini disebabkan siswa mengalami beberapa kesulitan dalam menulis petunjuk, diantaranya kesulitan dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata, terbatasnya pengetahuan, dan pengalaman siswa. Mereka sudah terbiasa dengan kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Kesalahan tersebut sukar sekali diperbaiki walaupun sudah diingatkan berkali-kali. Mereka membuat petunjuk tertulis dengan asal membuat saja tanpa memperhatikan keefektifan kalimat dan tata urutannya. Membuat petunjuk tertulis ternyata dianggap sukar oleh siswa. Hal ini  dapat  peneliti  lihat  dari  hasil  penulisan  petunjuk  yang  kurang  kreatif  dan cenderung sama dengan hasil penulisan petunjuk siswa lain, walaupun sudah diberikan kebebasan dalam tema penulisan. Hal ini menyebabkan guru bahasa Indonesia kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes seringkali merasa kebingungan dalam mengatasi permasalahan ini.


Tidak hanya itu, siswa juga terlalu menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan dalam menyusun petunjuk tertulis. Untuk itulah, setiap guru hendaknya lebih kreatif dan variatif dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas. Dengan kreativitas dan kevariatifan tersebut, maka akan tercipta pembelajaran yang kondusif dan tidak membosankan sehingga kecil kemungkinan siswa menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia.


Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di SMP 1 Kersana Brebes khususnya kelas VIII masih menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal yaitu guru ceramah dan murid mendengarkan. Pembelajaran dengan metode ini menyebabkan kurang mendapat perhatian dari siswa dan membosankan, sehingga pembelajaran  kurang  bermakna  dan  kurang  berhasil  dengan  baik.  Di  sini, walaupun  sudah  menggunakan  sistem  KBK,  tapi  penerapannya  belum  100%. Guru masih menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi  yang disampaikan. Di samping itu, bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak bersifat teoretis sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa.


Masih ada sebagian besar siswa dalam membuat petunjuk tertulis masih mencontek hasil pekerjaan siswa lain. Hampir semua isi dan kalimat-kalimat yang dituangkan dalam petunjuk tertulis, sama. Hal ini dikarenakan ketika pemelajaran menulis, guru kurang memantau kondisi siswa yang sebenarnya, dan malah guru cenderung meninggalkan ruang kelas. Hal ini mengakibatkan siswa kurang menganggap serius mata pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang mereka peroleh pun kurang maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri berdasarkan pengalaman belajar di kelas.


Melihat    kenyataan-kenyataan yang muncul di atas,    jelas    bahwa pemelajaran menulis petunjuk siswa kelas VIII SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes masih memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba menerapkan pendekatan yang akan mengantarkan siswa pada pembelajaran yang sebenarnya.  Pendekatan  yang  dimaksudkan  adalah  pendekatan  Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan.


Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan pada kemampuan menulis petunjuk ini digunakan di kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes sebagai objek penelitian. Dipilihnya kelas VIII-E karena di kelas tersebut kemapuan menulis siswa masih rendah. Siswa kurang mampu dalam menulis, mengalami kesulitan-kesulitan dalam menulis seperti kesulitan dalam menuangkan ide, terbatasnya kosakata, pengetahuan dan pengalaman, serta sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menulis baik dari struktur tulisan maupun ketidaktepatan pengguanaan ejaan, tanda baca, dan keefektifan kalimat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh siswa pada keterampilan menulis yang masih kurang optimal. Selain itu, siswa kelas VIII-E adalah siswa yang paling kurang mampu mengikuti pembelajaran bila dibandingkan dengan kelas   lainnya.   Siswa   di   kelas   tersebut   suka   membuat   gaduh   dan   tidak berpartisipasi secara aktif saat proses pembelajaran berlangsung.


Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dalam penelitian ini merupakan alternatif pembelajaran menulis petunjuk melalui the real things media, diambil peneliti untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk. Menurut Sudjana dan Rivai (2002:196), dengan menggunakan benda-benda nyata atau makhluk hidup (real life material) dalam pengajaran  sering  kali  paling  baik,  dalam  menampilkan  benda-benda  nyata tentang ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot  badan, bau serta manfaatnya. Manfaat benda-benda nyata sebagai media pembelajaran yaitu: (1) para siswa akan lebih banyak belajar; dan (2) siswa akan lebih terkesan dalam pembelajaran.


Sudjana dan Rivai menambahkan bahwa benda-benda nyata itu bnyak macamnya, mulai dari benda atau mahluk hidup seperti binatang dan tumbuh- tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati misalnya batuan, air, tanah, dan lain- lain. Benda-benda nyata dapat memegang peranan penting dalam upaya memperbaiki proses belajar-mengajar.


Menurut Gerlach and Ely (1980:376), real things are things stimuli presented to pupils by means of field trips or by bringing people or things into the school for direct observation. Maksudnya, benda-benda nyata adalah benda-benda perangsang  yang  ditujukan  untuk  siswa  dengan  menggunakan  alat-alat  di lapangan atau dengan membawa narasumber atau benda-benda ke dalam sekolah untuk observasi langsung.


Menurut Tim PPA (dalam Dasmawarti 2005:5), pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan merupakan konsep belajar yang menggunakan berbagai media dan alat pembantu pembelajaran. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah suatu metode pembelajaran yang baik dan menyenangkan bagi siswa. Hal yang penting dalam pembelajaran model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan adalah guru harus mampu merancang skenario pembelajaran seperti yang diharapkan (pembelajaran yang mengena) tapi tetap bersifat menyenangkan. Pembelajaran harus berpusat pada siswa, siswa harus lebih dominan dan aktif serta terlibat sebanyak mungkin dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak harus dilaksanakan di dalam kelas tapi bisa juga dilaksanakan di luar kelas.


Proses pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Siswa mengalami sendiri apa yang menjadi objek kajiannya dan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam hal ini Keaktifan dan kekreatifan siswa akan sangat terlihat. Tidak sekadar aspek kognitif dan psikomotorik saja yang cenderung dilibatkan dalam pendekatan PAKEM, tapi juga aspek afektif. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh siswa pun akan lebih bermakna.


Pembelajaran kompetensi dasar menulis petunjuk akan sangat tepat jika menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan. Peneliti memilih pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran menulis petunjuk karena dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by doing) diharapkan akan lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam syarat-syarat menulis petunjuk yang baik. Dengan dimilikinya pemahaman yang baik akan penulisan petunjuk, siswa diharapkan mampu  menulis  petunjuk  sesuatu  dengan  baik.  Kesalahan-kesalahan  dalam menulis petunjuk dapat ditekan dan kesulitan-kesulitan dalam menulis petunjuk dapat diminimalkan, sehingga pembaca akan mudah mengerti dan mudah mengikuti petunjuk tersebut. Penerapan pendekatan PAKEM pada KD menulis petunjuk diharapkan hasil yang dicapai akan dapat lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian terhadap kemampuan menulis siswa khususnya menulis petunjuk.


1.2 Identifikasi Masalah


Pembelajaran Menulis petunjuk di SMP belum menemukan hasil yang diharapkan dan masih banyak mengalami kendali. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, tampak jelas adanya beberapa masalah yang ada di SMP 1


Kersana Kabupaten Brebes terutama yang berkaitan dengan masalah pemelajaran menulis petunjuk. Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut ini.


Faktor dari siswa, yaitu sebagai berikut: (1) kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disebabkan oleh kurang merangsang dan kurang variatifnya teknik pembelajaran guru di dalam kelas, sehingga  siswa   kurang  dapat   mengembangkan potensinya  sesuai   dengan kemampuan,  kebutuhan,  dan  minatnya;  (2)  dalam  pelajaran  menulis  petunjuk siswa kesulitan menuangkan ide karena guru kurang dapat memberikan stimulus yang merangsang daya pikir siswa (dalam hal ini guru tidak menggunakan media pembelajaran); (3) hasil tulisan siswa kurang variatif dan maksimal karena siswa membuat petunjuk berdasarkan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta bukan hasil menemukan sendiri pengalaman belajar di kelas.


Faktor guru, yaitu; (1) guru masih menuntun proses pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan; (2) guru kurang kreatif dan variatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran; (2) strategi pembelajaran masih satu arah; (3) bahan pembelajaran yang dikembangkan lebih banyak bersifat teoritis; (4) kurang pemantauan kondisi siswa (controling) saat siswa melakukan kegiatan     tulis-menulis,  khususnya menulis  petunjuk; (5)  guru cenderung meninggalkan kelas saat siswa melakukan kegiatan tulis-menulis; (6) pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelanggara bukan untuk peserta didik; (7) pembelajaran yang diselenggarakan masih bersifat pemindahan isi (content transmission); (8) aspek afektif cenderung terabaikan; (9) pengajar masih banyak mereduksi teks acuan yang ada dengan harapan agar tidak salah langkah; (10) guru jarang dalam memberikan pengukuhan langsung terhadap hasil kerja siswa; (11) perangkat pembelajaran tidak dikembangkan sendiri oleh guru tetapi hanya menulis ulang perangkat pembelajaran yang ada dalam kurikulum.


Faktor kurikulum, yaitu; (1) Sekolah sudah melaksanakan KBK (kelas VII dan VIII,   sedangkan  kelas   IX   belum), tapi masih dalam   tahap belajar, penyesuaian, dan pengkonsepan kurikulum; (2) pengoptimalan metode-metode pembelajaran  masih  kurang;  (3)  penyelenggaraan  kurikulum  belum  optimal karena dianggap terlalu rumit dan membingungkan; (4) banyak siswa mengeluh mengalami kesulitan dengan  diterapkannya Kurikulum Terapan Satuan Pendidikan (KTSP) karena dipaksa untuk menjadi siswa mandiri.


Faktor sarana-prasarana sekolah, yaitu; (1) belum ada latihan-latihan untuk mengasah dan meningkatkan keterampilan menulis; (2) media pembelajaran untuk KD menulis petunjuk belum ada; (3) minimnya koleksi buku tentang menulis, khususnya menulis petunjuk, di perpustakaan SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes.


Faktor lingkungan, yaitu; (1) kurang adanya lingkungan sekolah yang merangsang siswa untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk; (2) jarangnya ajang lomba-lomba menulis antarsekolah maupun intrasekolah untuk tingkat SMP; (3) kurang adanya dorongan dari lingkungan keluarga dan masyarakat untuk belajar menulis, khususnya menulis petunjuk.


1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan  latar  belakang  dan  identifikasi  masalah  di  atas,  ternyata banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis. Sehubungan dengan keterbatasan pada penelitian ini maka, peneliti hanya membatasi permasalahan pada kurangnya kemampuan menulis petunjuk siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Dalam hal ini peneliti akan menerapkan pendekatan Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan melalui the real things media agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis petunjuk, dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh, dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran.


1.4 Rumusan Masalah


Permasalahan  yang  menjadi  bahan  kajian  dalam  penelitian  ini  dapat dirumuskan sebagai berikut.




  1. Bagaimana  peningkatan  kemampuan  menulis  petunjuk  siswa  kelas  VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk?

  2. Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII-E SMP 1 Kersana Kabupaten Brebes setelah diterapkan pendekatan PAKEM pada pembelajaran menulis petunjuk?

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS PETUNJUK MELALUI THE REAL THINGS MEDIA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VIII-E SMP 1 KERSANA KABUPATEN BREBES TAHUN AJARAN 2006/2007 4.5 5 Win Solution 13 September 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi dapat disebut juga sebagai kemampuan berbahasa karena di dalam berkomun...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive