BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbicara sudah dibelajarkan kepada siswa mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat. Namun, hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai jaminan bahwa kemampuan berbicara siswa yang telah lulus hingga tingkat akhir itu sudah baik. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas guru sudah menggunakan bahasa Indonesia, namun siswa tetap akan merasa kesulitan dalam menggunakan bahasa Indonesia resmi. Hal ini karena di luar kelas siswa jarang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi justru lebih sering menggunakan bahasa daerah, kalaupun menggunakan bahasa Indonesia itupun bukan bahasa resmi. Dengan begitu siswa akan merasa kesulitan dalam menggunakan bahasa resmi atau berbicara dalam situasi formal. Kalimat-kalimat yang kurang tepat digunakan dalam situasi formal namun sering digunakan oleh siswa antara lain: “Pak, kita akan ujian kapan?”. Terkadang juga ada siswa yang apabila ditanya oleh gurunya menjawab dengan menggunakan bahasa Jawa. Contohnya: “Bagaimana, sudah selesai?”, kata Pak Guru. Maka siswa itu akan menjawab: “Sampun, Pak.”. Mungkin hal tersebut tidak pernah menjadi sorotan walaupun sudah jelas bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Hal ini juga karena disebabkan oleh tradisi orang Jawa yang terbiasa dengan adanya unggah-ungguh sebagai wujud ungkapan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
Kompetensi mengumumkan siswa terutama dalam situasi formal ataupun situasi nonformal di SMK Perintis 29 di kabupaten Semarang ini khususnya jurusan Tata Busana kelas X TB 2 masih harus ditingkatkan. Dari 34 siswa paling hanya beberapa siswa yang sudah dapat melakukan kegiatan mengumumkan dengan baik, baik dalam menyusun kata-kata ataupun dalam melakukan praktik mengumumkan itu sendiri. Ada siswa yang sudah mampu menyusun kata-kata dengan baik tetapi dalam membawakannya masih terlihat kaku dan cangggung. Hal tersebut mungkin disebabkan karena siswa jarang melakukan kegiatan komunikasi secara formal atau nonformal dihadapan audience. Namun, ada juga siswa yang dalam menyusun pengumuman saja sudah mengalami kesulitan, siswa masih terlihat kurang kreatif. Memang mengumumkan terlihat mudah, terasa mudah bagi orang yang sudah terbiasa untuk berbicara di depan umum untuk membawakan sebuah pengumuman. Namun, bagi orang yang jarang atau bahkan sama sekali belum pernah akan menjadi sebuah momok atau sesuatu yang sangat ditakuti. Rata-rata dari para siswa banyak yang masih mengalami demam panggung. Hanya beberapa siswa saja yang sudah tidak mengalami hal tersebut. Siswa merasa grogi bila disuruh guru untuk mencoba mengumumkan di depan kelas. Hal ini terjadi karena memang siswa tidak terbiasa untuk tampil di depan umum atau di depan khalayak.
Kompetensi mengumumkan merupakan kompetensi yang cukup urgen di Sekolah Menengah Kejuruan pada umumnya dan siswa jurusan Tata Busana pada khususnya. Hal tersebut dapat dikatakan urgen karena pada saat siswa itu kelas 3 akan dihadapkan pada pameran hasil karya siswa yang pasti tidak pernah luput dari apa yang dinamakan dengan pengumuman yang digunakan untuk publikasi. Keberhasilan sebuah publikasi ini juga akan menentukan berhasil tidaknya sebuah pameran. Keberhasilan dari sebuah publikasi ini tidak bisa terlepas dari kelihaian siswa dalam mengumumkan.
Bertolak dari observasi awal serta informasi dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa kompetensi mengumumkan siswa dalam situasi formal dan nonformal khususnya kelas TB 2 masih kurang apabila dibandingkan dengan siswa kelas TB 1. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan keterampilan berbicara secara formal dan nonformal khususnya kompetensi mengumumkan. Dalam situasi formal ini siswa harus dapat berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pelestarian bahasa Indonesia. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar ini merupakan salah satu wujud kecintaan seseorang terhadap bangsa Indonesia.
Peningkatan kompetensi siswa agar mampu mengumumkan dalam situasi formal dan nonformal dengan baik maka perlu dicari suatu teknik pembelajaran yang mengarahkan atau menggambarkan situasi formal ataupun nonformal yang melibatkan khalayak. Namun, apabila harus mempraktikkan kegiatan mengumumkan ini langsung di depan khalayak maka siswa pasti akan merasa canggung dan kaku. Terkadang ada juga siswa yang memang belum pernah berbicara di hadapan orang banyak, jadi siswa tersebut pasti akan merasa kaget dan tidak siap. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara khususnya mengumumkan yaitu teknik simulasi.
Pemilihan teknik simulasi sebagai teknik pembelajaran mengumumkan ini didasarkan pada asumsi bahwa siswa putri lebih menyukai hal-hal yang bersifat imajinatif. Berbeda dengan siswa putra yang cenderung menyukai hal-hal yang bersifat menantang dan banyak mengeluarkan tenaga. Berdasarkan pada asumsi di atas maka penulis merasa yakin bahwa teknik simulasi lebih cocok diterapkan pada SMK Program Keahlian Tata Busana yang mayoritas terdiri atas siswa putri.
Dalam pembelajaran dengan teknik simulasi ini siswa akan melakukan pembelajaran dengan menyimulasikan mengumumkan di hadapan teman- temannya. Mengumumkan yang dilakukan itu hanyalah sebuah imajinasi belaka, pada pembelajaran ini siswa akan berperan sebagai orang yang sedang mengumumkan di hadapan khalayak. Dengan begitu siswa akan dengan santai dalam mengumumkan, siswa juga akan terbiasa untuk menyusun kata-kata dengan baik dan benar serta sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dengan pembelajaran ini siswa juga akan merasa senang dan tidak merasakan tertekan. Siswa akan belajar sambil bermain, siswa tidak sadar bahwa dalam ia bermain ia telah mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga.
Pada awalnya pembelajaran dengan teknik simulasi ini adalah teknik pembelajaran sastra khususnya pembelajaran drama. Seiring perkembangan zaman teknik ini digunakan pada pembelajaran bahasa khususnya pada pembelajaran mengumumkan. Secara harfiah simulasi diartikan sebagai peniruan dari keadaan yang sebenarnya. Sebagai teknik, simulasi berarti memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan (Subana Tth:205).
Teknik simulasi ini digunakan untuk memberikan kemungkinan kepada siswa agar ia dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. Dalam hal ini siswa akan memperoleh pengetahuan dalam situasi yang tidak sesungguhnya atau dalam permainan. Dengan begitu siswa akan lebih mudah dalam menangkap suatu pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran tersebut. Siswa juga akan merasa lebih santai dalam mengikuti pembelajaran.
1.2 Identifikasi Masalah
Kesulitan yang dialami siswa untuk berkomunikasi dalam situasi formal dan nonformal khususnya dalam kegiatan mengumumkan ini oleh peneliti akan diidentifikasi penyebabnya. Penyebab-penyebab tersebut didapatkan oleh peneliti melalui observasi awal serta wawancara dengan pihak terkait yaitu dengan guru. Kegiatan tanya jawab ini dilakukan ketika guru sedang berada di luar kelas yaitu di luar jam pelajaran. Dari identifikasi terhadap permasalahan tersebut maka peneliti mengetahui penyebab- penyebab dari kesulitan siswa dalam berbicara pada umumnya dan kompetensi mengumumkan pada khususnya. Penyebab-penyebab tersebut sebagai berikut.
1.2.1 Dalam kegiatan sehari-hari mayoritas dari para siswa menggunakan bahasa daerah atau bahasa pergaulan sebagai bahasa pengantarnya. Mereka juga menganggap bahwa bahasa Indonesia resmi dianggap sebagai momok. Bila mereka berbahasa Indonesia resmi dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten maka anak itu akan dianggap sombong atau bergaya kekota-kotaan. Untuk itu, mereka akan merasa enggan untuk menggunakan bahasa Indonesia resmi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu bahasa Indonesia resmi hanya digunakan dalam kegiatan belajar mengajar saja, itupun masih sangat kurang maksimal. Hal tersebut terjadi karena siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia resmi.
1.2.2 Model pembelajaran kompetensi mengumumkan masih terlihat monoton. Posisi guru dalam pembelajaran masih sebagai centre. Walaupun sekolah sudah memutuskan untuk menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, tetapi pada kenyataanya masih ada guru yang menggunakan cara pembelajaran yang lama yaitu dengan metode ceramah. Walaupun tidak selamanya metode ini dianggap tdak baik namun apabila metode ini digunakan secara terus menerus tanpa adanya variasi maka pembelajaran bahasa pun akan menjadi menjemukan. Kalaupun diberi contoh itupun guru hanya menunjuk beberapa siswa untuk memberikan contoh, tidak semua siswa mengalami pembelajaran. Metode ini akan membuat siswa cepat jenuh dan merasa bosan. Dalam hal ini guru masih terlihat kurang kreatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang seharusnya dapat lebihaktif, kreatif, dan inovatif. Terkadang guru juga kurang menguasai isi dari kurikulum berbasis kompetensi itu sendiri. Dengan demikian guru akan kembali menggunakan metode ceramah untuk mengajar. Padahal metode ceramah ini cenderung akan membuat siswa menjadi pasif dan hanya mau menerima apa yang telah diberikan oleh guru saja tanpa mau berusaha untuk mendapatkan yang lebih atau menemukan sesuatu hal yang baru. Namun, apabila kurikulum berbasis kompetensi tersebut diterapkan secara konsisten maka siswa pun belum siap untuk mengikutinya. Permasalahan seperti inilah yang mengakibatkan masalah pembelajaran semakin dilematis.
1.2.3 Kegiatan mengumumkan sudah dianggap sebagai suatu kegiatan yang sulit dan hanya bisa dilakukan dengan baik oleh orang-orang yang memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara saja. Hal ini disebabkan oleh anggapan sebagian besar dari mereka bahwa mengumumkan ini dilakukan dihadapan banyak orang, sehingga untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan orang-orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Untuk itu, mereka akan merasa minder sebelum melakukan kegiatan mengumumkan tersebut.
1.2.4 Pembelajaran kompetensi mengumumkan hanya dititikberatkan pada teori-teori tentang mengumumkan atau pada aspek kognitifnya saja tidak mementingkan praktiknya atau pada aspek psikomotornya. Guru lebih banyak berceramah, sementara siswa mendengarkan, mencatat, dan bertanya. Selebihnya, diberi tugas mengerjakan soal-soal yang disebut dengan PR. Kompetensi mengumumkan ini juga masih dianggap sepele. Evaluasi yang dilakukannyapun masih menggunakan metode tes klasikal. Pertanyaan-pertanyaan yang disusunpun dalam bentuk tes pilihan ganda dan sebagian lagi dalam bentuk isian serta esay. Dan untuk menjawab soal-soal itu, peserta didik belajar dengan jalan menghafal materi-materi pelajaran yang telah disampaikan guru di kelas. Akibatnya, banyak kelulusan yang tidak memiliki kompetensi karena pada waktu bersekolah mereka hanya diajarkan cara untuk mengerjakan soal-soal saja.
Dari penyebab-penyebab yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebab utama dari dari permasalahan sulitnya siswa melakukan kegiatan berbicara khususya mengumumkan adalah karena pemilihan sistem pembelajaran oleh guru yang kurang kreatif, inovatif dan cenderung monoton serta lebih mementingkan aspek kognitif saja namun aspek motorik dan afektif agak diabaikan. Selain itu guru masih menggunakan metode tradisional yaitu dengan metode ceramah. Untuk itu pengalaman belajar siswa akan minim, padahal dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah pengalaman siswa yang diperoleh dari proses belajar bukanlah dari hasil belajarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan mengumumkan siswa adalah dengan memaksimalkan pembelajaran berbicara siswa khususnya kompetensi mengumumkan siswa. Namun guru juga tidak dapat dipersalahkan secara penuh, hal ini juga ditunjang dengan minimnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut.
Keberhasilan pengajaran keterampilan berbicara pada khususnya dan pengajaran bahasa pada umumnya dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor internal dari siswa itu sendiri serta dukungan dari orang tua dan lingkungan di sekitarnya. Faktor yang sangat berpengaruh adalah kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Kemampuan guru untuk merangsang siswa untuk mau belajar adalah suatu faktor yang sangat urgen pada pembelajaran siswa. Kegiatan pembelajaran ini meliputi kegiatan perencanaan hingga kegiatan evaluasi pada siswa. Disamping itu sarana dan prasarana belajar pun ikut berpengaruh dalam suksesnya suatu pembelajaran, karena walaupun semua faktor itu sudah baik tetapi tidak tersedia sarana dan prasarana maka pembelajaran pun akan menjadi terganggu. Namun, dari seluruh faktor tersebut gurulah yang memegang peranan paling penting karena yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran adalah guru. Dari sinilah guru dituntut untuk lebih kreatif dan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik-baiknya.
Berkaitan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar muncul pertanyaan bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya kompetensi mengumumkan siswa pada kelas X Tata Busana 2. Perlukah guru menggunakan metode dan teknik-teknik tertentu dalam pembelajaran mengumumkan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hendaklah dapat menjadi masukan bagi para guru untuk memilih atau menentukan suatu teknik yang tepat untuk pembelajaran mengumumkan. Dengan begitu tujuan dari kurikulum berbasis kompetensi akan tercapai.
Pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah dikemukakan di atas, menarik perhatian penulis untuk melakukan suatu penelitian berkaitan dengan kemampuan berbicara pada umumnya. Keterampilan berbicara ini sangatlah luas, karena keterbatasan waktu dan biaya serta untuk memaksimalkan penelitian maka penulis akan memfokuskan penelitian ini pada kemampuan berbicara siswa dalam situasi formal ataupun nonformal khususnya kompetensi mengumumkan.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
- Bagaimanakah peningkatan kompetensi mengumumkan dengan teknik simulasi pada siswa kelas X Tata Busana 2 SMK Perintis 29 Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007?
- Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa yang ditunjukkan saat mengikuti pembelajaran mengumumkan dengan teknik simulasi pada siswa kelas X Tata Busana 2 SMK Perintis 29 Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007?
No comments:
Post a Comment