BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Anggar merupakan salah satu cabang olahraga beladiri permainan yang menggunakan seperangkat alat pada saat berlatih atau bertanding. Olahraga anggar telah di kenal di kalangan masyarakat, tetapi perkembangannya kurang begitu menggembirakan dibanding olahraga lain, dan dirasakan masih perlu digalakkan secara intesif. Mengingat perlengkapan yang digunakan untuk latihan sulit dicari di setiap toko olahraga, kurangnya pelatih yang ada di daerah juga menimbulkan tidak berkembangnya olahraga anggar.
Berhasilnya pembinaan olahraga tidak hanya tergantung pada bakat anak dan keahlian guru atau pelatih saja, untuk mencapai prestasi yang tinggi harus ada perencanaan yang baik dan upaya pembinaan secara sistematis. Berbagai faktor perlu diperhatikan, karena prestasi anak pada hakikatnya merupakan hasil sistem pembinaan yaitu keterpaduan antara aspek-aspek biologis, psikologis, lingkungan dan penunjang sebagai suatu kesatuan yang ditujukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi (M. Sanjoto, 1995:2).
Melatih anggar seperti halnya melatih olahraga lain, membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan keuletan. Untuk melatih gerakan khusus saja memerlukan kecermatan tersendiri, mengingat kebanyakan calon atlet anggar belum pernah sama sekali tersentuh sejak masih kanak-kanak (Saldi Djemoe, 2001:1).
Permainan anggar dikenal sebagai permainan pedang dalam bentuk peperangan atau pertarungan bebas. Di Indonesia pedang dipakai sejak orang mengenal besi, bahkan sebelumnya telah dipergunakan jenis-jenis tulang ikan sebagai pedang. Anggar dibawa oleh militer-militer Belanda ke Indonesia. Kecuali di kalangan militer, olahraga ini belum mendapat perhatian yang selayaknya dari bangsa Indonesia (Tri Nurharsono, 1997:1).
Tujuan pemakaian pedang adalah untuk tusukan kemudian ditingkatkan dengan dipergunakan tongkat, gada, tombak, lembing. Akhirnya dari alat-alat primitif itu lahirlah pedang. Jadi timbulnya pedang itu bukan hanya untuk olahraga saja, tetapi juga untuk kebutuhan manusia dalam menjaga kelanggengan hidupnya.” (Tri Nurharsono. 1997: 1).
Olahraga anggar dimainkan pada sebuah landasan khusus atau loper oleh dua orang yang saling bertanding untuk mendapatkan tusukan. Pemain saling melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan tujuan dapat menusuk bidang sasaran tanpa dikenai oleh lawan. Dengan gerakan yang cepat dan tusukan yang tepat membuat olahraga anggar ini sangat menarik.
Tehnik dasar bermain anggar yang harus dikuasai dengan baik dan benar, yaitu langkah, cara pemegangan senjata, pertahanan, tangkisan dan serangan. Dan tehnik dasar permainan anggar, serangan adalah tehnik yang penting karena serangan merupakan usaha penyerangan terhadap pertahanan lawan (Soedjiharto, 1985:21). Untuk dapat bermain dengan baik diperlukan ketrampilan khusus antara lain penguasan tehnik, pertahanan, variasi serangan, dan punya ketelitian yang tinggi. Latihan harus dilakukan dengan teratur dan kontinyu (Tri Nurharsono, 1997:3-5).
Menurut Saldi Djemoe Pelatih Anggar Jawa Tengah, pemain anggar yang baik adalah pemain yang mempunyai kemampuan menyerang dan bertahan yang sama baiknya (Saldi Djemoe, 2001:2)
Gerakan senjata secara umum dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan menyerang dan gerakan bertahan. Adapun sasaran serangan dan bidang pertahanan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : daerah atas bagian luar (high out side), daerah bawah bagian luar (low out side), daerah atas bagian dalam ( high in side ) dan daerah bawah bagian dalam (low in side) ( Nuncy L. Curry, 1969 : 35 ).
Menurut Nuncy L. Curry, (1969 : 37 ) gerakan menyerang dapat diartikan sebagai arah gerakan dengan meluruskan lengan yang bersenjata ke arah sasaran atau lawan. Serangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu serangan sederhana (simple attack) dan serangan gabungan (compound attack).
Serangan sederhana (simple attack) dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : thrust, disanggage dan coupe atau cut over. Ada satu serangan lagi yang termasuk simple attack, yaitu counter disanggage. Sedangkan serangan gabungan (compound attack) dibagi menjadi tiga jenis yaitu, memukul (beat), menekan (Press) dan tipuan (feint) (Brian Pitman, 1990 : 38-39).
Gerakan bertahan dalam anggar adalah semua usaha atau gerakan yang bertujuan agar tidak dapat dikenai oleh lawan (Soedjiharto, 1985 : 28), sedang menurut Nuncy L. Curry, (1969 : 41) gerakan bertahan dalam olahraga anggar yang paling penting adalah menangkis senjata lawan. Menangkis dilakukan dengan memukul senjata lawan secara cepat atau dengan menekan senjata dengan tujuan memindahkan serangan lawan ke luar bidang sasaran.
Dilihat dari cara menangkisnya, maka tangkisan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1) tangkisan mendatar (horizontal parry), 2) tangkisan melingkar (circular parry), 3) tangkisan setengah lingkaran (semi circular parry), dan tangkisan menyilang (diagonal parry) (Brian Pitman, 1990 : 40 ).
Pada penelitian ini, jenis tangkisan yang digunakan adalah tangkisan mendatar atau horizontal parry. Dari posisi bertahan pemain dapat melakukan serangan balasan, yaitu dengan terlebih dahulu menangkis serangan lawan. Gerakan ini disebut dengan riposte. Riposte dapat dilakukan dari semua tangkisan sesuai dari arah serangan yang dilakukan oleh lawan.
Tangkis Balas (Riposte) adalah satu atau beberapa penyerangan yang harus dibuat sesudah menangkis serangan lawan dan sedapat mungkin sebelum lawan kembali ke sikap sedia, Riposte dapat dikerjakan tanpa membuat langkah serang maupun dengan langkah serang (Setoe Danoesetoedjo, 1961 : 59 ).
Menurut Brian Pitman, (1990 : 45) riposte adalah satu atau beberapa serangan yang dibuat sesudah menangkis serangan lawan dan sedapat mungkin sebelum lawan kembali pada posisi sedia. Riposte terdiri dari dua macam yaitu : riposte langsung ( direct riposte) dan riposte tidak langsung (indirect riposte).
Dalam permainan anggar pada dasarnya ada 8 (delapan) macam tangkisan, yaitu tangkisan satu, tangkisan dua, tangkisan tiga, tangkisan empat, tangkisan lima, tangkisan enam, tangkisan tujuh, tangkisan delapan. (Soedjiharto, 1985: 28).
Serangan yang dilakukan dari sikapan empat dilakukan dengan posisi tangan pronasi dengan telapak tangan terarah ke bawah dan ibu jari berada di samping mengakibatkan kekakuan, bersamaan dengan gerakan tersebut lengan diluruskan ke arah sasaran (thrust), maka gerakan akan menjadi lebih lambat. Sedangkan serangan yang dilakukan dari sikapan enam cukup dengan meluruskan lengan (thrust) ke arah sasaran hal ini membuat gerakan lebih rileks, mudah dan cepat (Soedjiharto, 1985:16). Dengan perbedaan tersebut akan mengakibatkan adanya perbedaan ketepatan dan kecepatan pada masing-masing tangkis balas (riposte).
Unsur yang perlu diperhatikan dalam permainan anggar, agar hasil serangan dan tangkisan lebih baik yaitu penguasan tehnik, jalannya serangan, kecepatan, dan ketepatan. Gerakan bersenjata secara umum dibagi menjadi dua yaitu gerakan serangan dan gerakan pertahanan. Adapun sasaran serangan dan garis pertahanan dibagi menjadi empat bagian yaitu garis kanan atas, garis kiri atas, garis kanan bawah, garis kiri bawah (Soedjiharto, 1985: 18).
Banyak cara dan usaha peningkatan olahraga yaitu dilaksanakan dan dilakukannya penerapan berbagai model latihan, baik latihan fisik ataupun latihan tehnik. Selain itu juga dilakukan pendekatan ilmiah dengan dimanfaatkannya ilmu penunjang olahraga seperti Biomekanika, Kinesiologi, Fisiologi dan ilmu faal lainnya. Dan fungsi olahraga bagi bangsa Indonesia adalah media yang dapat memenuhi tuntutan tersebut, sebab olahraga merupakan salah satu alat di dalam pembinaan fisik dan mental.
Adapun alasan dalam pemilihan judul adalah:
- Tangkis Balas merupakan salah satu bagian dari tehnik bermain anggar. Tangkis Balas yang baik dapat digunakan sebagai senjata utama untuk serangan dan dapat juga digunakan sebagai pertahanan dari serangan lawan.
- Tangkis Balas merupakan salah satu bagian dari tehnik serangan yang harus dikuasai, karena serangan balasan dari tangkisan empat dan enam merupakan serangan yang dapat diandalkan.
- Ada beberapa tehnik tangkisan yang digunakan dalam latihan Tangkis Balas yaitu tangkisan satu sampai tangkisan delapan sehingga perlu adanya penelitian untuk diketahui yang lebih efektif.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh antara latihan tangkis balas menggunakan sikapan empat dan latihan tangkis balas sikapan enam terhadap ketepatan menyerang nomor floret pada pemain klub Anggar se- Kota Semarang Tahun 2005?
No comments:
Post a Comment