BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan antara lain, mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen, agregat, air, dan bahan tambahan lain bila diperlukan dengan perbandingan tertentu. Kelebihan beton yang lain adalah, ekonomis (dalam pembuatannya menggunakan bahan dasar lokal yang mudah diperoleh), dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki, mampu menerima kuat tekan dengan baik, tahan aus, rapat air, awet dan mudah perawatannya, maka beton sangat populer dipakai baik untuk struktur – struktur besar maupun kecil. Untuk itu bahan konstruksi ini dianggap sangat penting untuk terus dikembangkan.
Salah satu usaha pengembangannya ialah dengan cara memperbaiki sifat dari kelemahan beton yaitu tidak mampu menahan gaya tarik, dimana nilai kuat tarik beton berkisar 9%-15 % dari kuat desaknya (Dipohusodo, 1994). Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil kuat tariknya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,50–0,60?fc’, sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57?fc’ (Dipohosodo 1999: 10).
Anggapan lain mengatakan bahwa dalam perencanaan struktur, beton dianggap hanya mampu menahan tegangan desak, walaupun sebenarnya beton mampu menahan tegangan tarik sebesar 27 kg / cm2 (Suhendro, 1991), sehingga hal ini dianggap tidak efisien terutama pada perencanaan yang didomonasi tarik dan lentur. Bagian tarik pada balok akan mengalami retak sekalipun hanya mendapatkan tegangan yang tidak begitu besar. Hal ini disebabkan karena adanya retak rambut yang merupakan sifat alami dari beton. Secara struktural kondisi semacam ini sering diabaikan karena tegangan tarik telah didukung sepenuhnya oleh tulangan dalam jumlah yang cukup dan ditempatkan secara benar.
Berkembang pesatnya teknologi pada saat ini semakin dituntut adanya alternatif yang terlahir dari beberapa penelitian yang intinya adalah dapat menciptakan suatu temuan baru atau paling tidak dapat mengembangkan penelitian terdahulu, sehingga diharapkan dapat menghasilkan produk teknologi beton yang semakin bermutu dan efisien. Para peneliti dari negara- negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris telah melakukan beberapa eksperimen dengan menambahkan bahan tambah yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada adukan beton. Salah satu alternatif bahan tambah yang digunakan yang bersifat fisikal adalah serat baja (steel fibers). Ide dasarnya yaitu menulangi (memberi tulangan pada beton) dengan serat baja yang disebarkan secara merata (uniform) kedalam adukan beton dengan orientasi random. Sehingga beton tidak mengalami retakan-retakan yang terlalu dini akibat pembebanan maupun panas hidrasi (Sorousihan dan Bayasi, 1987).
Dengan demikian diharapkan kemampuan beton untuk mendukung tegangan- tegangan internal (aksial, lentur, dan geser) akan meningkat.
Berbagai macam serat yang biasa digunakan diantaranya adalah baja, kaca, plastik dan karbon. Untuk keperluan non struktural, fiber dari bahan alami sperti ijuk, atau serat tumbuh-tumbuhan yang lain juga dapat digunakan. Masing-masing bahan serat tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam memperbaiki karakteristik beton. Untuk itu pemilihan jenis bahan serat perlu disesuaikan dengan sifat yang akan diperbaiki.
Tabel 1.1. Spesifikasi fiber yang sering digunakan (Sorousian dan Bayasi,1978).
Fiber | Berat jenis (ton/m3) | Kuat Tarik (Ksi) | Modulus Youngs ( 103 Ksi ) | Vf ( % ) | Diameter ( in ) | Panjang ( in ) |
Baja | 7,56 | 100 - 300 | 30 | 0,75–3 | 0,0005- 0,04 | 0,5 - 1,5 |
Kaca | 2,70 | Up to 100 | 11 | 2 – 8 | 0,004 – 0,03 | 0,5 - 1,5 |
Plastik | 0,91 | Up to 100 | 0,14 – 1,42 | 1 – 3 | Up to 0,10 | 0,5 - 1,5 |
Karbon | 1,60 | Up to 100 | Up to 100 | 1 – 5 | 0,0004-0,0008 | 0,02-0,50 |
Dewasa ini jenis fiber yang paling populer dipakai di luar negeri adalah fiber baja ( steel fiber ),yang memiliki diameter sekitar 0,5 mm dan panjangnya sekitar 50 mm dengan bentuk geometri yang beraneka ragam. Serat baja lebih banyak digunakan untuk keperluan struktur karena jenis serat tersebut mempunyai faktor-faktor prinsip penguat beton, antara lain kekuatan leleh, modulus elastisitas yang cukup tinggi, dan lekatan yang cukup. Selain itu fiber baja tidak mengalami perubahan bentuk terhadap pengaruh alkali dalam semen. Ikatan dalam komposisi campuran dapat meningkat karena pencampuran secara mekanik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada beton fiber ini adalah : (1) terjadinya korosi pada serat, apabila serat tidak terlindung dengan baik oleh beton, (2) Sifat kohesi yang tinggi dari serat baja ini juga akan mengakibatkan terjadinya balling effect, yaitu fiber menggumpal seperti bola dan tidak menyebar secara merata pada saat pencampuran, sehingga perlu diusahakan cara penyebaran serat baja secara merata pada adukan, (3) masalah workability, yang menyangkut kemudahan dalam proses pengerjaan/pemadatan, (4) masalah mix design/proportion untuk memperoleh mutu tertentu dengan kelecakan yang memadai, untuk itu perlu diteliti.
Pemakaian serat baja sebagai bahan campuran pada adukan beton untuk struktur bangunan belum banyak dikenal dan jarang digunakan di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena serat baja yang dimaksud sulit didapatkan karena keberadaannya harus mendatangkan dulu dari luar negeri, sehingga sangat tidak ekonomis. Untuk mengatasi masalah tersebut beberapa peneliti terdahulu telah mencoba menggunakan bahan lokal yang banyak tersedia di pasaran dengan harga yang lebih murah, yaitu serat kawat bendrat.
Kawat bendrat merupakan material terpilih karena disamping mempunyai faktor – faktor prinsip penguat beton, kawat bendrat juga merupakan bahan yang mudah diperoleh. Dari pertimbangan – pertimbangan itulah selanjutnya penulis bermaksud melakukan penelitian tentang : “PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT PADA CAMPURAN BETON (Tinjauan Tehadap Kuat Tarik Belah, Kuat Tekan, dan Modulus Elastisitas Pada Kosentrasi Panjang Serat 8 cm, BS 250, fas 0,5)
1.2. Penelitian Sejenis.
Penelitian terdahulu tentang penggunaan serat kawat bendrat pada bahan campuran adukan beton memberikan hasil sebagai berikut :
- Ferry Eko Mardiyanto (STTNAS), penambahan serat bendrat pada beton non pasir didapatkan adanya peningkatan kuat tekan sebesar 10,203 % pada kosentrasi fas 0,45 dan serat bendrat 1 %. Peningkatan kuat tarik sebesar 58,932 % dengan fas 0,35 dan serat 1 %. Peningkatan kuat lentur sebesar 31,7 % pada fas 0,35 dan serat 1 %. Sedangkan kemampuan optimal beton dalam menahan gaya tekan, tarik, dan lentur dicapai pada kadar serat 1 % dan faktor air semen 0.40.
- Sri Mulyono (STTNAS), penambahan serat bendrat dalam adukan beton menghasilkan kenaikan kuat tekan sebesar 11,014 % pada kosentrasi serat 5,75 % dan 10,986 % pada kosentrasi serat 6,25 %. Pada kosentrasi serat 6,75 % dan 7,25 % terjadi penurunan kuat tekan masing – masing sebesar 9,386 % dan 25,924 5. Penamabahan serat bendrat dalam adukan beton ternyata dapat meningkatkan kuat lentur sebesar 11,72 %, 24,38 %, 21,79 % dan 17,46 % masing–masing pada kosentrasi serat 5,75 %, 6,25 %, 6,75 %, dan 7,25 %.
- Bambang Suhendro 1990, penambahan serat kawat bendrat sebagai bahan susun beton akan memberikan hasil sebagai berikut. Beton biasa (BB) memiliki kuat tarik sebasar 2,8 MPa, sedangkan beton fiber baja (BFS-0,5 dan BFS-1,0), beton fiber bendrat (BFB-0,5) dan beton fiber kawat (BFK- 0,5), berturut-turut mempunyai kuat tarik sebesar 3,77 Mpa, 4,50 MPa, 4,425 MPa, dan 3,5 Mpa. Dengan kata lain terdapat peningkatan kuat tarik berturut-turut sebesar 34%, 61%, 58%, 25%.
- Sudarmoko (dalam Tjokrodimuljo 1996: 122), hasil penelitian yang menggunakan kawat bendrat dengan panjang 60 mm, 80 mm, dan 100 mm menunjukkan bahwa tambahan 1% dari volume beton mampu menaikkan kuat tekan beton sekitar 25%, kuat tarik sekitar 47%, dan modulus elastisitas sekitar 10% .
Untuk menjaga keaslian penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan ketentuan sebagai berikut :
- Menggunakan serat kawat bendrat lurus dengan kosentrasi panjang serat 80 mm dan diameter 1 mm, berat semen 350 kg/m3, faktor air semen 0,5, komposisi serat 0 %; 2,5 %; 5 %; 7,5 %; 10 % (dari berat semen).
- Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kawat bendrat terhadap kuat tekan, modulus elastisitas, dan kuat tarik belah beton.
1.3. Pemasalahan.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain :
- Bagaimana pengaruh penambahan serat kawat bendrat terhadap kuat tekan, modulus elastisitas, dan kuat tarik belah beton pada kosentrasi serat lurus dengan panjang 8 cm dan diameter 0,1 cm, berat semen 350 kg/m3, faktor air semen 0,5, dan komposisi campuran 0 %; 2,5 %; 5 %; 7,5 %; 10 % (dari berat semen)
- Pada komposisi campuran serat berapa persenkah beton mampu menahan gaya tekan, modulus elastisitas, dan kuat tarik belah yang paling optimal.
No comments:
Post a Comment