BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai pendekatan, strategi, metode, dan media pembelajaran bahasa Indonesia yang inovatif dan variatif mulai diterapkan para guru bahasa Indonesia. Tujuan adanya perubahan pola pembelajaran tersebut adalah dalam rangka pencapaian kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam bidang bahasa Indonesia juga turut mendapatkan perhatian. Keterampilan berbahasa bukan lagi hanya untuk diketahui, melainkan untuk dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi (Wagiran dan Doyin 2005:1). Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan 1982:1). Salah satu keterampilan berbahasa yang paling sulit penguasaannya adalah keterampilan menulis, karena menulis adalah kegiatan yang menuntut adanya latihan dan membutuhkan ketelitian serta kecerdasan. Kegiatan menulis memerlukan pengetahuan yang luas dan pola pikir yang logis. Pengetahuan yang luas tidak terlepas dari kegiatan membaca, maka kegiatan menulis harus diimbangi dengan kegiatan membaca. Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa siswa cenderung menyukai hal-hal yang bersifat praktis dan instan. Kenyataan tersebut menjadi kendala dan hambatan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan menulis secara maksimal. Untuk itu, agar siswa menyadari bahwa segala sesuatu yang berhasil baik harus melalui proses dan tahapan, maka kegiatan pembelajaran menulis harus dilaksanakan dengan pendekatan yang tepat. Kegiatan menulis harus dilakukan dengan latihan rutin dan terus-menerus, karena penguasaan keterampilan menulis sangat bermanfaat bagi siswa untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan dapat menjadi bekal keterampilan hidup bersosialisasi di masyarakat dan menjawab tantangan masa depan.
Keterampilan menulis menjadi suatu keterampilan yang penting untuk dikuasai siswa, karena budaya menulis adalah budayanya orang terpelajar (Winarmo 2002:3). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa membudayakan menulis untuk masyarakat Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Proses untuk menuju mayarakat Indonesia yang intelek dan terpelajar dapat diawali dengan penguasaan keterampilan menulis oleh siswa. Menulis bukan sekadar menulis, melainkan sebuah kegiatan yang menggabungkan pengetahuan intelektual dan berpikir logis yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan bahasa yang efektif dan komunikatif untuk diungkapkan dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis bidang bahasa Indonesia telah dicantumkan dalam kurikulum, baik Kurikulum 1994 maupun Kurikulum 2004. Salah satu kegiatan menulis yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia SMA adalah menulis karya ilmiah. Keterampilan menulis karya ilmiah siswa SMA perlu ditingkatkan, karena berdasarkan pengamatan hasil karya tulis siswa biasanya lebih berorientasi pada banyak dan panjangnya karangan, bukan pada isi dan manfaat karangan (Doyin, dkk. 2002:v). Pembelajaran menulis karya ilmiah harus dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang urut, agar siswa dapat menghasilkan karya tulis seperti yang diharapkan, karena menulis karya ilmiah berbeda dengan menulis karangan yang lain, menulis karya ilmiah merupakan aktivitas teknis yang wujud tulisannya harus mengikuti aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu (Doyin 2002:1). Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, peneliti melaksanakan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah Siswa Kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Semarang, karena penguasaan keterampilan menulis karya ilmiah siswa sekolah tersebut masih rendah dan belum maksimal. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru bidang studi bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa, siswa belum mampu menghasilkan karya tulis yang produktif dan sesuai dengan syarat karya tulis yang baik dan benar, siswa cenderung membuat karya tulis berdasarkan penugasan dari guru yang harus sesuai dengan sistematika penulisan yang diberikan guru ketika pemberian materi, dan menyusun karya tulis tanpa memperhatikan keruntutan, kelogisan, dan keefektifan kalimat. Dalam rangka mencapai kompetensi menulis karya ilmiah siswa, maka penulis menerapkan pendekatan kontekstual dengan komponen inkuiri (menemukan).
Dalam pelaksanaanya, komponen inkuiri dilaksanakan bersamaan dengan 6 komponen pendekatan kontekstual lainnya, yaitu konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Komponen inkuiri merupakan inti dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, karena inkuiri adalah kegiatan menemukan sebuah pengetahuan yang baru dengan cara menggali pengetahuan lama yang telah dibangun siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, kemudian dapat dijawab dengan kegiatan inkuiri (menemukan) yang didiskusikan bersama kelompok belajar dan dikaitkan kembali dengan pemodelan, dan berakhir dengan menarik kesimpulan bersama guru dan penilaian karya dengan sebenarnya (Budiyati 2004:12).
Pembelajaran karya ilmiah dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri diharapkan mampu meningkatkan life skill siswa. Life skill siswa meliputi academic skill, personal skill, social skill, dan vocasional skill. Life skill yang dikuasai pada siswa SMA meliputi academic skill, personal skill, social skill, sedangkan vocational skill dikuasai siswa SMK, karena bersifat kejuruan. Pendekatan kontekstual menjadi pendekatan alternatif dalam pembelajaran karya tulis, karena pendekatan kontekstual menghadirkan situasi nyata dan menghubungkannya dengan pengalaman belajar siswa.
Keberhasilan sebuah pengajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh pendekatan dan media yang digunakan serta keterlibatan guru dalam proses pembelajaran. Pendekatan kontekstual komponen inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karya ilmiah dan meningkatkan life skill siswa yang meliputi personal skill, social skill, dan academic skill.
1.2 Identifikasi Masalah
Keterampilan menulis karya tulis siswa kelas II SMA Negeri 12 Semarang masih rendah. Faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan siswa dalam menulis karya tulis ilmiah ada dua, yaitu faktor dari guru sebagai fasilitator dan faktor siswa sebagai peserta belajar. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan dari dua faktor tersebut, guru harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, sedangkan siswa harus mampu menyerap pengetahuan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran.
Selama ini guru masih menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran menulis, salah satunya adalah metode ceramah. Kenyataannya, metode tersebut kurang efektif dan tidak sesuai untuk pembelajaran bahasa dengan kompetensi menulis. Siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar dan hanya mendapatkan teori, sehingga kompetensi yang diharapkan tidak tercapai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan baru sebagai alternatif bagi pembelajaran keterampilan menulis, yaitu pendekatan kontekstual dengan komponen inkuiri. Life skill yang terdapat di SMA meliputi academic skill, personal skill, dan social skill, sedangkan vocasinal skill merupakan life skill untuk siswa SMK/kejuruan.
Dari berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang diharapkan, maka timbul berbagai pertanyaan tentang bagaimana peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II SMA dan bagaimana peningkatan life skill siswa yang mencakup personal skill, social skill, dan academic skill setelah pembelajaran menulis karya tulis ilmiah diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri.
1.3 Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah yang muncul maka batasan permasalahan yang dibahas penulis dalam laporan hasil penelitian adalah rendahnya keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang direncanakan dapat diatasi dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual direncanakan dapat meningkatkan life skill siswa terutama academic skill, personal skill, dan social skill.
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi bahan pembahasan dan pengkajian dalam penelitian ini dapat dirumuskan berikut ini:
- Bagaimana peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri?
- Bagaimana peningkatan life skill yang meliputi academic skill, personal skill, dan social skill siswa kelas II-5 SMA Negeri 12 Semarang setelah kegiatan pembelajaran menulis karya ilmiah diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen inkuiri?
No comments:
Post a Comment