BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
“Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia” (Keraf 2001:1). Dilihat dari pengertiannya, bahasa sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam kegiatan berbahasanya yaitu sebagai alat komunikasi.
Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan atau pendengaran merupakan kegiatan yang paling pertama yang dilakukan manusia. Keadaan itu sudah terlihat sejak manusia masih bernama bayi. Bayi manusia yang belum mampu menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha memahami bahasa orang-orang di sekitarnya. Dalam belajar bahasa asing pun kegiatan pertama yang dilakukan pelajar adalah menyimak bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari, baik yang berupa ucapan langsung maupun melalui sarana rekaman.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan memahami pembicaraan itu. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada masyarakat bahasa modern pun dalam kehidupan sehari-harinya, kegiatan berbahasa secara lisan akan jauh lebih banyak daripada berbahasa tulis. Kenyataan itu dapat diartikan bahwa kemampuan berbahasa secara lisan lebih fungsional dalam kehidupan sehari-hari daripada kemampuan berbahasa secara tulis, dalam kaitan ini adalah kemampuan menyimak yang perlu diberi perhatian secara memadai.
Fungsionalnya kegiatan menyimak ini dapat terlihat dari kehidupan sehari-hari kita yang dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Contohnya dalam dialog antar anggota keluarga, percakapan antara teman, aktivitas pendidikan di sekolah dan masih banyak lagi kegiatan lain yang melibatkan kegiatan menyimak. Selain itu, fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia karena kegiatan menyimak mempunyai peran yang sangat penting.
Menurut Tarigan (1991:8), peran dari kegiatan menyimak tersebut adalah sebagai (1) landasan belajar berbahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambah informasi.
Bukti yang menguatkan betapa pentingnya keterampilan menyimak tersebut adalah pendapat dari T. Rankin pada tahun 1926 yang menyatakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Pada tahun 1950 Miriam B. Wist melaporkan bahwa jumlah waktu yang digunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas sekolah dasar kira-kira 1 1/2 sampai 2 jam sehari (Tarigan 1994:11).
Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah, khususnya bahasa Indonesia, pembelajaran dan tes menyimak kurang mendapat perhatian semua guru bahasa secara khusus. Para guru belum membelajarkan dan sekaligus menguji kemampuan menyimak peserta didik dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, diperoleh informasi dari pihak guru bahwa meskipun sudah menggunakan kurikulum KTSP namun dalam pelaksanaannya masih jauh dari sempurna.
Selain itu, minat belajar peserta didik yang masih kurang dan masih menggunakannya metode ceramah sehingga menyebabkan hasil belajar yang dicapai masih rendah dan sudah terbiasanya peserta didik dengan penggunaan metode ceramah. Dengan keadaan yan seperti itu menjadikan peserta didik sulit diajak untuk mengubah cara pembelajaran tersebut dengan metode yang baru. Contohnya, ketika guru mencoba menerapkan sistem diskusi pada pembelajaran menyimak dengan tujuan untuk mengaktifkan peserta didik dan peserta didik bebas berpendapat, namun kebanyakan dari mereka gaduh dengan teman diskusinya, sehingga pokok pembahasan keluar dari pokok pembahasan yang diberikan. Menghadapi situasi ini, akhirnya guru lebih memilih kembali kepada metode ceramah. Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi dengan kekreatifan seorang guru dalam menyiasati suatu permasalahan dalam pembelajaran dan pemahaman seorang guru tentang diri peserta didik dengan berbagai macam keunikannya dan karakteristiknya. Hendaknya guru dapat menciptakan suatu metode baru yang lebih ringan dan menyenangkan untuk pembentukan dan menanamkan jiwa aktif dan rasa percaya diri pada diri peserta didik.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak yang dilakukan di SMP Negeri I Jiken Kabupaten Blora pada peserta didik kelas VIII A, kurang mendapatkan perhatian dari pihak peserta didik maupun guru. Dengan kondisi seperti itu, maka pembelajaran menyimak cenderung diabaikan dan dinomorduakan dibandingkan dengan pembelajaran bahasa yang lain. Padahal dengan kegiatan menyimak seseorang dapat menyerap informasi penting yang didengarnya. Jadi dapat ditarik simpulan bahwa keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang amat penting.
Meskipun keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang amat penting, namun pada kenyataannya keterampilan tersebut belum dianggap keterampilan yang amat penting. Dengan kondisi yang seperti itu, maka seharusnya dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak di sekolah, guru hendaknya menuntut peserta didik untuk menyimak secara ekstensif, dan kegiatan menyimak tidak lagi bersifat pasif sehingga pembelajaran menyimak di sekolah harus bersifat aktif-reseptif. Meskipun dengan kesadaran yang seperti itu, tetap saja dalam pembelajaran langsung tentang cara yang baik untuk menyimak masih terlupakan dan diabaikan karena:
- pembelajaran menyimak khususnya menyimak berita di sekolah-sekolah pada umumnya kurang mendapat perhatian secara khusus.
- pembelajaran menyimak secara umum di sekolah-sekolah cenderung diabaikan karena kebanyakan guru kurang memahami teori dan memiliki keterampilan dalam bidang menyimak, khususnya pembelajaran menyimak berita sehingga menyebabkan kurang pemahaman tentang konsep pembelajaran menyimak
- pembelajaran memahami isi berita yang diberikan di kelas masih menggunakan sistem klasikal dan kembali menggunakan metode ceramah. Sehingga dengan jumlah peserta didik yang banyak yaitu 39 peserta didik setiap kelas, pembelajaran menyimak berita kurang bermakna dan kurang efektif.
- guru juga kurang menekankan pada latihan-latihan untuk memahami suatu berita, melainkan lebih menekankan pada pengenalan-pengenalan istilah seperti menjelaskan pengertian berita dan aspek-aspek yang ada dalam berita. Terdapat satu hal lagi yang kurang diperhatikan guru demi keberhasilan pembelajarannya yaitu sistem pengelolaan kelas masih menggunakan cara klasikal sehingga terkesan monoton dan kurang menarik bagi peserta didik. Keadaan tersebut di atas yang menyebabkan keterampilan menyimak peserta didik kelas VIII A masih sangat rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti menggunakan metode drill melalui media audio-visual sehingga keterampilan menyimak peserta didik kelas VIII A dapat meningkat.
“Metode drill (latihan) adalah metode pembelajaran matematika yang lebih ditujukan agar siswa cepat dan cermat dalam menyelesaikan soal” (Suyitno 2004:6). Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang peserta didik berprestasi dalam bidang tertentu, misalnya terampil dalam memahami segala informasi yang didengarnya dengan cepat, kaitannya dengan penelitian ini adalah mahir memahami isi berita yang telah didengarkan.
Faktor lain yang mendukung pembelajaran ini adalah penggunaan media pembelajaran, khususnya media audio-visual. Dengan penggunaan media pembelajaran, dapat mempertinggi proses belajar peserta didik dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang ingin dicapainya. Berbeda dengan cara pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah, informasi yang disampaikan hanya berupa kata- kata yang menyebabkan pengalaman yang diperoleh peserta didik hanya berupa pengalaman kata-kata yang cenderung membuat pelajaran atau informasi sukar ditangkap, kurang menarik, dan mudah dilupakan.
Tidak seperti pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan media audio- visual, yang memberikan wujud nyata dalam suatu pembelajaran. Dengan pengalaman yang nyata maka sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian dan pemahaman karena pengalaman nyata itu mengikutsertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata itu adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua orang bisa mendapat pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap pengertian yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, ia akan sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua yang dialaminya itu. Penggunaan media juga dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran menyimak karena pembelajaran yang diberikan menarik sehingga peserta didik tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
1.2 Identifikasi Masalah
Uraian di atas menegaskan bahwa keterampilan menyimak sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Keterampilan menyimak dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran bahasa.
Keterampilan menyimak perlu diberikan kepada peserta didik dalam proses belajar bahasa, karena keterampilan menyimak dapat mengajak peserta didik untuk memahami, menikmati, dan menghargai suatu karya sastra.
Namun pada kenyataannya, pembelajaran menyimak belum diberikan secara tepat. Pembelajarannya masih diberikan dengan menggunakan metode yang kurang variatif dan membosankan sehingga mengakibatkan peserta didik enggan, malas, bosan, jenuh, dan tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menyimak, khususnya pembelajaran menyimak berita. Akibatnya, peserta didik tidak dapat merespons informasi yang diperoleh dari menyimak, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut telah memiliki keterampilan bahasa lainnya, seperti berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasar latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi penghambat keberhasilan pembelajaran menyimak yaitu:
- masih rendahnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Dengan rendahnya minat belajar peserta didik pada pembelajaran menyimak maka mereka akan merasa enggan dalam mengikuti pembelajaran dan hasilnya mereka tidak konsentrasi pada pembelajaran. Dengan tidak adanya konsentrasi dan respons positif seorang peserta didik pada pembelajaran menyimak berita, maka pembelajaran menyimak tidak dapat berjalan dengan baik.
- peserta didik dan guru masih mengabaikan pembelajaran menyimak karena menurut mereka keterampilan tersebut sangatlah mudah. Dengan adanya asumsi yang seperti ini maka suatu pembelajaran menyimak yang baik tidak akan dapat terlaksana. Pembelajaran menyimak menurut mereka merupakan pembelajaran yang sangat mudah, karena pengertian mereka tentang hakikat menyimak masih rendah. Menurut mereka, menyimak hanyalah merupakan kegiatan mendengarkan sesuatu. Dan semua orang yang tidak tuli pastilah dapat melakukan kegiatan tersebut.
- pembelajaran menyimak yang dilakukan guru di kelas masih menggunakan metode ceramah sehingga kurang memotivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menyimak di kelas sehingga hasilnya pun masih rendah. Penggunaan metode ceramah masih dilakukan karena kurangnya kreatifitas guru dalam mengkombinasikan teknik dan metode pembelajaran. Seharusnya metode ini sudah ditinggalkan karena metode ini tidak mendorong jiwa aktif peseta didik dan kurang membekali peserta didik pada penguasaan suatu keterampilan tertentu.
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menyimak berita, peneliti berupaya mengatasi segala hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam pembelajaran menyimak. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti memfokuskan pada Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dari TV dengan Metode Drill melalui Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII A SMP Negeri I Jiken Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2006/2007.
1.4 Permasalahan
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
- bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak berita dari TV dengan metode drill melalui media audio-visual kepada peserta didik kelas VIII A SMP Negeri I Jiken Kabupaten Blora?
- bagaimanakah perubahan perilaku belajar peserta didik kelas VIII A SMP Negeri I Jiken Kabupaten Blora setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak berita dari TV dengan metode drill melalui media audio-visual?
No comments:
Post a Comment