BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, yaitu mengembangkan warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, serta mampu mengembangkan fungsi bahasa dan kebudayaan. Berkenaan dengan hal tersebut fungsi pengajaran bahasa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, teknik bahasa dalam hubungannya dengan kecerdasan akademiknya, kemampuan komunikatifnya, serta sikap yang diperlukan bagi pembangunan nasional (Siahaan, 1998:40).
Keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan kurikulum meliputi lima aspek, yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Hal ini menunjukkan bahwa kelima aspek tersebut sangat berperan penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari kelima aspek ini disebutkan salah satunya adalah keterampilan membaca. Membaca sangat membantu proses belajar menjadi lebih efektif, karena anak yang gemar membaca akan memperoleh informasi baru dari bacaan yang dibacanya.
Kemampuan membaca sangat penting dimiliki seseorang, khususnya masyarakat terpelajar, sebab dalam kehidupan bermasyarakat kemampuan ini akan semakin komplek. Seluruh aktifitas sehari-hari selalu melibatkan kemampuan membaca. Mulai dari tanda-tanda di jalan raya sampai beribu judul buku dan surat kabar yang diterbitkan setiap hari. Banyaknya informasi ini menimbulkan tekanan bagi para pendidik agar lebih selektif dalam menyiapkan bacaan yang sesuai untuk siswanya-siswanya. Melihat begitu pentingnya kemampuan membaca bagi siswa, maka membaca merupakan modal utama dalam proses belajar. Dengan bekal kemampuan membaca, anak akan memperoleh pengetahuan, serta mempermudah pola pikirnya untuk berpikir lebih kritis.
Melalui pembelajaran membaca, siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan yang tepat pada informasi yang telah dibaca. Selain itu, membaca juga dapat menjadi kunci pembuka ilmu pengetahuan. Dan dengan kunci tersebut seorang siswa akan mampu mendalami berbagai ilmu dan mengambil manfaatnya sebagai usaha mengoptimalkan tujuan belajar yang sesungguhnya. Untuk mencapai semua itu, pembelajaran membaca harus dilaksanakan secara terpadu.
Selama ini pengalaman menunjukkan bahwa pengajaran membaca pemahaman (lanjut) di sekolah dasar cenderung diabaikan. Banyak anggapan bahwa pengajaran membaca telah berakhir ketika seorang siswa dapat membaca dan menulis permulaan yang dilaksanakan di kelas I dan II sekolah dasar (Rohim, 2005:1). Pada jenjang yang lebih tinggi pengajaran membaca lanjut belum mendapat perhatian serius, sedangkan bagi siswa kelas V seharusnya telah melewati kemampuan recording dan decoding yaitu pada tingkat memahami makna (meaning). Karena kemampuan membaca tidak sekadar menyuarakan bunyi-bunyi bahasa dalam suatu teks bacaan, tetapi membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang dibaca, apa maksudnya dan apa implikasinya. Ketika siswa mengalami kesulitan memahami suatu teks bacaan, tugas membaca semakin kompleks. Sebab suatu teks dapat dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan, jika siswa dapat memahami isinya.
Pemahaman seseorang terhadap bacaan dapat dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah kemampuan membaca seseorang itu sendiri, tingkat konsentrasi, perbendaharaan kosa kata, dan sebagainya. Begitu halnya dengan siswa, ketiga aspek-aspek diatas sangat mempengaruhi daya pemahamannya. Telah banyak diketahui bahwa penerapan strategi membaca sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman seseorang. Untuk itu dipilihlah penelitian ini sebagai usaha untuk memperbaiki kurangnya kemampuan membaca pemahaman siswa, juga sebagai acuan bagi para pendidik khususnya guru agar dapat menyesuaikan bahan bacaan yang diberikan pada siswa.
Citra bahasa Jawa yang selama ini kurang mendapat perhatian siswa, sangat berpengaruh terhadap pengajaran membaca dan keterampilan siswa dalam membaca bacaan berbahasa Jawa. Siswa sering mengalami kesulitan memahami bacaan berhahasa Jawa, karena selain kurangnya referensi bacaan berbahasa Jawa untuk Sekolah Dasar, juga karena kesulitan dalam membedakan antara tulisan dengan ucapannya.
Hal ini juga terjadi pada siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak. Rendahnya keterampilan membaca siswa terhadap bacaan berbahasa Jawa sangat kurang, terutama pada keterampilan membaca pemahaman. Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di sekolah. Dari daftar nilai yang dipelihatkan guru kelas, ditemukan nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak yang dilaksanakan pada bulan Februari 2007 oleh guru kelas dengan menggunakan instrumen bacaan berbahasa Jawa yang bertema lingkungan adalah 60,29. Dari data ini dapat dikatakan bahwa kelas V belum mencapai batas tuntas sehingga dapat dikatakan prestasi masih kurang.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak, karena membaca pemahamannya terhadap bacaan berbahasa Jawa masih kurang maksimal. Pemahaman membaca bacaan berbahasa Jawa di kelas V masih dalam tingkat yang kurang, hasil membaca pemahamannya hanya berkisar
60%. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak, diketahui bahwa upaya khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan membaca bacaan berbahasa Jawa masih belum banyak dilakukan.
Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang dipakai guru dalam keterampilan membaca adalah 70, sedangkan di kelas V tersebut masih dibawah standar. Kelas V merupakan kelas yang perlu diperhatikan karena akan memasuki kelas VI dimana keterampilan membaca pemahaman semakin dibutuhkan. Perilaku siswa dalam menerima pelajaran yang belum baik, menyebabkan proses belajar menjadi terganggu. Dikatakan demikian karena dalam menerima pelajaran perilaku siswa kurang mendukung. Konsentrasi yang kurang dan cepat marasa jenuh menjadikan mereka malas membaca. Faktor penyebab lain adalah keterbatasan bahan bacaan berbahasa Jawa serta tidak terbiasanya siswa membaca baik di sekolah maupun di rumah, menjadikan keterampilan membacanya rendah.
Masalah-masalah di atas menuntut agar pengajaran membaca pemahaman harus segera diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dan menghadirkan masalah baru yang lebih rumit. Untuk itu dipilihlah strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki rendahnya keterampilan membaca siswa. Strategi DRTA ini merupakan strategi untuk pengajaran membaca pemahaman.
Strategi DRTA ini lebih memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika membaca. Awalnya siswa diajak membuat prediksi tentang apa yang terjadi dalam suatu teks lewat media bergambar yang dapat mendorong anak-anak berfikir tentang pesan teks. Kemudian dalam membuat prediksi, siswa menggunakan latar belakang pengetahuan mereka tentang topik dan pengetahuan tentang pola susunan teks. Prediksi masing-masing anak akan berbeda karena siswa berfikir sesuai dengan jalan pikiran siswa sendiri, dan guru harus menerima semua prediksi yang dikemukakan siswa. Selanjutnya setelah memprediksi gambar tadi barulah siswa diberi bahan bacaan. Uraian di atas adalah inti dari strategi DRTA ini, yang penggunaannya dalam pembelajaran akan mempermudah siswa dalam memahami isi suatu bacaan.
Kehebatan stategi DRTA ini terletak pada kemampuan prediksi atau analisis siswa. Di sini siswa diajak berfikir, lebih tepatnya yaitu menggambarkan isi bacaan lewat suatu media terlebih dahulu sebelum siswa membaca bacaan yang akan diberikan. Dengan demikian daya pemahaman siswa setelah mencocokkan prediksi dengan bacaan yang telah dibaca menjadi lebih kuat.
Penggunaan strategi DRTA ini dibutuhkan suatu media yang mendukung, dalam hal ini media yang dapat digunakan adalah gambar. Gambar yang dipakai tidak hanya sekadar gambar yang dapat diambil dari berbagai sumber, tetapi gambar yang didalamnya mengandung unsur cerita atau gambar yang memiliki alur. Gambar yang dimaksud banyak ditemukan pada buku-buku fiksi anak misal dalam fabel, dongeng, komik dan sejenisnya. Untuk itu, peneliti memilih satu jenis bacaan untuk dijadikan sebagai media pendukung penerapan strategi DRTA.
Oleh karena itu, dengan penerapan strategi DRTA ini kemampuan membaca pemahaman siswa semakin meningkat. Informasi bacaan mudah terserap oleh siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Maka peneliti memilih strategi DRTA untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak.
Motivasi dari siswa yang rendah untuk memahami bacaan serta strategi pembelajaran yang belum tepat merupakan bentuk-bentuk permasalahan yang dapat muncul dalam pembelajaran membaca pemahaman yang akhirnya berakibat pada rendahnya tingkat pemahaman membaca siswa. Oleh karena luasnya permasalahan tersebut, permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi untuk memfokuskan pembahasan.
1.2 Identifikasi masalah
Membaca pemahaman sering disebut dengan istilah membaca cermat. Kecermatan pembaca dalam memahami suatu paragraf atau wacana membuat pembaca dapat memahami isi pokok wacana sedetail-detailnya. Dalam membaca pemahaman, masalah yang sering ditemukan yaitu, pemahaman siswa yang kurang begitu dalam, hal ini berakibat fatal pada hasil evaluasi yang diberikan guru. Sama halnya dengan masalah yang dihadapi siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak yang kemampuan membaca pemahamannya pada bacaan berbahasa Jawa kurang begitu dalam. Masalah ini muncul karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal siswa meliputi (1) motivasi siswa yang rendah untuk membaca, (2) timbul rasa jenuh pada diri siswa karena penyampaian materi yang monoton, (3) siswa tidak terbiasa membaca bacaan berbahasa Jawa baik di sekolah maupun di rumah. Adapun faktor eksternal meliputi (1) kurangnya bahan bacaan berbahasa Jawa yang menyenangkan dan sesuai dengan karakter siswa (2) guru kurang memotivasi siswa dalam membaca (3) peran orang tua untuk memotivasi anaknya masih rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti mencoba melakukan kegiatan penelitian dalam pengajaran bahasa Jawa terutama pada keterampilan membaca pemahaman di kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak dengan menerapkan strategi DRTA yang disajikan melalui media pembelajaran berupa cerita fiksi. Media ini digunakan agar memudahkan penerapan strategi DRTA, karena srategi ini membutuhkan gambar-gambar yang sesuai dengan bahan bacaan yang akan dibaca siswa.
1.3 Pembatasan masalah
Penelitian ini termasuk dalam lingkup pendidikan. Peneliti mengkaji keterampilan membaca pemahaman siswa, motivasi siswa yang rendah untuk memahami bacaan, serta metode pembelajaran yang kurang tepat sebagai bentuk-bentuk permasalahan yang dapat muncul dalam pembelajaran membaca siswa. Oleh karena luasnya permasalahan tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi untuk memfokuskan pembahasan.
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada tiga hal sebagai berikut. Pertama, peningkatkan kemampuan membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak dengan strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity). Kedua, bagaimana perubahan perilaku siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak dalam kemampuan membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa, setelah menggunakan strategi DRTA. Ketiga, problematika yang dihadapi oleh guru dalam penerapan strategi DRTA.
1.4 Rumusan masalah
Rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Adakah peningkatan kemampuan membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak setelah menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) ?
- Adakah perubahan perilaku siswa kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak dalam kemampuan membaca pemahaman bacaan berbahasa Jawa, setelah menggunakan strategi DRTA ?
- Problematika apa saja yang dihadapi oleh guru dalam penerapan strategi DRTA ?
No comments:
Post a Comment