BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung
Menurut Tarigan (1983:1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi yaitu menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca (Reading Skill), dan Menulis (Reading Skill). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan 1982:4) kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembacanya.
Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di dalam kehidupan yang serba modern ini. Komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara tertulis. Keterampilan menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal tersebut, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi. Di dalam dunia pendidikan menulis mempunyai arti yang sangat penting. Siswa yang sering menulis akan menjadi terampil dan terarah kemampuan berekspresinya sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan berpikir.
Menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Kata menulis mempunyai dua arti Pertama, menulis berarti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:3) kesimpulan itu, disampaikan setelah dia mengalami sendiri. Mula-mula dia merasa sulit sekali menulis. Beberapa kali menulis selalu tidak lancar. Bahkan sering pula macet dan gagal total. Beruntunglah pengalaman pahit itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus belajar dan mencoba. Berkat seringnya menulis dia menjadi terkenal. Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih, kemampuan menulis akan meningkat. Untuk itu keterampilan menulis siswa perlu ditumbuh kembangkan.
Dalam perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis sebuah cerpen, cerpen itu sendiri merupakan salah satu genre sastra berbentuk prosa yang berbeda bentuk dengan bentuk sastra yang lain misalnya novel. Selain itu, cerpen merupakan cerita fiksi berbentuk prosa yang relatif pendek ruang lingkup permasalahannya yang menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Tetapi keterampilan menulis cerpen yang diajarkan selama ini masih menggunakan metode konvensional yang kurang menarik dan membosankan. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru yang lebih memberdayakan siswa dan memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang dewasa ini. Di sini peneliti mencoba meneliti penggunaan media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan pendidikan di Indonesia, untuk itu diperlukan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya untuk mengembangkan pendidikan. Upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan hendaknya terus dilakukan karena media pendidikan mempunyai peranan penting dalam komunikasi. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah merupakan suatu program pengembangan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana dan Rivai 2001:2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda 2002:145).
Oleh karena itu, di sini peneliti menggunakan media audio visual, karena audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Media ini dapat membantu siswa dalam belajar menulis cerpen karena media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini berupa video compact disc merupakan perpaduan antara media suara (audio) dan media gambar (visual) yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajarannyaan dapat digunakan untuk merangsang daya imajinasi siswa sehingga siswa dapat dengan mudah menuangkan gagasan-gagasan dan ide-idenya ke dalam sebuah rangkaian kata-kata indah hingga menjadi sebuah cerita yang dapat dinikmati.
Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan menggunakan media audio (suara), pembelajaran menulis cerpen yang menggunakan media audio (suara) kurang maksimal digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk menulis sebuah cerpen.
1.2 Identifikasi Masalah
Kemampuan menulis cerpen pada siswa SMA N 2 Tegal masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru, siswa, dan media beserta teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Masalah-masalah yang dialami siswa meliputi sulit mengeluarkan ide-ide, kehabisan bahan, tidak tahu bagaimana memulai menuliskan sebuah cerita, dan sulit menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masalah yang muncul pada diri siswa ini dapat diatasi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang disajikan dalam bentuk yang lebih menarik antara lain dengan penggunaan media yang tepat yaitu penggunaan media audio visual agar siswa merasa lebih senang dan tidak jenuh.
Sedangkan masalah yang dialami guru yaitu kurang memberi respon terhadap pelajaran menulis cerpen sehingga sering dilewati. Tidak memanfaatkan media yang tersedia, kurang kreatif dalam mengembangkan potensi diri para siswa. Pembelajaran menulis cerpen harus mendapat porsi yang cukup karena banyak unsur-unsur yang perlu diketahui dan diajarkan secara terperinci agar siswa lebih mudah memahaminya. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan secara kreatif menggunakan sarana dan media yang ada untuk menarik minat siswa, menghargai hasil karya siswa dengan memberikan penilaian dan pujian seperlunya, menggunakan bermacam-macam metode secara bervariasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
Faktor ketiga yang menyebabkan rendahnya keinginan siswa menulis cerpen ialah media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena selama ini guru hanya memberikan penjelasan cara-cara menulis cerpen secara teori tanpa adanya media yang digunakan untuk mendukung serta menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting disuguhkan untuk meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi siswa dalam mengungkapkan perasaan ide-ide yang sebenarnya ada dalam potensi setiap siswa hingga dapat memudahkan mereka untuk bercerita yang akan dituangkan atau disajikan dalam bentuk tulisan yang nantinya bisa menjadi rangkaian kata-kata yang sangat indah meski relatif pendek.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan agar pembahasan masalah tidak terlalu luas. Oleh karena itu, permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu : rendahnya kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X SMA N 2 Tegal. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan cara menggunakan sebuah media yang dapat membantu merangsang daya imajinasi siswa dalam menulis sebuah cerita pendek yaitu dengan menggunakan media audio visual
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Seberapa besarkah penggunaan media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal ?
- Adakah pengaruh penggunaan media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam menulis cerpen terhadap perubahan tingkah laku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal dalam proses pembelajaran menulis cerpen?
No comments:
Post a Comment