PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE KARYA WISATA SISWA KELAS X MA AL ASROR TAHUN 2006

 On 11 September 2009  

BAB I


PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah


Keterampilan    berbahasa terbagi menjadi empat, yakni  menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seiring dengan laju pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keempat keterampilan tersebut memegang peranan yang penting dalam berbagai kesempatan. Dari observasi yang dilakukan penulis keempat  keterampilan  tersebut,  banyak  orang  berasumsi  menulis  merupakan bagian yang paling tinggi tingkat kesulitannya.


Keterampilan menulis yang baik diperoleh dengan latihan yang berulang- ulang dan memerlukan waktu yang tidak sebentar, mengingat kegiatan menulis sangat komplek dalam arti melibatkan berbagai keterampilan  untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman hidup dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, dan mudah dipahami. Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa diarahkan untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis, anak didik diharapkan mampu menuangkan gagasan atau idenya secara runtut dengan diksi yang tepat, struktur yang benar sesuai dengan konteksnya.


Menulis salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Melalui kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan baik yang bersifat ilmiah maupun imajinatif. Oleh karena itu, sekolah tempat mengenyam pendidikan diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis dengan baik melalui metode yang tepat sehingga potensi dan daya kreatifitas siswa dapat tersalurkan.


Pembelajaran menulis sudah sejak lama dilaksanakan dengan berbagai metode  namun  sampai  sekarang  belum  ada  hasil  yang  optimal.  Hal  tersebut seperti yang dikatakan oleh Sutama dkk. (1998 dalam Nurhayati 2000:13) “siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, mulai Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Umum”. Siswa masih bingung dan mengalami kesulitan ketika harus menulis. Fenomena tersebut memunculkan upaya sebagai bentuk solusi mengatasi permasalahan tersebut.


Pembelajaran sastra sebagai salah satu pelajaran di Sekolah Menengah Atas juga memiliki keterkaitan dengan pembelajaran menulis. Sebagai salah satu mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian dari siswa. Sastra menjadi mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari siswa. Menulis dalam pembelajaran sastra juga merupakan keterampilan yang sangat minim dikuasai oleh siswa.


Banyak hal yang menjadi  penyebab kurang diperhatikannya pembelajaran sastra disekolahan (1) materi yang diberikan bukan oleh guru yang memiliki keahlian di bidangnya, (2) mitos negatif diseputar dunia sastra, (3) dunia sastra yang selalu terpencil, (4) kesalahan konsep dalam pembelajaran sastra, (5) minimnya jumlah buku pelajaran dan dongeng lama tentang keterbatasan alokasi waktu pembelajaran (Jamaludin 2004:70-83).


Sesuai KTSP (kurikulum 2006) pembelajaran menulis awal yang akan diberikan kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah adalah menulis cerpen. Siswa akan merasakan kejenuhan dan kesulitan jika pembelajaran dilakukan secara klasikal, karena membuat siswa cenderung menganggap guru sebagai pihak yang mutlak benar. Selain itu, guru hanya sebagai pusat perhatian dan siswa cenderung sebagai pendengar pasif. Dengan demikian siswa tidak diberi kesempatan menyampaikan ide dan gagasan. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan kurikulum 2006, yang isinya terdapat pendekatan konntekstual.


Secara implisit telah dijelaskan bahwa sastra bukanlah dunia ilmiah yang memiliki garis hitam dan putih seperti ilmu-ilmu eksakta. Karya sastra juga lebih banyak menuntut kepekaan intuitif, kendati kekuatan kognitif tetap diperlukan. Dengan demikian, pembelajaran sastra pun harus berorientasi pada pengembangan kemampuan intuitif dan emosional siswa dalam upaya memahami pesan-pesan yang tergantung dalam suatu karya sastra. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilaksanakan sebaik mungkin agar kemampuan intuitif dan daya kreatif siswa dapat berkembang.


Tulisan imajinatif yang merupakan wujud tulisan kreatif dapat berupa novel, novelet, cerpen (cerita pendek) ataupun puisi. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Alasan pemilihan cerpen sebagai objek penelitian ini adalah:




  1. Menulis cerpen tidak memakan waktu yang lama, desebabkan oleh cerpen lebih pendek dibandingkan dengan novelet ataupun novel.

  2. Bahasa yang digunakan dalam cerpen merupakan bahasa yang sederhana jika dibandingkan dengan bahasa dalam puisi, yang dengan kalimat yang singkat dapat merangkum semua ide cerita atau tema.

  3. Cerpen dapat dibaca sekali duduk kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.


Observasi   yang   dilakukan   penulis   menemukan   bahwa   keterampilan menulis  cerpen  yang  diajarkan  di  sekolah  selama  ini  menggunakan  metode klasikal atau metode konvensional, yakni ceramah tanpa disertai upaya-upaya dari guru  guna menarik perhatian siswa.  Dengan   metode   tersebut   seringkali menimbulkan kebosanan bagi siswa sehingga karya yang dihasilkan tidak maksimal. Metode ceramah yang menarik dapat juga membantu siswa antusias dalam mengikuti pelajaran misalnya membuat contoh yang sedang marak dibicarakan. Yang sering penulis temui pada saat obsevasi metode ceramah yang digunakan monoton, contoh yang digunakan sama dengan yang ada pada buku acuan. Sehingga penulis menyimpulkan metode klasikal kurang membantu menumbuhkan minat belajar siswa.


Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas denga metode yang menarik. Dengan metode yang menarik akan berdampak pada siswa yang antusias mengikuti pelajaran sehingga siswa  akan  mengerjakan  tugas  yang  diberikan  oleh  guru  dengan  sungguh- sungguh.


Keprofesionalan seorang guru dituntut demi lancarnya proses belajar mengajar. Dalam hal ini paling tidak ada lima hal khusus yang harus dipenuhi oleh guru. Pertama, seorang guru yang professional haruslah orang yang benar- benar memiliki pengertian yang mendalam mengenai tujuan pembelajaran. Kedua, seorang guru yang professional adalah orang yang memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Ketiga, seorang guru yang profesional adalah orang yang memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pendidikan. Keempat, seorang guru yang profesional adalah sosok guru yang memiliki pemahaman dan kemampuan selektif dalam menentukan maupun menerapkan suatu metode atau pendekatan   pembelajaran.   Kelima,   seorang   guru   yang   profesional   adalah komitmen  yang  tinggi  terhadap  pembinaan  dan  pengembangan  pendidikan (Jamaludin 2004:97-98).


Seiring dengan berlakunya KTSP (kurikulum2006) yang di dalamnya terdapat pendekatan kontekstual, guru dapat menggunakan pendekatan tersebut. Pendekatan kontekstual ini memandang siswa sebagai insan yang berpotensi dan membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan denga situasi nyata siswa, serta mendorongnya untuk mengaitkan pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan di masyarakat (Diknas 2002:1).


Dengan menghadapkan siswa pada objek nyata akan menstimulus siswa untuk menulis cerpen dengan tingkat kesulitan menjadi berkurang. Menurut Anderson (1994:181), pemanfaatan objek secara nyata akan memberikan rangsangan yang penting bagi siswa dalam mempelajari tugas yang bersifat keterampilan, termasuk keterampilan menulis. Obyek nyata dalam hal ini adalah metode karya wisata.


Alternatif digunakan metode ini disebabkan metode ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya (1) membuat pengalaman edukatifdan pribadi yang bermutu, (2) membentuk pengalaman sensorik, siswa dapat merasakan secara langsung peristiwa yang sebenarnya, (3) memperdalam pengalaman-pengalaman tentang gejala alam, (4) menumbuhkan rasa puas terhadap pesertanya, (5) menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap kegiatan dan benda-benda sekitarnya, (6) melebur pembelajaran sekolah kedalam lingklungan sekolah yang lebih luas, (7) memperkaya khasanah pengetahuan secara horisontal dan vertikal, dan mengembangkan karakter pergaulan dengan lingkungan (Wijaya dan Rusyan 1991:79).


Berdasarkan pengamatan penulis, hanya sebagian kecil siswa dalam satu kelas yang aktif saat mengikuti pembelajaran. Selain itu, masih ditemui guru yang memilih metode ceramah dalam menyampaikan materi, sehingga siswa terbiasa hanya menerima pengetahuan dari guru, begitu juga yang terjadi di MA Al Asror. Metode karya wista sangat tepat untuk pembelajaran menulis cerpen. Dengan mengajak siswa ke suatu tempat, siswa akan lebih mudah mendapatkan imajinasi sekaligus   terangsang   untuk   mengadakan   pengamatan   yang   nantinya   akan dijadikan bahan penulisan cerpen.


Dari hasil observasi yang dilakukan penulis, di kelas XA MA Al Asror Kabupaten Semarang, kompetensi dasar menulis cerpen telah diajarkan, tetapi hasil pembelajaran belum berhasil mencapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini disebabkan pembelajaran menulis cerpen masih menggunakan metode ceramah dan waktu menulis cerpen pun relatif singkat sehingga belum diketahui siswa menguasai kompetensi dasar tersebut atau belum.


Metode karya wisata   dapat diaplikasikan agar aktifitas menulis menjadi kegiatan yang menarik sehingga menulis cerpen mendapat perhatian dari siswa yang  selama  ini  tidak  memperhatikannya.  Dengan  pemilihan  metode  Karya Wisata  dapat  mewujudkan  tercapainya  harapan berkembangnya  budaya  atau tradisi menulis.


1.2   Identifikasi Masalah


Pembelajaran keterampilan menulis pada siswa kelas XA di MA Al Asror selama ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa kelas XA di MA Al Asror dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yakni faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal dibagi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis, sedangkan faktor-faktor eksternal juga dibagi menjadi dua kelompok yaitu, faktor- faktor sosial dan faktor-faktor nonsosial. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dalam konteks ini meliputi kondisi tubuh dan kemampuan pancaindra seorang pembelajar, sedangkan  faktor psikologis dalam konteks ini menyangkut kondisi kejiwaan seseorang.


Faktor eksternal meliputi faktor sosial yang dimaksud adalah semua faktor yang melibatkan unsur manusia diluar diri seorang pembelajar. Faktor-faktor tersebut meliputi unsur guru, keluarga dan lingkungan masyarakat. Faktor nonsosial menyangkut segala faktor yang bukan manusia, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Faktor-faktor non sosial yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran antara lain meliputi masalah kurikulum, bahan dan sumber belajar, metode, media pembelajaran, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, serta sistem administrasi yang dijalankan di sekolah.


1.3    Pembatasan Masalah


Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, masalah yang muncul sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Peneliti memilih kelas XA sebagai subjek penelitian karena memang siswa di kelas tersebutlah dalam pembelajaran menulis cerpen kurang bersemangat dan kurang bisa mendapatkan imajinasi. Agar siswa merasa tidak jenuh dan merasa senang maka mereka diajak guru mengamati objek wisata yang telah dipilih yaitu objek wisata sungai dan gedung songo.


Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya siswa tidak merasa jenuh dan lebih mudah mendapatkan imajinasi, sehingga mereka memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Untuk itu peneliti membatasi pokok permasalahan pada peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan metode karya wisata siswa kelas XA MA Al Asror dengan tujuan mempermudah siswa dalam mengembangkan keterampilan menulis cerpen.


1.4    Rumusan Masalah


Merujuk  pada latar belakang  dan    pembatasan    masalah    di    atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:




  1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas XA MA Al  Asror  Kabupaten  Semarang  Tahun  2006  setelah  diajar  dengan  metode karya wisata?

  2. Bagaimanakah perubahan perilaku pada siswa kelas XA MA Al Asror Kabupaten Semarang Tahun 2006 dalam mengikuti proses pembelajaran menulis dengan metode karya wisata?

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE KARYA WISATA SISWA KELAS X MA AL ASROR TAHUN 2006 4.5 5 Win Solution 11 September 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Masalah Keterampilan    berbahasa terbagi menjadi empat, yakni  menyimak, berbicara, membaca, dan menu...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive