BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang demikian pesat, baik materi maupun terapannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak terlepas dari peranan matematika. Penguasaan matematika sangat penting dalam mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Tetapi banyak orang beranggapan materi pelajaran eksakta terutama dalam hal ini matematika memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding materi pelajaran non eksak. Anggapan seperti ini tentu saja perlu disikapi oleh tenaga pendidik dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Selain itu tenaga pendidik harus mencari ide atau gagasan baru guna meningkatkan mutu pembelajaran yang berkualitas.
Peneliti merupakan salah satu pendidik di MI Ma’arif Blotongan. Kondisi yang ada MI Ma’arif terdiri dari 15 pendidik, yang terdiri 3 orang pendidik berstatus Pegawai Negeri Sipil, selebihnya berstatus sebagai guru honorer. Di samping itu sekolah yang nota benenya di bawah naungan Departemen Agama yang berlabel “MI” seringkali dipandang masyarakat dengan sebelah mata. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah menyimpulkan dengan fenomena yang ada, bahwa “MI” merupakan sekolah pinggiran dan sekolah alternatif terakhir seandainya putra-putrinya tidak diterima di sekolah negeri.
Banyak anggapan dari masyarakat bahwa guru atau pendidik di kalangan MI kurang profesional. Hal ini disebabkan bermacam-macam alasan ataupun kendala yang dihadapi oleh pendidik itu sendiri. Di antaranya, kendala yang berkaitan dengan pendanaan. Pendidik di MI merasa pendanaan merupakan modal paling utama, seperti untuk memenuhi sarana prasarana pembelajaran, pemenuhan alat peraga guna menunjang kualitas pembelajaran, kesejahteraan guru, ataupun yang lain semua itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Kendala yang lain adalah manajemen, baik dan tidaknya manajemen tergantung pemegang pucuk pimpinan di sebuah sekolah. Dalam hal ini adalah kepala madrasah.
Kurikulum merupakan salah satu kendala bagi seorang pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran. Di Sekolah Dasar kurikulumnya berbeda dengan di Madrasah Ibtidaiyah. Di MI, dari kurikulum yang ada masih ditambah lagi dengan materi agama Islam, seperti aqidah akhlaq, fiqh, sejarah Islam, dan lain sebagainya.
Masih banyak lagi kendala yang ada. Tetapi di antara kendala-kendala yang ada, kendala yang paling pokok adalah kendala yang berasal dari diri seorang pendidik itu sendiri. Seorang pendidik dituntut keprofesionalannya dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan visi, misi sekolah. Peneliti sebagai pendidik di MI Ma’arif Blotongan yang masuk dalam wilayah Kota Salatiga, merasa terpanggil untuk ikut mengembangkan dan memajukan MI.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menganalisa kekurangan-kekurangan, kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep dalam pembelajaran. Langkah awalnya peneliti menekankan pada penganalisaan kesulitan-kesulitan belajar mata pelajaran matematika. Karena pada pelajaran matematika banyak dijumpai kesulitan-kesulitan tersebut. Kesulitan tersebut dapat terlihat dari hasil belajar siswa pada pokok bahasan uang tahun ajaran 2003-2004 yang di bawah standar yaitu rata-ratanya hanya mencapai 6,19 dan yang memperoleh nilai ? 6,5 hanya 55,6 %.
Kesulitan-kesulitan tersebut di atas disebabkan karena kurang pahamnya siswa pada materi pokok bahasan uang serta kurangnya kreatifitas guru dalam pembelajaran matematika. Padahal pokok bahasan tersebut sangatlah penting sebagai bekal bagi seorang siswa kelak jika sudah dewasa dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Uang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Belanja, makan, minum, pakaian, rekreasi dan kebutuhan hidup yang lain membutuhkan uang.
Maka dari itu kita sebagai pendidik harus berupaya membekali siswa sebanyak mungkin konsep dasar matematika, dan yang paling penting adalah konsep itu harus diberikan kepada siswa secara matang dan benar-benar dipahami oleh siswa.
Materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dirasa sulit untuk diselesaikan oleh siswa itu sendiri. Contohnya materi yang terkait dengan uang yaitu jenis uang, nilai uang, nilai tukar uang, penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian yang terkait dengan uang, serta beberapa masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan uang. Karena hal tersebut masih dalam dunia abstrak. Walaupun siswa setiap hari bergelut dengan uang. Mereka hanya memahami uang sebagai uang saku. Untuk jajan, dan hanya sebatas itu.
Siswa pada umumnya mampu membelanjakan uangnya. Tetapi mereka kadang kurang teliti untuk uang kembaliannya. Hal ini karena siswa kurang memahami konsep nilai tukar uang. Misalnya, siswa mempunyai uang saku 1000 rupiah, kemudian digunakan untuk beli satu buah permen yang harganya 100 rupiah. Uang kembaliannya adalah 1000 rupiah dikurangi 100 rupiah, yaitu 900 rupiah kalau dalam bentuk uang logam yang nilainya 100 rupiah, maka jumlah uang yang diterimanya adalah 9 keping. Tetapi kalau dalam bentuk uang logam yang nilainya bermacam-macam, misalnya nilainya 500 rupiah, 200 rupiah, 100 rupiah, dan 50 rupiah atau uang bentuk kertas, maka jumlah uang yang diterima bervariasi. Hal itu tergantung jumlah nilai uang tersebut. Hal inilah yang kurang diperhatikan siswa. Mereka dengan serta merta menerima uang kembalian tersebut tanpa menghiraukan jumlah nilai uang tersebut. Padahal anak sekarang yang namanya uang mereka sudah cukup kenal, baik yang nilainya 50 rupiah, 100 rupiah, 200 rupiah, 500 rupiah, 1.000 rupiah, 5.000 rupiah, bahkan 10.000 rupiah. Tetapi mereka ceroboh dalam membelanjakannya. Kecerobohannya itu dikarenakan ketidakpahamannya terhadap nilai tukar uang.
Agar siswa lebih paham dalam menerima materi ini dan hasil belajarnyapun dapat meningkat, perlu mencoba metode, tehnik, dan pendekatan lain. Peneliti ingin memecahkan masalah yang dihadapi agar nantinya kegiatan-belajar mengajar berjalan dengan sukses dan berkualitas. Peneliti mencoba menyelesaikan masalah tersebut melalui pembelajaran dengan bantuan alat peraga.
Dari latar belakang tersebut di atas penulis mengadakan penelitian tentang pembelajaran matematika dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga Uang Dalam Pokok Bahasan Uang Siswa Kelas II MI Ma’arif Blotongan Tahun Pelajaran 2004/2005”.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan alat peraga uang terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II MI Ma’arif Blotongan pada pokok bahasan uang tahun pelajaran 2004/2005”.
No comments:
Post a Comment