ASOSIASI INVESTMENT OPPORTUNITY SET DENGAN KEBIJAKAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN IMPLIKASINYA PADA PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ Tahun 2003-2005)

 On 02 November 2012  


BAB I


PENDAHULUAN



1. 1 Latar Belakang


Pendekatan dalam analisis investasi bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal terkait dengan penggunaan data trend atau kecenderungan harga saham masa lalu untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Analisis fundamental mengasumsikan bahwa setiap sekuritas memiliki nilai intrinsik yang dapat diketahui berdasarkan fundamental perusahaan seperti laba, deviden, struktur modal dan potensi pertumbuhan.


Menurut Smith dan Watts (1992) potensi pertumbuhan terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set). Gaver dan Gaver (1993) menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan di masa depan tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, akan tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih, dalam mengeksploitasi kesempatan dalam mengambil keuntungan jika dibandingkan dengan perusahaan dalam industri sejenis.


Asosiasi antara IOS dan kinerja manajemen tercermin pada pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola manajemen (Subekti dan Kusuma, 2001). Realisasi pertumbuhan ini ditunjukkan melalui pertumbuhan nilai aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999). IOS memiliki keterkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh manajemen, diantaranya kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen. Kebijakan pendanaan perusahaan digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan, pengembangan dan penelitian serta peningkatan kinerja perusahaan. Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan memprioritaskan pendanaan kesempatan investasi dengan pembiayaan internal baru selanjutnya dengan pembiayaan eksternal (Keown et.al 1996: 555). Hal ini sejalan dengan contracting hypotheses yang menyebutkan bahwa pendanaan perusahaan bertumbuh lebih banyak bersumber dari internal yaitu laba ditahan, daripada faktor eksternal yaitu hutang dan pengeluaran saham. Rozeff (1982) dan Easterbrook (1984) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh yang memiliki banyak pilihan investasi menguntungkan lebih memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal yang mahal (Gul dan Kealy, 1999). Sedangkan menurut signalling hypothesis, perusahaan yang bertumbuh memiliki hutang yang lebih tinggi, dengan asumsi perusahaan memiliki kondisi yang lebih baik dalam menghadapi financial distress (Ross dalam Smith dan Watts, 1992). Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian laba pendapatan perusahaan untuk dibayarkan sebagai dividen atau digunakan sebagai laba ditahan untuk keperluan investasi selanjutnya. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menekankan pada keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Semakin  besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan yang bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow rendah (Jensen 1986 dalam Smith dan Watts 1992). Hal ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk memiliki proyek-proyek investasi. Signalling theory menjelaskan bahwa perusahaan yang bertumbuh membayar deviden yang lebih tinggi. Apabila sinyal meningkat akibat disparitas informasi antara manajemen dan investor, perusahaan dengan disparitas informasi yang besar yaitu perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan kecil akan membayarkan dividen lebih tinggi sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik (Bhattacharya 1979 dalam Smith dan Watts 1992).


Pada bentuk pasar efisien semi kuat, harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Perusahaan yang bertumbuh memiliki kebijakan yang berfokus pada pertumbuhan perusahaan. Porter (1980 dalam Fijrijanti 2001) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Hal ini merupakan berita baik bagi investor, sehingga perusahaan bertumbuh akan direspon positif oleh pasar (Voght dalam Tarjo 2003).


Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan teori di atas. Diawali dengan penelitian Smith dan Watts (1992) yang menemukan bahwa pada perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi; menggunakan hutang yang lebih kecil dalam struktur modalnya, membayar deviden lebih kecil, membayar kompensasi eksekutif lebih besar, dan mengandalkan pada stock option plans. Penelitian ini diperluas oleh Gaver dan Gaver (1993) dengan menggunakan gabungan ukuran IOS. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh memiliki rasio debt to equity yang lebih rendah, dividen yields yang lebih rendah, membayar kompensasi eksekutif lebih tinggi, dan insiden stock options plans yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak bertumbuh.


Perluasan penelitian yang berkaitan dengan IOS juga dilakukan pada penelitian selanjutnya, dengan memasukkan variabel deviden perusahaan (Kallapur and Trombley, 2001; Jones and Sharma, 2001), kebijakan akuntansi perusahaan (Skinner, 1993). Menurut beberapa hasil penelitian tersebut perusahaan yang bertumbuh lebih banyak menggunakan sumber pendanaan dari modal sendiri atau equity financing daripada hutang. Apabila perusahaan dibiayai dengan hutang, manajer tidak akan melakukan investasi yang optimal (underinvestment) karena para kreditur akan memperoleh klaim pertama kali terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut (Myers, 1976). Hasil pengujian terhadap kebijakan deviden menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh akan membayar deviden yang lebih kecil daripada perusahaan yang tidak bertumbuh, karena dana tersebut digunakan untuk reinvestasi (Kallapur dan Trombley, 2001; Jones dan Sharma, 2001). Hubungan antara risiko dan IOS berbanding terbalik sedang hubungan antara profitabilitas dengan IOS adalah positif, yang berarti semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan (AlNajjar dan Riahi-Belkaoui, 2001 dalam Lestari 2004). Terkait dengan kebijakan kompensasi, perusahaan yang tumbuh cenderung membayar gaji dan upah yang lebih tinggi pada top eksekutif dan lebih banyak menggunakan stock option plans dalam kebijakan bonusnya. Hal ini menjelaskan bahwa keputusan kebijakan perusahaan dimotivasi oleh hasrat manajer untuk menyelesaikan potensi konflik secara efisien antara perusahaan dengan pihak-pihak internal dan eksternal yang melakukan contracting.


Berdasarkan penelitian di atas, penulis ingin menguji kembali asosiasi IOS terhadap kebijakan pendanaan, kebijakan deviden, dan implikasinya terhadap harga saham, yang merupakan replikasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subekti dan Kusuma (2001) dengan sampel perusahaan manufaktur. Penelitian ini dilakukan dengan motivasi untuk menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya.. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti berkeinginan untuk membuat penelitian replikasi dengan judul "Asosiasi Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Implikasinya pada Perubahan Harga Saham"



1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, beberapa masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah:




  1. Apakah proksi IOS (MVA/BVA, MVE/BVE, PER, CAP/BVA, dan CAP/MVA) memiliki korelasi positif terhadap realisasi pertumbuhan aktiva dan ekuitas?

  2. Apakah perusahaan yang bertumbuh memiliki debt to equity yang lebih rendah daripada perusahaan yang tidak bertumbuh?

  3. Apakah perusahaan yang bertumbuh memiliki kebijakan deviden yang lebih rendah daripada perusahaan yang tidak bertumbuh?

  4. Apakah perusahaan yang bertumbuh memperoleh respon pasar yang positif daripada perusahaan yang tidak bertumbuh?


ASOSIASI INVESTMENT OPPORTUNITY SET DENGAN KEBIJAKAN PENDANAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN IMPLIKASINYA PADA PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ Tahun 2003-2005) 4.5 5 Win Solution 02 November 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendekatan dalam analisis investasi bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan fundamental. Analisis...


Skripsi Lengkap (bab 1-5 dan daftar pustaka) untuk judul diatas bisa dimiliki segera dengan mentransfer dana Rp300ribu Rp200ribu. Setelah proses pembayaran selesai skripsi dalam bentuk file/softcopy langsung kita kirim lewat email kamu pada hari ini juga. Layanan informasi ini sekedar untuk referensi semata. Kami tidak mendukung plagiatisme. Cara pesan: Telpon kami langsung atau ketik Judul yang dipilih dan alamat email kamu kirim ke 089 9009 9019

Kami akan selalu menjaga kepercayaan Anda!

No comments:

Post a Comment

Jurnalskripsitesis.com. Powered by Blogger.

Blog Archive