BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis terutama pada perdagangan saham yang terdapat di pasar modal, banyak sekali aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para investor untuk memperoleh keuntungan (return). Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan di pasar modal, diantaranya adalah informasi yang masuk ke dalam pasar modal tersebut.
Informasi memegang peranan penting terhadap transaksi perdagangan di pasar modal. Para pelaku di pasar modal sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga surat berharga di pasar modal. Informasi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para investor untuk memilih portofolio investasi yang efisien. Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman pemecahan saham (stock split).
"Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi lembar yang lebih banyak dengan mengunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional" (Halim, 2005:97). Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer-manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor.
Stock split yang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu-jadi-dua (two-for-one-stock), dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Stock split dapat juga dilaksanakan atas dasar satu-jadi-tiga (three-for-one-stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya dan demikian seterusnya.
Keputusan melakukan stock split pada umumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi minat investor untuk membelinya. Stock split timbul atau terjadi di pasar modal karena adanya keinginan dari para emiten untuk mempertahankan agar saham yang dimilikinya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal. Secara sederhana, "stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham" (Marwata, 2001:150). Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah 1/n dari harga sebelum pemecahan.
Para ahli menyebut stock split sebagai suatu kosmetika saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan saham agar lebih menarik dimata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan pemecahan saham akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak. Jadi, pemecahan saham sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis (Jogiyanto 2003:416). Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan, tetapi banyak terjadi peristiwa pemecahan saham di pasar modal. Hal ini mengindikasikan bahwa pemecahan saham telah menjadi suatu alat yang sangat penting dalam praktek pasar modal. Terdapat beberapa alasan dibalik pelaksanaan stock split yang menurut Keown dkk. (1996) dalam Rohana et al. (2003) adalah:
- Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham,
- Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan,
- Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas.
Stock split yang umumnya dilakukan oleh para emiten didasari oleh tingginya harga saham suatu perusahaan, sehingga investor kurang mampu untuk melakukan pembelian dan berakibat menurunnya likuiditas dari suatu saham, dengan adanya kebijakan stock split akan menimbulkan dampak penurunan harga saham (yang disertai perubahan jumlah saham yang beredar secara proporsional). Penurunan harga ini diharapkan akan diikuti dengan meningkatnya return saham, return yang meningkat akan menarik minat investor untuk melakukan investasi. Banyaknya investor yang ikut berpartisipasi dalam aksi jual atau beli saham akan menjadikan likuiditas suatu saham meningkat sehingga berakibat pada adanya perubahan aktivitas perdagangan pada level tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa peristiwa stock split mengandung suatu informasi sehingga pasar modal bereaksi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return dan Trading Volume Activity (TVA) saham. Kenaikan aktivitas perdagangan suatu saham otomatis akan berakibat terhadap kenaikan harga saham perusahaan tersebut, yang selanjutnya berpengaruh pada return pemegang saham dan akhirnya tujuan perusahaan untuk mencapai seluas-luasnya kesejahteraan para pemegang saham tercapai.
Penelitian yang berkaitan dengan stock split yang dilakukan di negara maju, memperlihatkan bahwa pada umumnya stock split dilakukan setelah terjadi kenaikan harga saham (stock price) perusahaan, stock split itu sendiri menyebabkan reaksi positif terhadap stock price selama tanggal pengumuman stock split. Tetapi reaksi pasar yang ditunjukkan tidak sepenuhnya hanya disebabkan oleh pengumuman stock split tetapi juga disebabkan oleh kondisi efisiensi dari pasar modal di negara maju, dimana harga saham perusahaan juga merefleksikan informasi-informasi baru. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek stock split tersebut. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Grinblatt (1988), Lakonishok dan Lev (1987), dan Asquist et al. (1989). Hasil temuan pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa, "pengumuman stock split memiliki kandungan informasi yang direaksi secara positif oleh para pelaku di pasar modal". Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Copeland (1979), dalam Rohana et al. (2003) justru menunjukkan hasil yang berlawanan yaitu, "pasar tidak melakukan reaksi terhadap pengumuman stock split". Suntoro dan Subekti (2003) yang melakukan penelitian mengenai kandungan informasi yang ditimbulkan oleh stock split pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa stock split berpengaruh signifikan terhadap harga dan volume perdagangan saham.
Pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sepanjang tahun 2004. Secara umum dapat kita katakan bahwa meningkatnya stabilitas umum politk, keamanan dan ekonomi tahun 2004 telah mendorong meningkatnnya konduktivitas iklim bisnis dan investasi ditahan air. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong pula pertumbuhan industri pasar modal nasional kelevel yang sangat menggembirakan. Hampir seluruh indikator utama bursa yang mengalami peningkatan yang sangat baik, Indeks Harga Saham Gabungan mencatat prestasi yang sangat menggembirakan, ditutup pada level 100.23 pada akhir perdagangan 2004, sekaligus merupakan indeks penutupan perdagangan tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Selaras dengan peningkatan indeks tersebut, nilai kapitalisasi pasar di BEJ meningkat sebesar 47.69% dan total nilai transaksi di BEJ mencapai Rp. 247 triliun atau meningkat sekitar 96,89%. Selain itu dari nilai transaksi harian BEJ tahun ini juga mengalami peningkatan yang luar bisa yaitu 97,7% dari Rp. 518,3 miliar ditahun 2003 menjadi sebesar Rp. 1,02 triliun/ hari ditahun 2004.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana mengalami pertumbuhan 49,8% dan jumlah reksa dana meningkat sebesar 32,25% serta jumlah pemegang unit penyertaan telah mencapai 299 ribu pihak, selain itu dana masyarakat yang dikelola oleh manajer investasi juga mengalami peningkatan sebesar 46,9%. Kepercayaan pemodal asing terhadap pasar modal indonesia semakin meningkat yang dapat dicermati dari semakin meningkatnya partisipasi mereka dalam aktivitas pedagangan saham di BEJ, yang mencapai prosentasi tertinggi pada pasca krisis moneter tahun 1998.
Motivasi dari penelitian ini adalah bahwa selama ini penelitian tentang stock split secara umum menghasilkan dua pendapat yang berbeda. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut ada yang menunjukkan bahwa stock split memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap beberapa variabel yang diteliti seperti harga saham, likuiditas saham, dan lain sebagainya. Namun ada juga penelitian yang menunjukkan hasil bahwa pengumuman stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suntoro dan Subekti (2003) yang melakukan penelitian mengenai kandungan informasi yang ditimbulkan oleh stock split. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Suntoro dan Subekti (2003) adalah pada penggunaan periode penelitian, dimana pada penelitian Suntoro dan Subekti (2003) periode yang digunakan hanya selama tiga tahun (2000-2002) sehingga hanya diperoleh jumlah sampel yang terbatas. Untuk menutupi kelemahan tersebut maka pada penelitian ini periode diperpanjang selama lima tahun (2000-2004), yang diharapkan dengan memperpanjang periode penelitian akan diperoleh jumlah sampel yang representatif.
Dari latar belakang serta hasil penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejenis dengan judul "Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Ditunjukkan Oleh Abnormal Return dan Trading Volume Activity (Event Study Pada Perusahaan Yang Melakukan Stock Split di BEJ Periode 2000-2004)".
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Apakah pasar modal bereaksi terhadap peristiwa stock split yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return dan perubahan Trading Volume Activity?
- Apakah terdapat perbedaan signifikan abnormal return dan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah stock split?
No comments:
Post a Comment